id
int64 1
6.24k
| surah_id
int64 1
114
| surah_arabic
stringclasses 114
values | surah_latin
stringclasses 114
values | surah_transliteration
stringclasses 114
values | surah_translation
stringclasses 110
values | surah_num_ayah
int64 3
286
| surah_page
int64 1
604
| surah_location
stringclasses 2
values | ayah
int64 1
286
| page
int64 1
604
| quarter_hizb
int64 0
61
| juz
int64 1
30
| manzil
int64 1
7
| arabic
stringlengths 6
1.22k
| latin
stringlengths 6
1k
| translation
stringlengths 6
1.62k
| no_footnote
stringclasses 678
values | footnotes
stringclasses 678
values | tafsir_wajiz
stringlengths 6
3.62k
| tafsir_tahlili
stringlengths 63
19.5k
| tafsir_intro_surah
stringclasses 114
values | tafsir_outro_surah
stringclasses 113
values | tafsir_munasabah_prev_surah
stringclasses 113
values | tafsir_munasabah_prev_theme
stringlengths 126
2.63k
⌀ | tafsir_theme_group
stringlengths 6
130
⌀ | tafsir_kosakata
stringlengths 52
23k
⌀ | tafsir_sabab_nuzul
stringclasses 172
values | tafsir_conclusion
stringlengths 127
3.71k
⌀ |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | 1 | الفاتحة | Al-Fātiḥah | Al-Fatihah | Pembuka | 7 | 1 | Makkiyah | 1 | 1 | 0 | 1 | 1 | بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ | Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i). | Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. | null | null | Aku memulai bacaan Al-Qur'an dengan menyebut nama Allah, nama teragung bagi satu-satunya Tuhan yang patut disembah, yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan dan tersucikan dari segala bentuk kekurangan, Yang Maha Pengasih, Pemilik dan sumber sifat kasih Yang menganugerahkan segala macam karunia, baik besar maupun kecil, kepada seluruh makhluk, Maha Penyayang Yang tiada henti memberi kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang beriman. Memulai setiap pekerjaan dengan menyebut nama Allah (basmalah) akan mendatangkan keberkahan, dan dengan mengingat Allah dalam setiap pekerjaan, seseorang akan memiliki kekuatan spiritual untuk melakukan yang terbaik dan menghindar dari keburukan. | Surah al-Fātiḥah dimulai dengan Basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم).
Ada beberapa pendapat ulama berkenaan dengan Basmalah yang terdapat pada permulaan surah Al-Fātiḥah. Di antara pendapat-pendapat itu, yang termasyhur ialah:
1. Basmalah adalah ayat tersendiri, diturunkan Allah untuk jadi kepala masing-masing surah, dan pembatas antara satu surah dengan surah yang lain. Jadi dia bukanlah satu ayat dari al-Fātiḥah atau dari surah yang lain, yang dimulai dengan Basmalah itu. Ini pendapat Imam Malik beserta ahli qiraah dan fuqaha (ahli fikih) Medinah, Basrah dan Syam, dan juga pendapat Imam Abu Hanifah dan pengikut-pengikutnya. Sebab itu menurut Imam Abu Hanifah, Basmalah itu tidak dikeraskan membacanya dalam salat, bahkan Imam Malik tidak membaca Basmalah sama sekali.
Hadis Nabi saw:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: ḍصَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوْا يَسْتَفْتِحُوْنَ بِالْحَمْدِ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا يَذْكُرُوْنَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا». (رواه الشيخان واللفظ لمسلم)
Dari Anas bin Malik, dia berkata, “Saya salat di belakang Nabi saw, Abu Bakar, Umar dan Usman. Mereka memulai dengan al-ḥamdulillāhi rabbil ‘ālamīn, tidak menyebut Bismillāhirraḥmānirrahīm di awal bacaan, dan tidak pula di akhirnya.”(Riwayat al-Bukhārī dan Muslim).
2. Basmalah adalah salah satu ayat dari al-Fātiḥah, dan pada surah an-Naml/27:30, اِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَاِنَّهُ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (النمل/27:30) yang dimulai dengan Basmalah. Ini adalah pendapat Imam Syafi'i beserta ahli qiraah Mekah dan Kufah. Sebab itu menurut mereka Basmalah itu dibaca dengan suara keras dalam salat (jahar). Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu antara lain Hadis Nabi saw:
عَنْ ابن عباس قال: كانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (رواه الحاكم فى المستدرك وقال صحيح)
Dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata, Rasulullah saw mengeraskan bacaan Bismillāhirrahmānirrahīm. (Riwayat al-Ḥākim dalam al-Mustadrak dan menurutnya, hadis ini sahih)
عَنْ اُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَطِّعُ قِرَاءَتَهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. (رواه أحمد وابو داود وابن خزيمة والحاكم وقال الدار قطنى: سنده صحيح)
Dari Ummu Salamah, katanya, Rasulullah saw berhenti berkali-kali dalam bacaanya Bismillāhirrahmānirrahīm, al-Ḥamdulillāhi Rabbil- ‘Ālamīn, ar-Raḥmānir-raḥīm, Māliki Yaumid-dīn. (Riwayat Aḥmad, Abu Dāud, Ibnu Khuzaimah dan al-Ḥākim. Menurut ad-Dāruquṭnī, sanad hadis ini sahih).
Abu Hurairah juga salat dan mengeraskan bacaan basmalah. Setelah selesai salat, dia berkata, “Saya ini adalah orang yang salatnya paling mirip dengan Rasulullah.” Muawiyah juga pernah salat di Medinah tanpa mengeraskan suara basmalah. Ia diprotes oleh para sahabat lain yang hadir disitu. Akhirnya pada salat berikutnya Muawiyah mengeraskan bacaan basmalah.
Kalau kita perhatikan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw telah sependapat menuliskan Basmalah pada permulaan surah dari surah Al-Qur’an, kecuali surah at-Taubah (karena memang dari semula turunnya tidak dimulai dengan Basmalah) dan bahwa Rasulullah saw melarang menuliskan sesuatu yang bukan Al-Qur’an agar tidak bercampur aduk dengan Al-Qur’an, sehingga mereka tidak menuliskan ‘āmīn’ pada akhir surah al-Fātiḥah, maka Basmalah itu adalah salah satu ayat dari Al-Qur’an. Dengan kata lain, bahwa “basmalah-basmalah” yang terdapat di dalam Al-Qur’an adalah ayat-ayat Al-Qur’an, lepas dari pendapat apakah satu ayat dari al-Fātiḥah atau dari surah lain, yang dimulai dengan Basmalah atau tidak.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa surah al-Fātiḥah itu terdiri dari tujuh ayat. Mereka yang berpendapat bahwa Basmalah itu tidak termasuk satu ayat dari al-Fātiḥah, memandang:
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
adalah salah satu ayat, dengan demikian ayat-ayat al-Fātiḥah itu tetap tujuh.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah” maksudnya “Dengan nama Allah saya baca atau saya mulai”. Seakan-akan Nabi berkata, “Saya baca surah ini dengan menyebut nama Allah, bukan dengan menyebut nama saya sendiri, sebab ia wahyu dari Tuhan, bukan dari saya sendiri.” Maka Basmalah di sini mengandung arti bahwa Al-Qur’an itu wahyu dari Allah, bukan karangan Muhammad saw dan Muhammad itu hanyalah seorang Pesuruh Allah yang dapat perintah menyampaikan Al-Qur’an kepada manusia.
Makna kata Allāh
Allah adalah nama bagi Zat yang ada dengan sendirinya (wājibul-wujūd). Kata “Allah” hanya dipakai oleh bangsa Arab kepada Tuhan yang sebenarnya, yang berhak disembah, yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Mereka tidak memakai kata itu untuk tuhan-tuhan atau dewa-dewa mereka yang lain.
Hikmah Membaca Basmalah
Seorang yang selalu membaca Basmalah sebelum melakukan pekerjaan yang penting, berarti ia selalu mengingat Allah pada setiap pekerjaannya. Dengan demikian ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan selalu memperhatikan norma-norma Allah dan tidak merugikan orang lain. Dampaknya, pekerjaan yang dilakukannya akan berbuah sebagai amalan ukhrawi.
Seorang Muslim diperintahkan membaca Basmalah pada waktu mengerjakan sesuatu yang baik. Yang demikian itu untuk mengingatkan bahwa sesuatu yang dikerjakan adalah karena perintah Allah, atau karena telah diizinkan-Nya. Maka karena Allah dia mengerjakan pekerjaan itu dan kepada-Nya dia meminta pertolongan agar pekerjaan terlaksana dengan baik dan berhasil.
Nabi saw bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَمْ يُبْدَأْ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ أَقْطَعُ (رواه عبد القادر الرهاوي)
“Setiap pekerjaan penting yang tidak dimulai dengan menyebut Basmalah adalah buntung (kurang berkahnya).” (Riwayat Abdul-Qādir ar-Rahāwī).
Orang Arab sebelum datang Islam mengerjakan sesuatu dengan menyebut al-Lāta dan al-‘Uzzā, nama-nama berhala mereka. Sebab itu, Allah mengajarkan kepada penganut-penganut agama Islam yang telah mengesakan-Nya, agar mereka mengerjakan sesuatu dengan menyebut nama Allah. | Nama, Tempat Diturunkan, dan Jumlah Ayat
Surah pertama al-Fātiḥah mempunyai bermacam-macam nama, antara lain:
1. Surah al-Fātiḥah
Kata “Fātiḥah” terambil dari kata kerja fataḥa yang berarti “membuka” atau “memulai”. Sedangkan “al-” adalah kata sandang, artikel definitif, itu, penunjuk suatu kata benda. Al-Fātiḥah di sini berarti “Pembuka” atau “Pemula”. Surah ini dinamakan “al-Fātiḥah” karena dengan surah inilah dibuka Al-Qur’an, artinya dengan surah inilah dimulai susunan surah-surah Al-Qur’an. Peletakannya di permulaan Al-Qur’an berdasarkan tauqīfi, artinya perintah dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
2. Ummul-Qur’ān atau Ummul-Kitāb
Di samping nama “al-Fātiḥah“, surah ini juga dinamakan Ummul-Qur’ān (Induk Al-Qur’an) atau Ummul-Kitāb (Induk Al-Kitab), karena merupakan induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surah al-Fātiḥah mengandung pokok-pokok isi Al-Qur’an
3. As-Sab‘ul Maṡānī
Surah al-Fātiḥah juga dinamai as-Sab‘ul-Maṡānī (tujuh yang berulang-ulang). Dinamai demikian karena ayatnya berjumlah tujuh, dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Salat tidak sah tanpa membaca surah al-Fātiḥah, berdasarkan Hadis:
لَا صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه اصحاب الستة عن عبادة بن الصامت)
Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca al-Fātiḥah. (Riwayat Aṣḥābus-Sittah dari ‘Ubadah bin aṣ-Ṣāmit)
Selain beberapa nama yang disebutkan, masih ada nama-nama lain, yaitu al-Kanz (Perbendaharaan), al-Ḥamd (Pujian), aṣ-Ṣalāh (Salat), al-Wāqiyah (Yang Me-lindungi), Asāsul-Qur'ān (Pokok-pokok Al-Qur’an), asy-Syāfiyah (Penyembuhan), al-Kāfiyah (Yang Mencukupi), ar-Ruqyah (Bacaan untuk Pengobatan), asy-Syukur (Syukur) ad-Du’ā (Doa) dan al-Asās (Asas Segala Sesuatu).
Surah al-Fātiḥah diturunkan di Mekah, jadi termasuk surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan salat dan diwajibkan membacanya di dalam salat, karena itu, ia adalah surah yang pertama diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an.
Pokok-Pokok Isinya
Telah disebutkan di atas, bahwa surah al-Fātiḥah adalah induk dari Al-Qur’an seluruhnya, sehingga ia merupakan intisari dari isi Al-Qur’an, yaitu:
1. Akidah
2. Ibadah
3. Hukum-hukum
4. Janji dan ancaman
5. Kisah-kisah.
Akidah
Akidah adalah yang pertama kali dibawa oleh Al-Qur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para nabi dan rasul yang telah diutus sebelum Muhammad saw. juga menanamkan keimanan ini sejak pertama kali mereka diutus kepada umatnya.
Keimanan yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat serta qaḍa' dan qadar. Pada waktu Al-Qur’an diturunkan, keimanan yang dibawa oleh para rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang murni tidak ada lagi. Kepada umat-umat terdahulu telah diutus para rasul, dan mereka telah mempunyai kitab-kitab samawi. Mereka kemudian memandang para rasul, orang-orang saleh, dan malaikat-malaikat sebagai Tuhan. Kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul kepada mereka sudah diubah oleh tangan mereka sendiri.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan waṡani, penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar Ka‘bah terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk menyucikan akidah manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh berbagai kepercayaan dan perbuatan menuhankan sesuatu dalam alam ini.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur’an itu adalah akidah yang amat jelas dan tegas, dapat dipahami akal, dan yang paling sempurna. Tuhan Yang Maha Esa, Dialah yang Khalik, sedang selain Dia adalah makhluk. Tak ada permulaan-Nya, dan tak ada kesudahan-Nya. Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia. Alam semesta ini makhluk Allah, yang akan lenyap dan binasa dengan kehendak Allah, karena keberadaannya juga dengan kehendak Allah.
Di dalam surah al-Fātiḥah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
a.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Maksud ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,” adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan “semua puji” meliputi: (1) puji Tuhan kepada diri-Nya; (2) puji Allah kepada makhluk-Nya; (3) puji makhluk kepada makhluk; dan (4) puji makhluk kepada Tuhannya. Pada hakikatnya, segala puji itu milik Allah.
Seseorang dipuji karena sifat-sifat yang mulia yang ada pada dirinya, atau karena perbuatan, jasa dan budi baiknya. Pujian itu hanya semata-mata milik Allah, karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang menyebabkan Dia berhak dipuji, umpama: sifat Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah memberi nikmat dan karunia, merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang murni adalah ajaran Islam yang terpenting. Sebab itu di dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Rabb bagi seluruh alam.
Kata Rabb itu selain bermakna “Pemilik” juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh”. Dengan ini jelas bahwa apa pun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada di bawah pengetahuan, lindungan dan pemeliharaan Allah. Allah telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk, lalu dikaruniakan-Nya akal, naluri dan kodrat alamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijaga-Nya.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan oleh Allah terhadap makhluk-Nya haruslah diperhatikan dan dipelajari oleh manusia dengan sedalam-dalamnya, dan memang sejak dahulu sampai sekarang telah diperhatikan dan dipelajari oleh para pemikir dan para sarjana, sehingga telah menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kebesaran Allah, serta berguna bagi masyarakat.
b.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ (الفاتحة)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia berdoa memohon sesuatu haruslah langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun juga.
Dengan demikian, terbasmilah sampai ke akar-akarnya kepercayaan syirik (mempersekutukan Allah, membesarkan apa pun selain Allah) kepercayaan waṡani, pagan (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang, dan lain-lain), kepercayaan majusi (menyembah api) dan sebagainya, yaitu kepercayaan yang banyak berkembang dan dianut oleh segala bangsa, sebelum datang agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Kedua ayat yang disebutkan itu:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat lain, yang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik waṡani, majusi, dan sebagainya, adalah penjelasan dari kedua ayat itu.
Pada dasarnya, semua ayat isi surah al-Fātiḥah itu sejak dari
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
sampai dengan
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
menerangkan akidah tauhid.
Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-Fātiḥah dengan firman-Nya:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah hanya kepada Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, Allah mengada-kan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang diben-tangkan Allah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah, dengan mematuhi peraturan-peraturan, menjalankan hukum-hukum, dan berpegang ke-pada akidah yang benar, mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah. Hal itu diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surah al-Fātiḥah ini.
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari tauhid, sebagaimana tauhid pun tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian pula halnya dengan tauhid, yakni tauhid itu tidak akan subur hidup-nya di dalam jiwa dan raga manusia, kalau tidak selalu dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-Fātiḥah ini, di samping disebut tauhid, disebut juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengan penjelasan-penje-lasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.
Hukum-Hukum
Dalam rangka beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan; ada yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan masyarakat dan alam seisinya.
Di dalam Al-Qur’an banyak didapati ayat yang berhubungan dengan hukum dan peraturan itu. Semua ayat ini adalah penjelasan dari apa yang telah dican-tumkan dalam surah al-Fātiḥah. Allah memberi tuntunan hukum dan peraturan dalam firman-Nya:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu akidah (kepercayaan) yang benar, hukum dan peraturan, pelajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an sebagaimana disebutkan di atas.
Janji dan Ancaman
Al-Qur’an juga berisi janji dan ancaman. Dia menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Sebaliknya Dia memperingatkan mereka yang mempersekutukan-Nya, yang membuat onar dan kejahatan dengan azab.
Janji dan ancaman itu ditujukan kepada umum, kaum atau bangsa. Di dalam surah al-Fātiḥah terdapat ayat-ayat yang mengandung janji dan ancaman, yaitu:
a.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Dengan menyebut “Maha Pengasih”, “Maha Penyayang”, Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, limpahan karunia dan nikmat.
b.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan“
Pada hari itu perbuatan manusia sewaktu di dunia akan dibalas. Surga untuk mereka yang beriman dan berbuat baik, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan berbuat salah. Ini adalah janji dan peringatan.
c.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus akan berbahagia, dan yang menghindarkan diri dari jalan yang lurus akan celaka. Dengan ini dapat dipahami adanya janji dan ancaman.
d.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ada orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh dan ṣiddīqīn. Orang-orang yang semacam ini akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga jannatun-na‘īm, dan ini adalah janji-Nya. Di samping itu, ada pula orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang tak mau menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tak mengetahui jalan yang lurus itu atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu.
Mereka yang dimurkai Allah dan orang yang sesat itu akan menderita hukuman dari Allah, dan ini adalah suatu peringatan.
Kisah-Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, Al-Qur’an telah menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat dari penerimaan atau penolakan itu, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang tiga perempat dari isi Al-Qur’an adalah cerita tentang bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fātiḥah ini keadaan bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam firman-Nya:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fātiḥah mengandung kesimpulan isi Al-Qur’an dalam surah-surah yang berikutnya. | null | null | null | null | 1. Rabb رَبّ (al-Fātiḥah/1: 2)
Kata rabb secara etimologi berarti, “pemelihara”, “pendidik”, “pengasuh”, “pengatur”, dan “yang menumbuhkan”. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki sebagai pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur dan yang menumbuhkan makhluknya. Oleh sebab itu, kata rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Tuhan”. Kata rabb di dalam Al-Qur’an disebut 151 kali.
2. Ar-Raḥmān, ar-Raḥīm اَلرَّحْمٰن اَلرَّحِيْم (al-Fātiḥah/1: 3)
Kata ar-raḥmān terambil dari ar-raḥmah yang berarti belas kasihan, yaitu suatu sifat yang menimbulkan perbuatan memberi nikmat dan karunia. Jadi, kata ar-raḥmān berarti “Yang berbuat (memberi) nikmat dan karunia yang banyak”. Kata ar-raḥmān disebutkan dalam Al-Qur’an 57 kali di berbagai surah, termasuk pada Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata ar-raḥmān terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, ar-Ra‘ad, al-Isrā’, Maryam, Ṭāhā, al-Anbiyā’, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, an-Naml, Yāsīn, Fuṣṣilat, az-Zukhruf, Qāf, ar-Raḥmān, al-Ḥasyr, al-Mulk, dan an-Naba’.
Kata ar-raḥīm juga diambil dari kata ar-raḥmah. Arti ar-raḥīm ialah: “Yang mempunyai sifat belas kasihan dan sifat itu tetap padanya selama-lamanya”. Kata ar-raḥīm disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 95 kali termasuk dalam Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata Ar-raḥīm tersebut terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, Āli ‘Imrān, an-Nisā’, al-Mā’idah, al-An‘ām, al-A‘rāf, al-Anfāl, at-Taubah, Yūnus, Hūd, Yūsuf, Ibrāhīm, al-Ḥijr, an-Naḥl, al-Ḥajj, an-Nūr, asy-Syu‘arā’, an-Naml, al-Qaṣaṣ, ar-Rūm, as-Sajdah, Saba’, Yāsīn, az-Zumar, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, ad-Dukhān, al-Aḥqāf, al-Ḥujurāt, aṭ-Ṭūr, al-Ḥadīd, al-Mujādilah, al-Ḥasyr, al-Mumtaḥanah, at-Tagābun, at-Taḥrīm, dan al-Muzzammil.
Ar-raḥmān dan ar-raḥīm maksudnya bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang banyak dengan murah dan telah melimpahkan karunia yang tidak terhingga, karena Dia bersifat belas kasihan kepada makhluk-Nya. Karena sifat belas kasihan itu merupakan sifat yang tetap pada-Nya, maka nikmat dan karunia Allah tidak ada putus-putusnya. | null | null |
2 | 1 | الفاتحة | Al-Fātiḥah | Al-Fatihah | Pembuka | 7 | 1 | Makkiyah | 2 | 1 | 0 | 1 | 1 | اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ | Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a). | Segala puji bagi Allah, Tuhan1) semesta alam | 1 | 1) Allah Swt. disebut rabb (Tuhan) seluruh alam karena Dialah yang telah menciptakan, memelihara, mendidik, mengatur, mengurus, memberi rezeki, dan sebagainya kepada semua makhluk-Nya. | Segala puji kita persembahkan hanya untuk Allah semata, Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam, yaitu semua jenis makhluk. | Pada ayat di atas, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut “Basmalah” untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.
Al-ḥamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-ḥamdu lillāh bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.
Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.
‘Ālamīn artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir mengkhususkan ‘ālamīn pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.
Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya de-ngan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, mem-berikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.
Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehi-dupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari per-tumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya. | Nama, Tempat Diturunkan, dan Jumlah Ayat
Surah pertama al-Fātiḥah mempunyai bermacam-macam nama, antara lain:
1. Surah al-Fātiḥah
Kata “Fātiḥah” terambil dari kata kerja fataḥa yang berarti “membuka” atau “memulai”. Sedangkan “al-” adalah kata sandang, artikel definitif, itu, penunjuk suatu kata benda. Al-Fātiḥah di sini berarti “Pembuka” atau “Pemula”. Surah ini dinamakan “al-Fātiḥah” karena dengan surah inilah dibuka Al-Qur’an, artinya dengan surah inilah dimulai susunan surah-surah Al-Qur’an. Peletakannya di permulaan Al-Qur’an berdasarkan tauqīfi, artinya perintah dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
2. Ummul-Qur’ān atau Ummul-Kitāb
Di samping nama “al-Fātiḥah“, surah ini juga dinamakan Ummul-Qur’ān (Induk Al-Qur’an) atau Ummul-Kitāb (Induk Al-Kitab), karena merupakan induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surah al-Fātiḥah mengandung pokok-pokok isi Al-Qur’an
3. As-Sab‘ul Maṡānī
Surah al-Fātiḥah juga dinamai as-Sab‘ul-Maṡānī (tujuh yang berulang-ulang). Dinamai demikian karena ayatnya berjumlah tujuh, dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Salat tidak sah tanpa membaca surah al-Fātiḥah, berdasarkan Hadis:
لَا صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه اصحاب الستة عن عبادة بن الصامت)
Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca al-Fātiḥah. (Riwayat Aṣḥābus-Sittah dari ‘Ubadah bin aṣ-Ṣāmit)
Selain beberapa nama yang disebutkan, masih ada nama-nama lain, yaitu al-Kanz (Perbendaharaan), al-Ḥamd (Pujian), aṣ-Ṣalāh (Salat), al-Wāqiyah (Yang Me-lindungi), Asāsul-Qur'ān (Pokok-pokok Al-Qur’an), asy-Syāfiyah (Penyembuhan), al-Kāfiyah (Yang Mencukupi), ar-Ruqyah (Bacaan untuk Pengobatan), asy-Syukur (Syukur) ad-Du’ā (Doa) dan al-Asās (Asas Segala Sesuatu).
Surah al-Fātiḥah diturunkan di Mekah, jadi termasuk surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan salat dan diwajibkan membacanya di dalam salat, karena itu, ia adalah surah yang pertama diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an.
Pokok-Pokok Isinya
Telah disebutkan di atas, bahwa surah al-Fātiḥah adalah induk dari Al-Qur’an seluruhnya, sehingga ia merupakan intisari dari isi Al-Qur’an, yaitu:
1. Akidah
2. Ibadah
3. Hukum-hukum
4. Janji dan ancaman
5. Kisah-kisah.
Akidah
Akidah adalah yang pertama kali dibawa oleh Al-Qur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para nabi dan rasul yang telah diutus sebelum Muhammad saw. juga menanamkan keimanan ini sejak pertama kali mereka diutus kepada umatnya.
Keimanan yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat serta qaḍa' dan qadar. Pada waktu Al-Qur’an diturunkan, keimanan yang dibawa oleh para rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang murni tidak ada lagi. Kepada umat-umat terdahulu telah diutus para rasul, dan mereka telah mempunyai kitab-kitab samawi. Mereka kemudian memandang para rasul, orang-orang saleh, dan malaikat-malaikat sebagai Tuhan. Kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul kepada mereka sudah diubah oleh tangan mereka sendiri.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan waṡani, penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar Ka‘bah terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk menyucikan akidah manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh berbagai kepercayaan dan perbuatan menuhankan sesuatu dalam alam ini.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur’an itu adalah akidah yang amat jelas dan tegas, dapat dipahami akal, dan yang paling sempurna. Tuhan Yang Maha Esa, Dialah yang Khalik, sedang selain Dia adalah makhluk. Tak ada permulaan-Nya, dan tak ada kesudahan-Nya. Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia. Alam semesta ini makhluk Allah, yang akan lenyap dan binasa dengan kehendak Allah, karena keberadaannya juga dengan kehendak Allah.
Di dalam surah al-Fātiḥah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
a.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Maksud ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,” adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan “semua puji” meliputi: (1) puji Tuhan kepada diri-Nya; (2) puji Allah kepada makhluk-Nya; (3) puji makhluk kepada makhluk; dan (4) puji makhluk kepada Tuhannya. Pada hakikatnya, segala puji itu milik Allah.
Seseorang dipuji karena sifat-sifat yang mulia yang ada pada dirinya, atau karena perbuatan, jasa dan budi baiknya. Pujian itu hanya semata-mata milik Allah, karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang menyebabkan Dia berhak dipuji, umpama: sifat Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah memberi nikmat dan karunia, merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang murni adalah ajaran Islam yang terpenting. Sebab itu di dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Rabb bagi seluruh alam.
Kata Rabb itu selain bermakna “Pemilik” juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh”. Dengan ini jelas bahwa apa pun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada di bawah pengetahuan, lindungan dan pemeliharaan Allah. Allah telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk, lalu dikaruniakan-Nya akal, naluri dan kodrat alamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijaga-Nya.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan oleh Allah terhadap makhluk-Nya haruslah diperhatikan dan dipelajari oleh manusia dengan sedalam-dalamnya, dan memang sejak dahulu sampai sekarang telah diperhatikan dan dipelajari oleh para pemikir dan para sarjana, sehingga telah menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kebesaran Allah, serta berguna bagi masyarakat.
b.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ (الفاتحة)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia berdoa memohon sesuatu haruslah langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun juga.
Dengan demikian, terbasmilah sampai ke akar-akarnya kepercayaan syirik (mempersekutukan Allah, membesarkan apa pun selain Allah) kepercayaan waṡani, pagan (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang, dan lain-lain), kepercayaan majusi (menyembah api) dan sebagainya, yaitu kepercayaan yang banyak berkembang dan dianut oleh segala bangsa, sebelum datang agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Kedua ayat yang disebutkan itu:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat lain, yang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik waṡani, majusi, dan sebagainya, adalah penjelasan dari kedua ayat itu.
Pada dasarnya, semua ayat isi surah al-Fātiḥah itu sejak dari
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
sampai dengan
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
menerangkan akidah tauhid.
Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-Fātiḥah dengan firman-Nya:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah hanya kepada Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, Allah mengada-kan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang diben-tangkan Allah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah, dengan mematuhi peraturan-peraturan, menjalankan hukum-hukum, dan berpegang ke-pada akidah yang benar, mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah. Hal itu diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surah al-Fātiḥah ini.
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari tauhid, sebagaimana tauhid pun tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian pula halnya dengan tauhid, yakni tauhid itu tidak akan subur hidup-nya di dalam jiwa dan raga manusia, kalau tidak selalu dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-Fātiḥah ini, di samping disebut tauhid, disebut juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengan penjelasan-penje-lasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.
Hukum-Hukum
Dalam rangka beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan; ada yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan masyarakat dan alam seisinya.
Di dalam Al-Qur’an banyak didapati ayat yang berhubungan dengan hukum dan peraturan itu. Semua ayat ini adalah penjelasan dari apa yang telah dican-tumkan dalam surah al-Fātiḥah. Allah memberi tuntunan hukum dan peraturan dalam firman-Nya:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu akidah (kepercayaan) yang benar, hukum dan peraturan, pelajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an sebagaimana disebutkan di atas.
Janji dan Ancaman
Al-Qur’an juga berisi janji dan ancaman. Dia menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Sebaliknya Dia memperingatkan mereka yang mempersekutukan-Nya, yang membuat onar dan kejahatan dengan azab.
Janji dan ancaman itu ditujukan kepada umum, kaum atau bangsa. Di dalam surah al-Fātiḥah terdapat ayat-ayat yang mengandung janji dan ancaman, yaitu:
a.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Dengan menyebut “Maha Pengasih”, “Maha Penyayang”, Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, limpahan karunia dan nikmat.
b.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan“
Pada hari itu perbuatan manusia sewaktu di dunia akan dibalas. Surga untuk mereka yang beriman dan berbuat baik, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan berbuat salah. Ini adalah janji dan peringatan.
c.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus akan berbahagia, dan yang menghindarkan diri dari jalan yang lurus akan celaka. Dengan ini dapat dipahami adanya janji dan ancaman.
d.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ada orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh dan ṣiddīqīn. Orang-orang yang semacam ini akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga jannatun-na‘īm, dan ini adalah janji-Nya. Di samping itu, ada pula orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang tak mau menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tak mengetahui jalan yang lurus itu atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu.
Mereka yang dimurkai Allah dan orang yang sesat itu akan menderita hukuman dari Allah, dan ini adalah suatu peringatan.
Kisah-Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, Al-Qur’an telah menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat dari penerimaan atau penolakan itu, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang tiga perempat dari isi Al-Qur’an adalah cerita tentang bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fātiḥah ini keadaan bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam firman-Nya:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fātiḥah mengandung kesimpulan isi Al-Qur’an dalam surah-surah yang berikutnya. | null | null | null | null | 1. Rabb رَبّ (al-Fātiḥah/1: 2)
Kata rabb secara etimologi berarti, “pemelihara”, “pendidik”, “pengasuh”, “pengatur”, dan “yang menumbuhkan”. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki sebagai pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur dan yang menumbuhkan makhluknya. Oleh sebab itu, kata rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Tuhan”. Kata rabb di dalam Al-Qur’an disebut 151 kali.
2. Ar-Raḥmān, ar-Raḥīm اَلرَّحْمٰن اَلرَّحِيْم (al-Fātiḥah/1: 3)
Kata ar-raḥmān terambil dari ar-raḥmah yang berarti belas kasihan, yaitu suatu sifat yang menimbulkan perbuatan memberi nikmat dan karunia. Jadi, kata ar-raḥmān berarti “Yang berbuat (memberi) nikmat dan karunia yang banyak”. Kata ar-raḥmān disebutkan dalam Al-Qur’an 57 kali di berbagai surah, termasuk pada Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata ar-raḥmān terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, ar-Ra‘ad, al-Isrā’, Maryam, Ṭāhā, al-Anbiyā’, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, an-Naml, Yāsīn, Fuṣṣilat, az-Zukhruf, Qāf, ar-Raḥmān, al-Ḥasyr, al-Mulk, dan an-Naba’.
Kata ar-raḥīm juga diambil dari kata ar-raḥmah. Arti ar-raḥīm ialah: “Yang mempunyai sifat belas kasihan dan sifat itu tetap padanya selama-lamanya”. Kata ar-raḥīm disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 95 kali termasuk dalam Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata Ar-raḥīm tersebut terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, Āli ‘Imrān, an-Nisā’, al-Mā’idah, al-An‘ām, al-A‘rāf, al-Anfāl, at-Taubah, Yūnus, Hūd, Yūsuf, Ibrāhīm, al-Ḥijr, an-Naḥl, al-Ḥajj, an-Nūr, asy-Syu‘arā’, an-Naml, al-Qaṣaṣ, ar-Rūm, as-Sajdah, Saba’, Yāsīn, az-Zumar, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, ad-Dukhān, al-Aḥqāf, al-Ḥujurāt, aṭ-Ṭūr, al-Ḥadīd, al-Mujādilah, al-Ḥasyr, al-Mumtaḥanah, at-Tagābun, at-Taḥrīm, dan al-Muzzammil.
Ar-raḥmān dan ar-raḥīm maksudnya bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang banyak dengan murah dan telah melimpahkan karunia yang tidak terhingga, karena Dia bersifat belas kasihan kepada makhluk-Nya. Karena sifat belas kasihan itu merupakan sifat yang tetap pada-Nya, maka nikmat dan karunia Allah tidak ada putus-putusnya. | null | null |
3 | 1 | الفاتحة | Al-Fātiḥah | Al-Fatihah | Pembuka | 7 | 1 | Makkiyah | 3 | 1 | 0 | 1 | 1 | الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ | Ar-raḥmānir-raḥīm(i). | Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, | null | null | Dialah Yang Maha Pengasih, Pemilik dan sumber sifat kasih, Yang menganugerahkan segala macam karunia, baik besar maupun kecil, kepada seluruh makhluk, Maha Penyayang Yang selalu tiada henti memberi kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang beriman. | Pada ayat dua di atas Allah swt menerangkan bahwa Dia adalah Tuhan seluruh alam. Maka untuk mengingatkan hamba kepada nikmat dan karunia yang berlipat-ganda, yang telah dilimpahkan-Nya, serta sifat dan cinta kasih sayang yang abadi pada diri-Nya, diulang-Nya sekali lagi menyebut ar-Raḥmān ar-Raḥīm. Yang demikian dimaksudkan agar gambaran keganasan dan kezaliman seperti raja-raja yang dipertuan dan bersifat sewenang-wenang lenyap dari pikiran hamba.
Allah mengingatkan dalam ayat ini bahwa sifat ketuhanan Allah terhadap hamba-Nya bukanlah sifat keganasan dan kezaliman, tetapi berdasarkan cinta dan kasih sayang. Dengan demikian manusia akan mencintai Tuhannya, dan menyembah Allah dengan hati yang aman dan tenteram, bebas dari rasa takut dan gelisah. Malah dia akan mengambil pelajaran dari sifat-sifat Allah. Dia akan mendasarkan pergaulan dan tingkah lakunya terhadap manusia sesamanya, atau terhadap orang yang di bawah pimpinannya, malah terhadap binatang yang tak pandai berbicara sekalipun, atas sifat cinta dan kasih sayang itu. Karena dengan jalan demikianlah manusia akan mendapat rahmat dan karunia dari Tuhannya.
Rasulullah bersabda:
اِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ. (رواه الطبراني)
Allah hanya sayang kepada hamba-hamba-Nya yang pengasih. (Riwayat at-Ṭabrānī)
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمٰنُ تَبَارَكَ وَتَعَالىَ اِرْحَمُوْا مَنْ فِى اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِىالسَّمَاءِ. (رواه احمد وابو داود والترمذي والحاكم)
Orang-orang yang penyayang, akan disayangi oleh Allah yang Rahman Tabaraka wa Ta‘ala.(Oleh karena itu) sayangilah semua makhluk yang di bumi, niscaya semua makhluk yang di langit akan menyayangi kamu semua. (Riwayat Aḥmad, Abū Dāwud at-Tirmiżī dan al-Ḥākim).
Rasulullah bersabda:
مَنْ رَحِمَ وَلَوْ ذَبِيْحَةَ عُصْفُوْرٍ رَحِمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه البخاري)
“Siapa yang kasih sayang meskipun kepada seekor burung (pipit) yang disembelih, akan disayangi Allah pada hari Kiamat. (Riwayat al-Bukhārī)
Maksud hadis yang ketiga ialah menggunakan aturan dan tata cara pada waktu menyembelih burung, misalnya memakai pisau yang tajam. Dapat pula dipahami dari urutan kata ar-Raḥmān, ar-Raḥīm, bahwa penjagaan, pemeliharaan dan asuhan Allah terhadap seluruh alam, bukanlah karena mengharapkan sesuatu dari alam itu, tetapi semata-mata karena rahmat dan kasih sayang-Nya.
Boleh jadi ada yang terlintas dalam pikiran orang, mengapa Allah membuat peraturan dan hukum, dan menghukum orang-orang yang melanggar peraturan itu? Pikiran ini akan hilang bila diketahui bahwa peraturan dan hukum, begitu juga azab di akhirat atau di dunia yang dibuat Allah untuk hamba-Nya yang melanggar tidaklah berlawanan dengan sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena peraturan dan hukum itu rahmat dari Allah demi untuk kebaikan manusia itu sendiri. Begitu pula azab dari Allah terhadap hamba-Nya yang melanggar peraturan dan hukum itu sesuai dengan keadilan-Nya. | Nama, Tempat Diturunkan, dan Jumlah Ayat
Surah pertama al-Fātiḥah mempunyai bermacam-macam nama, antara lain:
1. Surah al-Fātiḥah
Kata “Fātiḥah” terambil dari kata kerja fataḥa yang berarti “membuka” atau “memulai”. Sedangkan “al-” adalah kata sandang, artikel definitif, itu, penunjuk suatu kata benda. Al-Fātiḥah di sini berarti “Pembuka” atau “Pemula”. Surah ini dinamakan “al-Fātiḥah” karena dengan surah inilah dibuka Al-Qur’an, artinya dengan surah inilah dimulai susunan surah-surah Al-Qur’an. Peletakannya di permulaan Al-Qur’an berdasarkan tauqīfi, artinya perintah dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
2. Ummul-Qur’ān atau Ummul-Kitāb
Di samping nama “al-Fātiḥah“, surah ini juga dinamakan Ummul-Qur’ān (Induk Al-Qur’an) atau Ummul-Kitāb (Induk Al-Kitab), karena merupakan induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surah al-Fātiḥah mengandung pokok-pokok isi Al-Qur’an
3. As-Sab‘ul Maṡānī
Surah al-Fātiḥah juga dinamai as-Sab‘ul-Maṡānī (tujuh yang berulang-ulang). Dinamai demikian karena ayatnya berjumlah tujuh, dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Salat tidak sah tanpa membaca surah al-Fātiḥah, berdasarkan Hadis:
لَا صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه اصحاب الستة عن عبادة بن الصامت)
Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca al-Fātiḥah. (Riwayat Aṣḥābus-Sittah dari ‘Ubadah bin aṣ-Ṣāmit)
Selain beberapa nama yang disebutkan, masih ada nama-nama lain, yaitu al-Kanz (Perbendaharaan), al-Ḥamd (Pujian), aṣ-Ṣalāh (Salat), al-Wāqiyah (Yang Me-lindungi), Asāsul-Qur'ān (Pokok-pokok Al-Qur’an), asy-Syāfiyah (Penyembuhan), al-Kāfiyah (Yang Mencukupi), ar-Ruqyah (Bacaan untuk Pengobatan), asy-Syukur (Syukur) ad-Du’ā (Doa) dan al-Asās (Asas Segala Sesuatu).
Surah al-Fātiḥah diturunkan di Mekah, jadi termasuk surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan salat dan diwajibkan membacanya di dalam salat, karena itu, ia adalah surah yang pertama diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an.
Pokok-Pokok Isinya
Telah disebutkan di atas, bahwa surah al-Fātiḥah adalah induk dari Al-Qur’an seluruhnya, sehingga ia merupakan intisari dari isi Al-Qur’an, yaitu:
1. Akidah
2. Ibadah
3. Hukum-hukum
4. Janji dan ancaman
5. Kisah-kisah.
Akidah
Akidah adalah yang pertama kali dibawa oleh Al-Qur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para nabi dan rasul yang telah diutus sebelum Muhammad saw. juga menanamkan keimanan ini sejak pertama kali mereka diutus kepada umatnya.
Keimanan yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat serta qaḍa' dan qadar. Pada waktu Al-Qur’an diturunkan, keimanan yang dibawa oleh para rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang murni tidak ada lagi. Kepada umat-umat terdahulu telah diutus para rasul, dan mereka telah mempunyai kitab-kitab samawi. Mereka kemudian memandang para rasul, orang-orang saleh, dan malaikat-malaikat sebagai Tuhan. Kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul kepada mereka sudah diubah oleh tangan mereka sendiri.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan waṡani, penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar Ka‘bah terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk menyucikan akidah manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh berbagai kepercayaan dan perbuatan menuhankan sesuatu dalam alam ini.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur’an itu adalah akidah yang amat jelas dan tegas, dapat dipahami akal, dan yang paling sempurna. Tuhan Yang Maha Esa, Dialah yang Khalik, sedang selain Dia adalah makhluk. Tak ada permulaan-Nya, dan tak ada kesudahan-Nya. Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia. Alam semesta ini makhluk Allah, yang akan lenyap dan binasa dengan kehendak Allah, karena keberadaannya juga dengan kehendak Allah.
Di dalam surah al-Fātiḥah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
a.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Maksud ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,” adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan “semua puji” meliputi: (1) puji Tuhan kepada diri-Nya; (2) puji Allah kepada makhluk-Nya; (3) puji makhluk kepada makhluk; dan (4) puji makhluk kepada Tuhannya. Pada hakikatnya, segala puji itu milik Allah.
Seseorang dipuji karena sifat-sifat yang mulia yang ada pada dirinya, atau karena perbuatan, jasa dan budi baiknya. Pujian itu hanya semata-mata milik Allah, karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang menyebabkan Dia berhak dipuji, umpama: sifat Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah memberi nikmat dan karunia, merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang murni adalah ajaran Islam yang terpenting. Sebab itu di dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Rabb bagi seluruh alam.
Kata Rabb itu selain bermakna “Pemilik” juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh”. Dengan ini jelas bahwa apa pun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada di bawah pengetahuan, lindungan dan pemeliharaan Allah. Allah telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk, lalu dikaruniakan-Nya akal, naluri dan kodrat alamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijaga-Nya.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan oleh Allah terhadap makhluk-Nya haruslah diperhatikan dan dipelajari oleh manusia dengan sedalam-dalamnya, dan memang sejak dahulu sampai sekarang telah diperhatikan dan dipelajari oleh para pemikir dan para sarjana, sehingga telah menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kebesaran Allah, serta berguna bagi masyarakat.
b.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ (الفاتحة)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia berdoa memohon sesuatu haruslah langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun juga.
Dengan demikian, terbasmilah sampai ke akar-akarnya kepercayaan syirik (mempersekutukan Allah, membesarkan apa pun selain Allah) kepercayaan waṡani, pagan (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang, dan lain-lain), kepercayaan majusi (menyembah api) dan sebagainya, yaitu kepercayaan yang banyak berkembang dan dianut oleh segala bangsa, sebelum datang agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Kedua ayat yang disebutkan itu:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat lain, yang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik waṡani, majusi, dan sebagainya, adalah penjelasan dari kedua ayat itu.
Pada dasarnya, semua ayat isi surah al-Fātiḥah itu sejak dari
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
sampai dengan
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
menerangkan akidah tauhid.
Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-Fātiḥah dengan firman-Nya:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah hanya kepada Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, Allah mengada-kan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang diben-tangkan Allah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah, dengan mematuhi peraturan-peraturan, menjalankan hukum-hukum, dan berpegang ke-pada akidah yang benar, mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah. Hal itu diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surah al-Fātiḥah ini.
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari tauhid, sebagaimana tauhid pun tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian pula halnya dengan tauhid, yakni tauhid itu tidak akan subur hidup-nya di dalam jiwa dan raga manusia, kalau tidak selalu dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-Fātiḥah ini, di samping disebut tauhid, disebut juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengan penjelasan-penje-lasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.
Hukum-Hukum
Dalam rangka beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan; ada yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan masyarakat dan alam seisinya.
Di dalam Al-Qur’an banyak didapati ayat yang berhubungan dengan hukum dan peraturan itu. Semua ayat ini adalah penjelasan dari apa yang telah dican-tumkan dalam surah al-Fātiḥah. Allah memberi tuntunan hukum dan peraturan dalam firman-Nya:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu akidah (kepercayaan) yang benar, hukum dan peraturan, pelajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an sebagaimana disebutkan di atas.
Janji dan Ancaman
Al-Qur’an juga berisi janji dan ancaman. Dia menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Sebaliknya Dia memperingatkan mereka yang mempersekutukan-Nya, yang membuat onar dan kejahatan dengan azab.
Janji dan ancaman itu ditujukan kepada umum, kaum atau bangsa. Di dalam surah al-Fātiḥah terdapat ayat-ayat yang mengandung janji dan ancaman, yaitu:
a.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Dengan menyebut “Maha Pengasih”, “Maha Penyayang”, Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, limpahan karunia dan nikmat.
b.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan“
Pada hari itu perbuatan manusia sewaktu di dunia akan dibalas. Surga untuk mereka yang beriman dan berbuat baik, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan berbuat salah. Ini adalah janji dan peringatan.
c.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus akan berbahagia, dan yang menghindarkan diri dari jalan yang lurus akan celaka. Dengan ini dapat dipahami adanya janji dan ancaman.
d.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ada orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh dan ṣiddīqīn. Orang-orang yang semacam ini akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga jannatun-na‘īm, dan ini adalah janji-Nya. Di samping itu, ada pula orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang tak mau menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tak mengetahui jalan yang lurus itu atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu.
Mereka yang dimurkai Allah dan orang yang sesat itu akan menderita hukuman dari Allah, dan ini adalah suatu peringatan.
Kisah-Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, Al-Qur’an telah menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat dari penerimaan atau penolakan itu, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang tiga perempat dari isi Al-Qur’an adalah cerita tentang bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fātiḥah ini keadaan bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam firman-Nya:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fātiḥah mengandung kesimpulan isi Al-Qur’an dalam surah-surah yang berikutnya. | null | null | null | null | 1. Rabb رَبّ (al-Fātiḥah/1: 2)
Kata rabb secara etimologi berarti, “pemelihara”, “pendidik”, “pengasuh”, “pengatur”, dan “yang menumbuhkan”. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki sebagai pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur dan yang menumbuhkan makhluknya. Oleh sebab itu, kata rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Tuhan”. Kata rabb di dalam Al-Qur’an disebut 151 kali.
2. Ar-Raḥmān, ar-Raḥīm اَلرَّحْمٰن اَلرَّحِيْم (al-Fātiḥah/1: 3)
Kata ar-raḥmān terambil dari ar-raḥmah yang berarti belas kasihan, yaitu suatu sifat yang menimbulkan perbuatan memberi nikmat dan karunia. Jadi, kata ar-raḥmān berarti “Yang berbuat (memberi) nikmat dan karunia yang banyak”. Kata ar-raḥmān disebutkan dalam Al-Qur’an 57 kali di berbagai surah, termasuk pada Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata ar-raḥmān terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, ar-Ra‘ad, al-Isrā’, Maryam, Ṭāhā, al-Anbiyā’, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, an-Naml, Yāsīn, Fuṣṣilat, az-Zukhruf, Qāf, ar-Raḥmān, al-Ḥasyr, al-Mulk, dan an-Naba’.
Kata ar-raḥīm juga diambil dari kata ar-raḥmah. Arti ar-raḥīm ialah: “Yang mempunyai sifat belas kasihan dan sifat itu tetap padanya selama-lamanya”. Kata ar-raḥīm disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 95 kali termasuk dalam Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata Ar-raḥīm tersebut terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, Āli ‘Imrān, an-Nisā’, al-Mā’idah, al-An‘ām, al-A‘rāf, al-Anfāl, at-Taubah, Yūnus, Hūd, Yūsuf, Ibrāhīm, al-Ḥijr, an-Naḥl, al-Ḥajj, an-Nūr, asy-Syu‘arā’, an-Naml, al-Qaṣaṣ, ar-Rūm, as-Sajdah, Saba’, Yāsīn, az-Zumar, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, ad-Dukhān, al-Aḥqāf, al-Ḥujurāt, aṭ-Ṭūr, al-Ḥadīd, al-Mujādilah, al-Ḥasyr, al-Mumtaḥanah, at-Tagābun, at-Taḥrīm, dan al-Muzzammil.
Ar-raḥmān dan ar-raḥīm maksudnya bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang banyak dengan murah dan telah melimpahkan karunia yang tidak terhingga, karena Dia bersifat belas kasihan kepada makhluk-Nya. Karena sifat belas kasihan itu merupakan sifat yang tetap pada-Nya, maka nikmat dan karunia Allah tidak ada putus-putusnya. | null | null |
4 | 1 | الفاتحة | Al-Fātiḥah | Al-Fatihah | Pembuka | 7 | 1 | Makkiyah | 4 | 1 | 0 | 1 | 1 | مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ | Māliki yaumid-dīn(i). | Pemilik hari Pembalasan.2) | 2 | 2) Yaumid-dīn (hari Pembalasan) adalah hari ketika kelak manusia menerima balasan atas amal-amalnya yang baik dan yang buruk. Hari itu disebut juga yaumul-qiyāmah (hari Kiamat), yaumul-ḥisāb (hari Penghitungan), dan sebagainya. | Dialah satu-satunya Pemilik hari Pembalasan dan perhitungan atas segala perbuatan, yaitu hari kiamat. Kepemilikan-Nya pada hari itu bersifat mutlak dan tidak disekutui oleh suatu apa pun. | Sesudah Allah menyebutkan beberapa sifat-Nya, yaitu: Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, maka diiringi-Nya dengan menyebutkan satu sifat-Nya lagi, yaitu “menguasai hari pembalasan”. Penyebutan ayat ini dimaksudkan agar kekuasaan Allah atas alam ini tak terhenti sampai di dunia ini saja, tetapi terus berkelanjutan sampai hari akhir.
Ada dua macam bacaan berkenaan dengan Mālik. Pertama, dengan meman-jangkan mā, dan kedua dengan memendekkannya. Menurut bacaan yang perta-ma, Mālik artinya “Yang memiliki” (Yang empunya). Sedang menurut bacaan yang kedua, artinya “Raja”. Kedua bacaan itu benar.
Baik menurut bacaan yang pertama ataupun bacaan yang kedua, dapat dipa-hami dari kata itu arti “berkuasa” dan bertindak dengan sepenuhnya. Sebab itulah diterjemahkan dengan “Yang menguasai”. “Yaum” artinya hari, tetapi yang dimaksud di sini ialah waktu secara mutlak.
Ad-dīn banyak artinya, di antaranya: (1) perhitungan, (2) ganjaran, pembalas-an, (3) patuh, (4) menundukkan, dan (5) syariat, agama. Yang selaras di sini ialah dengan arti “pembalasan”. Jadi, Māliki yaumiddīn maksudnya “Allah itulah yang berkuasa dan yang dapat bertindak dengan sepenuhnya terhadap semua makhluk-Nya pada hari pembalasan.”
Sebetulnya pada hari kemudian itu banyak hal yang terjadi, yaitu Kiamat, kebangkitan, berkumpul, perhitungan, pembalasan, tetapi pembalasan sajalah yang disebut oleh Allah di sini, karena itulah yang terpenting. Yang lain dari itu, umpamanya kiamat, kebangkitan dan seterusnya, merupakan pendahuluan dari pembalasan, apalagi untuk targīb dan tarhīb (menggalakkan dan menakut-nakuti), penyebutan “hari pembalasan” itu lebih tepat.
Hari Akhirat Menurut Pendapat Akal (Filsafat)
Kepercayaan tentang adanya hari akhirat, yang di hari itu akan diadakan perhitungan terhadap perbuatan manusia pada masa hidupnya dan diadakan pembalasan yang setimpal, adalah suatu kepercayaan yang sesuai dengan akal. Sebab itu adanya hidup yang lain, sesudah hidup di dunia ini, bukan saja ditetapkan oleh agama, tetapi juga ditunjukkan oleh akal.
Seseorang yang mau berpikir tentu akan merasa bahwa hidup di dunia ini belumlah sempurna, perlu disambung dengan hidup yang lain. Alangkah banyaknya orang yang teraniaya hidup di dunia ini telah pulang ke rahmatullah sebelum mendapat keadilan. Alangkah banyaknya orang yang berjasa kecil atau besar, belum mendapat penghargaan atas jasanya. Alangkah banyaknya orang yang telah berusaha, memeras keringat, membanting tulang, tetapi belum sempat lagi merasakan buah usahanya itu. Sebaliknya, alangkah banyaknya penjahat, penganiaya, pembuat onar, yang tak dapat dijangkau oleh pengadilan di dunia ini. Lebih-lebih kalau yang melakukan kejahatan atau aniaya itu orang yang berkuasa sebagai raja, pembesar dan lain-lain. Maka biarpun kejahatan dan aniaya itu telah merantai bangsa seluruhnya, tidaklah akan digugat orang, malah dia tetap dipuja dan dihormati. Maka, dimanakah akan didapat keadilan itu, seandainya nanti tidak ada mahkamah yang lebih tinggi, Mahkamah Allah di hari kemudian?
Sebab itu, para pemikir dari zaman dahulu telah ada yang sampai kepada kepercayaan tentang adanya hari akhirat itu, semata-mata dengan jalan berpikir, antara lain Pitagoras. Filsuf ini berpendapat bahwa hidup di dunia ini merupakan bekal hidup yang abadi di akhirat kelak. Sebab itu sejak dari dunia hendaklah orang bersedia untuk hidup yang abadi. Sokrates, Plato dan Aristoteles berpendapat, “Jiwa yang baik akan merasakan kenikmatan dan kelezatan di akhirat, tetapi bukan kelezatan kebendaan, karena kelezatan kebendaan itu terbatas dan mendatangkan bosan dan jemu. Hanya kelezatan rohani, yang betapa pun banyak dan lamanya, tidak menyebabkan bosan dan jemu.”
Kepercayaan Masyarakat Arab
Sebelum Islam tentang Hari Akhirat
Di antara masyarakat Arab sebelum Islam terdapat beberapa pemikir dan pujangga yang telah mempercayai adanya hari kemudian, seperti Zuhair bin Abi Sulma yang meninggal dunia setahun sebelum Nabi Muhammad saw diutus Allah sebagai rasul.
Ada pula di antara mereka yang tidak mempercayai adanya hari kemudian. Dengarlah apa yang dikatakan oleh salah seorang penyair mereka: “Hidup, sesudah itu mati, sesudah itu dibangkitkan lagi, itulah cerita dongeng, hai fulan.” Karena itu, datanglah agama Islam, membawa kepastian tentang adanya hari kemudian. Pada hari itu akan dihisab semua perbuatan yang telah dikerjakan manusia selama hidupnya, besar atau kecil. Allah berfirman:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ٧ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ ٨ (الزلزلة)
(7) Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, (8) dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (az-Zalzalah/99: 7-8)
Tidak sedikit ayat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa di antara mereka memang banyak yang tidak percaya adanya hari akhirat; hidup hanya di dunia, setelah itu selesai (al-An‘ām/6: 29 ; al-Mu’minūn/23: 37). Mereka berkata, bila seorang bapak mati, maka lahir anak, bila suatu bangsa punah, maka datang bangsa lain. Mereka tidak percaya, bahwa sesudah mati manusia masih akan hidup kembali (Hūd/11: 7; al-Isrā’/17: 49) dan banyak lagi ayat senada yang menggambarkan pendirian demikian. Di dalam sejarah pemikiran tercatat bahwa sejak dahulu kala banyak anggapan yang demikian itu. | Nama, Tempat Diturunkan, dan Jumlah Ayat
Surah pertama al-Fātiḥah mempunyai bermacam-macam nama, antara lain:
1. Surah al-Fātiḥah
Kata “Fātiḥah” terambil dari kata kerja fataḥa yang berarti “membuka” atau “memulai”. Sedangkan “al-” adalah kata sandang, artikel definitif, itu, penunjuk suatu kata benda. Al-Fātiḥah di sini berarti “Pembuka” atau “Pemula”. Surah ini dinamakan “al-Fātiḥah” karena dengan surah inilah dibuka Al-Qur’an, artinya dengan surah inilah dimulai susunan surah-surah Al-Qur’an. Peletakannya di permulaan Al-Qur’an berdasarkan tauqīfi, artinya perintah dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
2. Ummul-Qur’ān atau Ummul-Kitāb
Di samping nama “al-Fātiḥah“, surah ini juga dinamakan Ummul-Qur’ān (Induk Al-Qur’an) atau Ummul-Kitāb (Induk Al-Kitab), karena merupakan induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surah al-Fātiḥah mengandung pokok-pokok isi Al-Qur’an
3. As-Sab‘ul Maṡānī
Surah al-Fātiḥah juga dinamai as-Sab‘ul-Maṡānī (tujuh yang berulang-ulang). Dinamai demikian karena ayatnya berjumlah tujuh, dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Salat tidak sah tanpa membaca surah al-Fātiḥah, berdasarkan Hadis:
لَا صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه اصحاب الستة عن عبادة بن الصامت)
Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca al-Fātiḥah. (Riwayat Aṣḥābus-Sittah dari ‘Ubadah bin aṣ-Ṣāmit)
Selain beberapa nama yang disebutkan, masih ada nama-nama lain, yaitu al-Kanz (Perbendaharaan), al-Ḥamd (Pujian), aṣ-Ṣalāh (Salat), al-Wāqiyah (Yang Me-lindungi), Asāsul-Qur'ān (Pokok-pokok Al-Qur’an), asy-Syāfiyah (Penyembuhan), al-Kāfiyah (Yang Mencukupi), ar-Ruqyah (Bacaan untuk Pengobatan), asy-Syukur (Syukur) ad-Du’ā (Doa) dan al-Asās (Asas Segala Sesuatu).
Surah al-Fātiḥah diturunkan di Mekah, jadi termasuk surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan salat dan diwajibkan membacanya di dalam salat, karena itu, ia adalah surah yang pertama diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an.
Pokok-Pokok Isinya
Telah disebutkan di atas, bahwa surah al-Fātiḥah adalah induk dari Al-Qur’an seluruhnya, sehingga ia merupakan intisari dari isi Al-Qur’an, yaitu:
1. Akidah
2. Ibadah
3. Hukum-hukum
4. Janji dan ancaman
5. Kisah-kisah.
Akidah
Akidah adalah yang pertama kali dibawa oleh Al-Qur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para nabi dan rasul yang telah diutus sebelum Muhammad saw. juga menanamkan keimanan ini sejak pertama kali mereka diutus kepada umatnya.
Keimanan yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat serta qaḍa' dan qadar. Pada waktu Al-Qur’an diturunkan, keimanan yang dibawa oleh para rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang murni tidak ada lagi. Kepada umat-umat terdahulu telah diutus para rasul, dan mereka telah mempunyai kitab-kitab samawi. Mereka kemudian memandang para rasul, orang-orang saleh, dan malaikat-malaikat sebagai Tuhan. Kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul kepada mereka sudah diubah oleh tangan mereka sendiri.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan waṡani, penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar Ka‘bah terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk menyucikan akidah manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh berbagai kepercayaan dan perbuatan menuhankan sesuatu dalam alam ini.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur’an itu adalah akidah yang amat jelas dan tegas, dapat dipahami akal, dan yang paling sempurna. Tuhan Yang Maha Esa, Dialah yang Khalik, sedang selain Dia adalah makhluk. Tak ada permulaan-Nya, dan tak ada kesudahan-Nya. Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia. Alam semesta ini makhluk Allah, yang akan lenyap dan binasa dengan kehendak Allah, karena keberadaannya juga dengan kehendak Allah.
Di dalam surah al-Fātiḥah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
a.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Maksud ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,” adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan “semua puji” meliputi: (1) puji Tuhan kepada diri-Nya; (2) puji Allah kepada makhluk-Nya; (3) puji makhluk kepada makhluk; dan (4) puji makhluk kepada Tuhannya. Pada hakikatnya, segala puji itu milik Allah.
Seseorang dipuji karena sifat-sifat yang mulia yang ada pada dirinya, atau karena perbuatan, jasa dan budi baiknya. Pujian itu hanya semata-mata milik Allah, karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang menyebabkan Dia berhak dipuji, umpama: sifat Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah memberi nikmat dan karunia, merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang murni adalah ajaran Islam yang terpenting. Sebab itu di dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Rabb bagi seluruh alam.
Kata Rabb itu selain bermakna “Pemilik” juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh”. Dengan ini jelas bahwa apa pun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada di bawah pengetahuan, lindungan dan pemeliharaan Allah. Allah telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk, lalu dikaruniakan-Nya akal, naluri dan kodrat alamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijaga-Nya.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan oleh Allah terhadap makhluk-Nya haruslah diperhatikan dan dipelajari oleh manusia dengan sedalam-dalamnya, dan memang sejak dahulu sampai sekarang telah diperhatikan dan dipelajari oleh para pemikir dan para sarjana, sehingga telah menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kebesaran Allah, serta berguna bagi masyarakat.
b.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ (الفاتحة)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia berdoa memohon sesuatu haruslah langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun juga.
Dengan demikian, terbasmilah sampai ke akar-akarnya kepercayaan syirik (mempersekutukan Allah, membesarkan apa pun selain Allah) kepercayaan waṡani, pagan (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang, dan lain-lain), kepercayaan majusi (menyembah api) dan sebagainya, yaitu kepercayaan yang banyak berkembang dan dianut oleh segala bangsa, sebelum datang agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Kedua ayat yang disebutkan itu:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat lain, yang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik waṡani, majusi, dan sebagainya, adalah penjelasan dari kedua ayat itu.
Pada dasarnya, semua ayat isi surah al-Fātiḥah itu sejak dari
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
sampai dengan
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
menerangkan akidah tauhid.
Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-Fātiḥah dengan firman-Nya:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah hanya kepada Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, Allah mengada-kan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang diben-tangkan Allah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah, dengan mematuhi peraturan-peraturan, menjalankan hukum-hukum, dan berpegang ke-pada akidah yang benar, mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah. Hal itu diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surah al-Fātiḥah ini.
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari tauhid, sebagaimana tauhid pun tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian pula halnya dengan tauhid, yakni tauhid itu tidak akan subur hidup-nya di dalam jiwa dan raga manusia, kalau tidak selalu dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-Fātiḥah ini, di samping disebut tauhid, disebut juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengan penjelasan-penje-lasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.
Hukum-Hukum
Dalam rangka beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan; ada yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan masyarakat dan alam seisinya.
Di dalam Al-Qur’an banyak didapati ayat yang berhubungan dengan hukum dan peraturan itu. Semua ayat ini adalah penjelasan dari apa yang telah dican-tumkan dalam surah al-Fātiḥah. Allah memberi tuntunan hukum dan peraturan dalam firman-Nya:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu akidah (kepercayaan) yang benar, hukum dan peraturan, pelajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an sebagaimana disebutkan di atas.
Janji dan Ancaman
Al-Qur’an juga berisi janji dan ancaman. Dia menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Sebaliknya Dia memperingatkan mereka yang mempersekutukan-Nya, yang membuat onar dan kejahatan dengan azab.
Janji dan ancaman itu ditujukan kepada umum, kaum atau bangsa. Di dalam surah al-Fātiḥah terdapat ayat-ayat yang mengandung janji dan ancaman, yaitu:
a.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Dengan menyebut “Maha Pengasih”, “Maha Penyayang”, Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, limpahan karunia dan nikmat.
b.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan“
Pada hari itu perbuatan manusia sewaktu di dunia akan dibalas. Surga untuk mereka yang beriman dan berbuat baik, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan berbuat salah. Ini adalah janji dan peringatan.
c.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus akan berbahagia, dan yang menghindarkan diri dari jalan yang lurus akan celaka. Dengan ini dapat dipahami adanya janji dan ancaman.
d.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ada orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh dan ṣiddīqīn. Orang-orang yang semacam ini akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga jannatun-na‘īm, dan ini adalah janji-Nya. Di samping itu, ada pula orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang tak mau menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tak mengetahui jalan yang lurus itu atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu.
Mereka yang dimurkai Allah dan orang yang sesat itu akan menderita hukuman dari Allah, dan ini adalah suatu peringatan.
Kisah-Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, Al-Qur’an telah menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat dari penerimaan atau penolakan itu, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang tiga perempat dari isi Al-Qur’an adalah cerita tentang bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fātiḥah ini keadaan bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam firman-Nya:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fātiḥah mengandung kesimpulan isi Al-Qur’an dalam surah-surah yang berikutnya. | null | null | null | null | 1. Rabb رَبّ (al-Fātiḥah/1: 2)
Kata rabb secara etimologi berarti, “pemelihara”, “pendidik”, “pengasuh”, “pengatur”, dan “yang menumbuhkan”. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki sebagai pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur dan yang menumbuhkan makhluknya. Oleh sebab itu, kata rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Tuhan”. Kata rabb di dalam Al-Qur’an disebut 151 kali.
2. Ar-Raḥmān, ar-Raḥīm اَلرَّحْمٰن اَلرَّحِيْم (al-Fātiḥah/1: 3)
Kata ar-raḥmān terambil dari ar-raḥmah yang berarti belas kasihan, yaitu suatu sifat yang menimbulkan perbuatan memberi nikmat dan karunia. Jadi, kata ar-raḥmān berarti “Yang berbuat (memberi) nikmat dan karunia yang banyak”. Kata ar-raḥmān disebutkan dalam Al-Qur’an 57 kali di berbagai surah, termasuk pada Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata ar-raḥmān terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, ar-Ra‘ad, al-Isrā’, Maryam, Ṭāhā, al-Anbiyā’, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, an-Naml, Yāsīn, Fuṣṣilat, az-Zukhruf, Qāf, ar-Raḥmān, al-Ḥasyr, al-Mulk, dan an-Naba’.
Kata ar-raḥīm juga diambil dari kata ar-raḥmah. Arti ar-raḥīm ialah: “Yang mempunyai sifat belas kasihan dan sifat itu tetap padanya selama-lamanya”. Kata ar-raḥīm disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 95 kali termasuk dalam Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata Ar-raḥīm tersebut terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, Āli ‘Imrān, an-Nisā’, al-Mā’idah, al-An‘ām, al-A‘rāf, al-Anfāl, at-Taubah, Yūnus, Hūd, Yūsuf, Ibrāhīm, al-Ḥijr, an-Naḥl, al-Ḥajj, an-Nūr, asy-Syu‘arā’, an-Naml, al-Qaṣaṣ, ar-Rūm, as-Sajdah, Saba’, Yāsīn, az-Zumar, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, ad-Dukhān, al-Aḥqāf, al-Ḥujurāt, aṭ-Ṭūr, al-Ḥadīd, al-Mujādilah, al-Ḥasyr, al-Mumtaḥanah, at-Tagābun, at-Taḥrīm, dan al-Muzzammil.
Ar-raḥmān dan ar-raḥīm maksudnya bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang banyak dengan murah dan telah melimpahkan karunia yang tidak terhingga, karena Dia bersifat belas kasihan kepada makhluk-Nya. Karena sifat belas kasihan itu merupakan sifat yang tetap pada-Nya, maka nikmat dan karunia Allah tidak ada putus-putusnya. | null | null |
5 | 1 | الفاتحة | Al-Fātiḥah | Al-Fatihah | Pembuka | 7 | 1 | Makkiyah | 5 | 1 | 0 | 1 | 1 | اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ | Iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn(u), | Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. | null | null | Atas dasar itu semua, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan beribadah dengan penuh ketulusan, kekhusyukan, dan tawakal, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan dalam segala urusan dan keadaan kami, sambil kami berusaha keras. | Di dalam ayat-ayat sebelumnya disebutkan empat macam dari sifat-sifat Allah, yaitu: Pendidik seluruh alam, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Yang menguasai hari pembalasan. Sifat-sifat yang disebutkan itu adalah sifat-sifat kesempurnaan yang hanya Allah saja yang mempunyainya. Sebab itu pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya bahwa Allah sajalah yang patut disembah, dan kepada-Nya sajalah seharusnya manusia memohon pertolongan, dan bahwa hamba-Nya haruslah mengikrarkan yang demikian itu.
Iyyāka (hanya kepada Engkau). Iyyāka adalah ḍamir untuk orang kedua dalam kedudukan manṣūb karena menjadi maf‘ūl bih (obyek). Dalam tata bahasa Arab maf‘ūl bih harus sesudah fi‘il dan fā‘il. Jika mendahulukan yang seharusnya diucapkan kemudian dalam Balagah menunjukkan qaṣr, yaitu pembatasan yang bisa diartikan “hanya“. Jadi arti ayat ini “Hanya kepada Engkau saja kami menyembah, dan hanya kepada Engkau saja kami mohon pertolongan“.
Iyyāka dalam ayat ini diulang dua kali, gunanya untuk menegaskan bahwa ibadah dan isti‘ānah (meminta pertolongan) itu masing-masing khusus dihadapkan kepada Allah serta untuk dapat mencapai kelezatan munajat (berbicara) dengan Allah. Karena bagi seorang hamba Allah yang menyembah dengan segenap jiwa dan raganya tak ada yang lebih nikmat dan lezat perasaannya daripada bermunajat dengan Allah.
Baik juga diketahui bahwa dengan memakai iyyāka itu berarti menghadapkan pembicaraan kepada Allah, dengan maksud mengingat Allah swt, seakan-akan kita berada di hadapan-Nya, dan kepada-Nya diarahkan pembicaraan dengan khusyuk dan tawaduk. Seakan-akan kita berkata:
“Ya Allah, Żat yang wājibul wujūd, Yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Yang menjaga dan memelihara seluruh alam, Yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dengan berlipat ganda, Yang berkuasa di hari pembalasan, Engkau sajalah yang kami sembah, dan kepada Engkau sajalah kami minta pertolongan, karena hanya Engkau yang berhak disembah, dan hanya Engkau yang dapat menolong kami”.
Dengan cara seperti itu orang akan lebih khusyuk dalam menyembah Allah dan lebih tergambar kepadanya kebesaran yang disembahnya itu. Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah dengan sabdanya:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ. (رواه البخاري ومسلم عن عمر بن الخطاب)
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari ‘Umar bin al-Khaṭṭāb).
Karena surah al-Fātiḥah mengandung ayat munajat (berbicara) dengan Allah menurut cara yang telah diterangkan maka hal itu merupakan rahasia diwajibkan membacanya pada tiap-tiap rakaat dalam salat, karena jiwanya ialah munajat, dengan menghadapkan diri dan memusatkan ingatan kepada Allah.
Na‘budu pada ayat ini didahulukan menyebutkannya daripada nasta‘īnu, karena menyembah Allah adalah suatu kewajiban manusia terhadap Tuhan-nya. Tetapi pertolongan dari Allah kepada hamba-Nya adalah hak hamba itu. Maka Allah mengajar hamba-Nya agar menunaikan kewajibannya lebih dahulu, sebelum ia menuntut haknya.
Melihat kata-kata na‘budu dan nasta‘īnu (kami menyembah, kami minta tolong), bukan a‘budu dan asta‘īnu (saya menyembah dan saya minta tolong) adalah untuk memperlihatkan kelemahan manusia, tidak selayaknya manusia mengemukakan dirinya seorang saja dalam menyembah dan memohon pertolongan kepada Allah. Seakan-akan penunaian kewajiban beribadah dan permohonan pertolongan kepada Allah itu belum lagi sempurna, kecuali kalau dikerjakan bersama-sama.
Kedudukan Tauhid di dalam Ibadah dan Sebaliknya
Ibadah secara istilah ialah semua perkataan, perbuatan dan pikiran yang bertujuan untuk mencari rida Allah. Arti “ibadah” sebagai disebutkan di atas ialah tunduk dan berserah diri kepada Allah, yang disebabkan oleh kesadaran bahwa Allah yang menciptakan alam ini, Yang menumbuhkan, Yang mengembangkan, Yang menjaga dan memelihara serta Yang membawanya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain, hingga tercapai kesempurnaannya.
Tegasnya, ibadah itu timbulnya dari perasaan tauhid. Oleh karenanya, orang yang suka memikirkan keadaan alam ini, yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia, bahkan yang mau memperhatikan dirinya sendiri, yakinlah dia bahwa di balik alam yang zahir ada Zat yang gaib yang mengendalikan alam ini, yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, yakni Dialah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Mengetahui dan sebagainya. Maka tumbuhlah dalam sanubarinya perasaan bersyukur dan berutang budi kepada Zat Yang Mahakuasa, Maha Pengasih dan Maha Mengetahui itu.
Perasaan inilah yang menggerakkan bibirnya untuk menuturkan puji-pujian, dan yang mendorong jiwa dan raganya untuk menyembah dan merendahkan diri kepada Allah Yang Mahakuasa itu sebagai pernyataan bersyukur dan membalas budi kepada-Nya. Tetapi ada juga manusia yang tidak mau berpikir, dan selanjutnya tidak sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah, sering melupakan-Nya. Sebab itulah, setiap agama mensyariatkan bermacam-macam ibadah, gunanya untuk mengingatkan manusia kepada kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan keterangan ini terlihat bahwa tauhid dan ibadah itu saling mempengaruhi, dengan arti bahwa tauhid menumbuhkan ibadah, dan ibadah memupuk tauhid.
Pengaruh Ibadah terhadap Jiwa Manusia
Tiap-tiap ibadah yang dikerjakan karena didorong oleh perasaan yang disebutkan itu, niscaya berpengaruh kepada tabiat dan budi pekerti orang yang melakukannya. Umpamanya, orang yang melaksanakan salat karena sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah, dan didorong oleh perasaan bersyukur dan berutang budi kepada-Nya, akan terjauhlah dia dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dengan demikian salatnya itu akan mencegahnya dari mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak baik itu, sesuai dengan firman Allah swt:
اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.“ (al-‘Ankabūt/29: 45)
Begitu juga ibadah puasa. Ibadah ini akan menimbulkan perasaan cinta dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin. Demikian pula seterusnya dengan ibadah-ibadah yang lain. Ibadah yang sebenarnya adalah ibadah yang ditimbulkan oleh keyakinan kepada kebesaran dan kekuasaan Allah, serta didorong oleh perasaan bersyukur kepada Allah. Ibadah yang hanya karena ikut-ikutan, atau karena memelihara tradisi yang sudah turun-temurun, bukanlah ibadah yang sebenarnya. Kendatipun seakan-akan berupa ibadah, tetapi tidak mempunyai jiwa ibadah. Tidak ubahnya seperti patung, bagaimanapun miripnya dengan manusia, tidaklah dinamai manusia. Ibadah yang semacam itu tidak ada pengaruhnya kepada tabiat dan akhlak.
Berusaha, Berdoa dan Bertawakal
Isti‘ānah (memohon pertolongan) seperti disebutkan di atas khusus dihadapkan kepada Allah, dengan arti bahwa tidak ada yang berhak dimohonkan pertolongan kecuali Allah. Pada ayat yang lain Allah menyuruh manusia untuk tolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan.
Allah berfirman:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰى
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa”. (al-Mā’idah/5: 2)
Adakah Pertentangan antara Dua Ayat itu?
Tercapainya suatu maksud, atau terlaksananya suatu pekerjaan dengan baik, tergantung kepada terpenuhinya syarat-syarat yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan itu, dan tidak adanya rintangan-rintangan yang menghalanginya. Manusia telah diberi potensi oleh Allah, baik berupa pikiran maupun kekuatan tubuh, agar bisa mencukupkan syarat-syarat atau menolak rintangan-rintangan dalam menuju suatu maksud, atau mengerjakan suatu pekerjaan. Tetapi, ada di antara syarat-syarat itu yang manusia tidak kuasa mencukupkannya. Di samping itu, ada juga rintangan yang tidak mampu ditolaknya. Begitu pula ada di antara syarat-syarat itu atau di antara halangan-halangan itu yang tidak dapat diketahui.
Kendatipun menurut pikiran semua syarat yang diperlukan telah cukup, dan semua rintangan yang menghalangi telah berhasil diatasi, tetapi kadang-kadang hasil pekerjaan tidak seperti yang diharapkan. Ada hal-hal yang berada di luar batas kekuasaan dan kemampuan manusia. Itulah yang dimintakan pertolongan khusus kepada Allah. Sebaiknya, sesuatu yang masih dalam batas kekuasaan dan kemampuan, manusia disuruh tolong menolong, agar timbul pada masing-masing individu sifat saling mencintai, menghargai, dan gotong-royong.
Dengan perkataan lain, manusia disuruh Allah berusaha dengan sekuat tenaga, dan disuruh saling menolong, dan membantu. Di samping menjalankan ikhtiar dan usaha, dia harus pula berdoa, memohon taufik, hidayah dan ma‘ūnah. Ini hendaknya dimohonkan khusus kepada Allah, karena hanya Dia yang kuasa memberinya. Sesudah itu semua, barulah dia bertawakal kepada-Nya.
Ibadah itu sendiri pun suatu pekerjaan yang berat, sebab itu haruslah dimintakan ma‘ūnah dari Allah agar semua ibadah terlaksana sesuai dengan yang dimaksud oleh agama. Oleh karena itu, seseorang hendaknya menuturkan bahwa hanya kepada Allah sajalah kita beribadah, diikuti lagi dengan pernyataan bahwa kepada-Nya saja minta pertolongan, terutama pertolongan agar amal ibadah terlaksana sebagaimana mestinya. Ayat di atas, sebagaimana telah disebutkan, mengandung tauhid, karena beribadah semata-mata kepada Allah dan meminta ma‘ūnah khusus kepada-Nya, adalah intisari agama, dan kesempurnaan tauhid.
| Nama, Tempat Diturunkan, dan Jumlah Ayat
Surah pertama al-Fātiḥah mempunyai bermacam-macam nama, antara lain:
1. Surah al-Fātiḥah
Kata “Fātiḥah” terambil dari kata kerja fataḥa yang berarti “membuka” atau “memulai”. Sedangkan “al-” adalah kata sandang, artikel definitif, itu, penunjuk suatu kata benda. Al-Fātiḥah di sini berarti “Pembuka” atau “Pemula”. Surah ini dinamakan “al-Fātiḥah” karena dengan surah inilah dibuka Al-Qur’an, artinya dengan surah inilah dimulai susunan surah-surah Al-Qur’an. Peletakannya di permulaan Al-Qur’an berdasarkan tauqīfi, artinya perintah dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
2. Ummul-Qur’ān atau Ummul-Kitāb
Di samping nama “al-Fātiḥah“, surah ini juga dinamakan Ummul-Qur’ān (Induk Al-Qur’an) atau Ummul-Kitāb (Induk Al-Kitab), karena merupakan induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surah al-Fātiḥah mengandung pokok-pokok isi Al-Qur’an
3. As-Sab‘ul Maṡānī
Surah al-Fātiḥah juga dinamai as-Sab‘ul-Maṡānī (tujuh yang berulang-ulang). Dinamai demikian karena ayatnya berjumlah tujuh, dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Salat tidak sah tanpa membaca surah al-Fātiḥah, berdasarkan Hadis:
لَا صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه اصحاب الستة عن عبادة بن الصامت)
Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca al-Fātiḥah. (Riwayat Aṣḥābus-Sittah dari ‘Ubadah bin aṣ-Ṣāmit)
Selain beberapa nama yang disebutkan, masih ada nama-nama lain, yaitu al-Kanz (Perbendaharaan), al-Ḥamd (Pujian), aṣ-Ṣalāh (Salat), al-Wāqiyah (Yang Me-lindungi), Asāsul-Qur'ān (Pokok-pokok Al-Qur’an), asy-Syāfiyah (Penyembuhan), al-Kāfiyah (Yang Mencukupi), ar-Ruqyah (Bacaan untuk Pengobatan), asy-Syukur (Syukur) ad-Du’ā (Doa) dan al-Asās (Asas Segala Sesuatu).
Surah al-Fātiḥah diturunkan di Mekah, jadi termasuk surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan salat dan diwajibkan membacanya di dalam salat, karena itu, ia adalah surah yang pertama diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an.
Pokok-Pokok Isinya
Telah disebutkan di atas, bahwa surah al-Fātiḥah adalah induk dari Al-Qur’an seluruhnya, sehingga ia merupakan intisari dari isi Al-Qur’an, yaitu:
1. Akidah
2. Ibadah
3. Hukum-hukum
4. Janji dan ancaman
5. Kisah-kisah.
Akidah
Akidah adalah yang pertama kali dibawa oleh Al-Qur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para nabi dan rasul yang telah diutus sebelum Muhammad saw. juga menanamkan keimanan ini sejak pertama kali mereka diutus kepada umatnya.
Keimanan yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat serta qaḍa' dan qadar. Pada waktu Al-Qur’an diturunkan, keimanan yang dibawa oleh para rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang murni tidak ada lagi. Kepada umat-umat terdahulu telah diutus para rasul, dan mereka telah mempunyai kitab-kitab samawi. Mereka kemudian memandang para rasul, orang-orang saleh, dan malaikat-malaikat sebagai Tuhan. Kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul kepada mereka sudah diubah oleh tangan mereka sendiri.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan waṡani, penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar Ka‘bah terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk menyucikan akidah manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh berbagai kepercayaan dan perbuatan menuhankan sesuatu dalam alam ini.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur’an itu adalah akidah yang amat jelas dan tegas, dapat dipahami akal, dan yang paling sempurna. Tuhan Yang Maha Esa, Dialah yang Khalik, sedang selain Dia adalah makhluk. Tak ada permulaan-Nya, dan tak ada kesudahan-Nya. Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia. Alam semesta ini makhluk Allah, yang akan lenyap dan binasa dengan kehendak Allah, karena keberadaannya juga dengan kehendak Allah.
Di dalam surah al-Fātiḥah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
a.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Maksud ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,” adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan “semua puji” meliputi: (1) puji Tuhan kepada diri-Nya; (2) puji Allah kepada makhluk-Nya; (3) puji makhluk kepada makhluk; dan (4) puji makhluk kepada Tuhannya. Pada hakikatnya, segala puji itu milik Allah.
Seseorang dipuji karena sifat-sifat yang mulia yang ada pada dirinya, atau karena perbuatan, jasa dan budi baiknya. Pujian itu hanya semata-mata milik Allah, karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang menyebabkan Dia berhak dipuji, umpama: sifat Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah memberi nikmat dan karunia, merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang murni adalah ajaran Islam yang terpenting. Sebab itu di dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Rabb bagi seluruh alam.
Kata Rabb itu selain bermakna “Pemilik” juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh”. Dengan ini jelas bahwa apa pun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada di bawah pengetahuan, lindungan dan pemeliharaan Allah. Allah telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk, lalu dikaruniakan-Nya akal, naluri dan kodrat alamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijaga-Nya.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan oleh Allah terhadap makhluk-Nya haruslah diperhatikan dan dipelajari oleh manusia dengan sedalam-dalamnya, dan memang sejak dahulu sampai sekarang telah diperhatikan dan dipelajari oleh para pemikir dan para sarjana, sehingga telah menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kebesaran Allah, serta berguna bagi masyarakat.
b.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ (الفاتحة)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia berdoa memohon sesuatu haruslah langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun juga.
Dengan demikian, terbasmilah sampai ke akar-akarnya kepercayaan syirik (mempersekutukan Allah, membesarkan apa pun selain Allah) kepercayaan waṡani, pagan (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang, dan lain-lain), kepercayaan majusi (menyembah api) dan sebagainya, yaitu kepercayaan yang banyak berkembang dan dianut oleh segala bangsa, sebelum datang agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Kedua ayat yang disebutkan itu:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat lain, yang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik waṡani, majusi, dan sebagainya, adalah penjelasan dari kedua ayat itu.
Pada dasarnya, semua ayat isi surah al-Fātiḥah itu sejak dari
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
sampai dengan
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
menerangkan akidah tauhid.
Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-Fātiḥah dengan firman-Nya:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah hanya kepada Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, Allah mengada-kan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang diben-tangkan Allah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah, dengan mematuhi peraturan-peraturan, menjalankan hukum-hukum, dan berpegang ke-pada akidah yang benar, mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah. Hal itu diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surah al-Fātiḥah ini.
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari tauhid, sebagaimana tauhid pun tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian pula halnya dengan tauhid, yakni tauhid itu tidak akan subur hidup-nya di dalam jiwa dan raga manusia, kalau tidak selalu dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-Fātiḥah ini, di samping disebut tauhid, disebut juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengan penjelasan-penje-lasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.
Hukum-Hukum
Dalam rangka beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan; ada yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan masyarakat dan alam seisinya.
Di dalam Al-Qur’an banyak didapati ayat yang berhubungan dengan hukum dan peraturan itu. Semua ayat ini adalah penjelasan dari apa yang telah dican-tumkan dalam surah al-Fātiḥah. Allah memberi tuntunan hukum dan peraturan dalam firman-Nya:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu akidah (kepercayaan) yang benar, hukum dan peraturan, pelajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an sebagaimana disebutkan di atas.
Janji dan Ancaman
Al-Qur’an juga berisi janji dan ancaman. Dia menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Sebaliknya Dia memperingatkan mereka yang mempersekutukan-Nya, yang membuat onar dan kejahatan dengan azab.
Janji dan ancaman itu ditujukan kepada umum, kaum atau bangsa. Di dalam surah al-Fātiḥah terdapat ayat-ayat yang mengandung janji dan ancaman, yaitu:
a.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Dengan menyebut “Maha Pengasih”, “Maha Penyayang”, Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, limpahan karunia dan nikmat.
b.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan“
Pada hari itu perbuatan manusia sewaktu di dunia akan dibalas. Surga untuk mereka yang beriman dan berbuat baik, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan berbuat salah. Ini adalah janji dan peringatan.
c.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus akan berbahagia, dan yang menghindarkan diri dari jalan yang lurus akan celaka. Dengan ini dapat dipahami adanya janji dan ancaman.
d.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ada orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh dan ṣiddīqīn. Orang-orang yang semacam ini akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga jannatun-na‘īm, dan ini adalah janji-Nya. Di samping itu, ada pula orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang tak mau menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tak mengetahui jalan yang lurus itu atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu.
Mereka yang dimurkai Allah dan orang yang sesat itu akan menderita hukuman dari Allah, dan ini adalah suatu peringatan.
Kisah-Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, Al-Qur’an telah menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat dari penerimaan atau penolakan itu, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang tiga perempat dari isi Al-Qur’an adalah cerita tentang bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fātiḥah ini keadaan bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam firman-Nya:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fātiḥah mengandung kesimpulan isi Al-Qur’an dalam surah-surah yang berikutnya. | null | null | null | null | 1. Rabb رَبّ (al-Fātiḥah/1: 2)
Kata rabb secara etimologi berarti, “pemelihara”, “pendidik”, “pengasuh”, “pengatur”, dan “yang menumbuhkan”. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki sebagai pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur dan yang menumbuhkan makhluknya. Oleh sebab itu, kata rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Tuhan”. Kata rabb di dalam Al-Qur’an disebut 151 kali.
2. Ar-Raḥmān, ar-Raḥīm اَلرَّحْمٰن اَلرَّحِيْم (al-Fātiḥah/1: 3)
Kata ar-raḥmān terambil dari ar-raḥmah yang berarti belas kasihan, yaitu suatu sifat yang menimbulkan perbuatan memberi nikmat dan karunia. Jadi, kata ar-raḥmān berarti “Yang berbuat (memberi) nikmat dan karunia yang banyak”. Kata ar-raḥmān disebutkan dalam Al-Qur’an 57 kali di berbagai surah, termasuk pada Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata ar-raḥmān terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, ar-Ra‘ad, al-Isrā’, Maryam, Ṭāhā, al-Anbiyā’, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, an-Naml, Yāsīn, Fuṣṣilat, az-Zukhruf, Qāf, ar-Raḥmān, al-Ḥasyr, al-Mulk, dan an-Naba’.
Kata ar-raḥīm juga diambil dari kata ar-raḥmah. Arti ar-raḥīm ialah: “Yang mempunyai sifat belas kasihan dan sifat itu tetap padanya selama-lamanya”. Kata ar-raḥīm disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 95 kali termasuk dalam Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata Ar-raḥīm tersebut terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, Āli ‘Imrān, an-Nisā’, al-Mā’idah, al-An‘ām, al-A‘rāf, al-Anfāl, at-Taubah, Yūnus, Hūd, Yūsuf, Ibrāhīm, al-Ḥijr, an-Naḥl, al-Ḥajj, an-Nūr, asy-Syu‘arā’, an-Naml, al-Qaṣaṣ, ar-Rūm, as-Sajdah, Saba’, Yāsīn, az-Zumar, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, ad-Dukhān, al-Aḥqāf, al-Ḥujurāt, aṭ-Ṭūr, al-Ḥadīd, al-Mujādilah, al-Ḥasyr, al-Mumtaḥanah, at-Tagābun, at-Taḥrīm, dan al-Muzzammil.
Ar-raḥmān dan ar-raḥīm maksudnya bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang banyak dengan murah dan telah melimpahkan karunia yang tidak terhingga, karena Dia bersifat belas kasihan kepada makhluk-Nya. Karena sifat belas kasihan itu merupakan sifat yang tetap pada-Nya, maka nikmat dan karunia Allah tidak ada putus-putusnya. | null | null |
6 | 1 | الفاتحة | Al-Fātiḥah | Al-Fatihah | Pembuka | 7 | 1 | Makkiyah | 6 | 1 | 0 | 1 | 1 | اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ | Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm(a). | Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,3) | 3 | 3) Jalan yang lurus adalah jalan hidup yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadis. | Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju keridaan-Mu. | Ihdi: pimpinlah, tunjukilah, berilah hidayah. Arti “hidayah” ialah menunjukkan suatu jalan atau cara menyampaikan orang kepada orang yang ditujunya, dengan baik.
Macam-macam Hidayah (Petunjuk)
Allah telah memberi manusia bermacam-macam hidayah, seperti yang juga dibahas dalam Tafsīr Al-Fātiḥah oleh Muhammad Abduh.
1. Hidayah Naluri (Garīzah)
Manusia begitu juga binatang-binatang, dilengkapi oleh Allah dengan bermacam-macam sifat, yang timbulnya bukan dari pelajaran, bukan pula dari pengalaman, melainkan telah dibawanya dari kandungan ibunya. Sifat-sifat ini namanya “naluri”, dalam bahasa Arab disebut garīzah. Umpamanya, naluri “ingin memelihara diri” (mempertahankan hidup). Seorang bayi bila merasa lapar dia menangis. Sesudah terasa di bibirnya puting susu ibunya, dihisapnya sampai hilang laparnya. Perbuatan ini dikerjakannya tanpa seorang pun yang mengajarkan kepadanya, bukan pula timbul dari pengalamannya, hanya semata-mata ilham dan petunjuk dari Allah kepadanya, untuk mempertahankan hidupnya.
Contoh lain adalah lebah membuat sarangnya, laba-laba membuat jaringnya, semut membuat lubangnya dan menimbun makanan dalam lubang itu. Semua itu dikerjakan oleh binatang-binatang itu untuk mempertahankan hidupnya dan memelihara dirinya, dengan dorongan nalurinya semata-mata. Banyak lagi naluri yang lain, umpamanya rasa “ingin tahu”, “ingin mempunyai”, “ingin berlomba-lomba”, “ingin bermain”, “ingin meniru”, “takut”, dan lain-lain.
Sifat-sifat Naluri
Naluri (garīzah), sebagaimana disebutkan, terdapat pada manusia dan binatang. Perbedaannya ialah naluri manusia bisa menerima pendidikan dan perbaikan, tetapi naluri binatang tidak. Sebab itulah manusia bisa maju, sedangkan binatang tidak, ia tetap seperti sediakala.
Naluri-naluri itu adalah dasar bagi kebaikan, dan juga dasar bagi kejahatan. Umpamanya, naluri “ingin memelihara diri”, orang berusaha, berniaga, bertani, artinya mencari nafkah secara halal. Sebaliknya karena naluri “ingin memelihara diri” itu pula orang mencuri, menipu, merampok dan lain-lain. Karena naluri “ingin tahu” orang belajar, sehingga memiliki pengetahuan yang banyak dan pendidikan yang tinggi. Sebaliknya karena naluri “ingin tahu” itu pula orang suka mencari-cari ‘aib dan rahasia’ sesamanya, yang mengakibatkan permusuhan dan persengketaan. Demikianlah seterusnya dengan naluri-naluri yang lain.
Naluri-naluri itu tidak dapat dihilangkan dan tidak ada faedahnya membunuhnya. Ada pemikir dan pendidik yang hendak memadamkan naluri, karena melihat segi yang tidak baik (jahat) itu. Sebab itu mereka membuat bermacam peraturan untuk mengikat kemerdekaan anak-anak agar naluri itu jangan tumbuh, atau mana yang telah tumbuh menjadi mati. Tetapi perbuatan mereka itu besar bahayanya terhadap pertumbuhan akal, tubuh dan akhlak anak-anak. Bagaimanapun orang berusaha hendak membunuh naluri itu, namun ia tidak akan mati.
Boleh jadi karena kerasnya tekanan dan kuatnya rintangan terhadap suatu naluri, maka kelihatan ia telah padam, tetapi manakala ada yang membangkitkannya, ia timbul kembali. Oleh karena itu, sekalipun naluri itu dasar bagi kebaikan, sebagaimana ia juga dasar bagi kejahatan, kewajiban manusia bukanlah menghilangkannya, tetapi mendidik dan melatihnya, agar dapat dimanfaatkan dan disalurkan ke arah yang baik.
Allah telah menganugerahkan kepada manusia bermacam-macam naluri untuk jadi hidayah (petunjuk) yang akan dipakainya secara bijaksana.
2. Hidayah Pancaindra
Karena naluri itu sifatnya belum pasti sebagaimana disebutkan di atas, maka ia belum cukup untuk jadi hidayah bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Sebab itu, manusia dilengkapi lagi oleh Allah swt dengan pancaindra. Pancaindra itu sangat besar perannya terhadap pertumbuhan akal dan pikiran manusia. Sehubungan dengan itu ahli-ahli pendidikan berkata:
اَلْحَوَاسُّ أَبْوَابُ الْمَعْرِفَةِ
(Pancaindra adalah pintu-pintu pengetahuan).
Maksudnya ialah: dengan perantaraan pancaindra itulah manusia dapat berhubungan dengan alam sekitar, dengan arti bahwa sampainya sesuatu dari alam sekitar ini ke dalam otak manusia adalah melalui pintu-pintu pancaindra. Tetapi naluri ditambah dengan pancaindra, juga belum cukup untuk jadi pokok-pokok kebahagiaan manusia. Banyak lagi benda-benda dalam alam ini yang tidak dapat dilihat oleh mata. Banyak macam suara yang tidak dapat didengar oleh telinga. Malah selain dari alam maḥsūsat (yang dapat ditangkap oleh pancaindra), ada lagi alam ma‘qūlat (yang hanya dapat ditangkap oleh akal).
Indra penglihatan (mata) hanya dapat menangkap alam maḥsūsat, tangkapannya tentang yang mahḥsūsat itu pun tidak selamanya betul, kadang-kadang salah. Inilah yang dinamakan dalam ilmu jiwa “ilusi optik” (tipuan pandangan), dalam bahasa Arab disebut khidā‘ an-naẓar. Sebab itu manusia masih membutuhkan hidayah yang lain. Maka Allah menganugerahkan hidayah yang ketiga, yaitu “hidayah akal”.
3. Hidayah Akal (pikiran)
a. Akal dan kadar kesanggupannya
Dengan adanya akal manusia dapat menyalurkan naluri ke arah yang baik, agar naluri itu menjadi sumber bagi kebaikan, dan manusia dapat membetulkan kesalahan-kesalahan pancaindranya, membedakan yang buruk dengan yang baik. Akal bahkan sanggup menyusun mukadimah untuk menyampaikannya kepada natijah, mempertalikan akibat dengan sebab, memakai yang maḥsūsat sebagai tangga kepada yang ma‘qūlat, mempergunakan yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan untuk sampai kepada yang abstrak, maknawi, dan gaib, mengambil dalil dari adanya makhluk untuk menetapkan adanya khalik, dan begitulah seterusnya.
Tetapi akal manusia juga belum memadai untuk membawanya kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat di samping berbagai macam naluri dan pancaindra itu. Apalagi pendapat akal itu bermacam-macam, yang baik menurut pikiran si A belum tentu baik menurut pandangan si B, malah banyak manusia yang mempergunakan akalnya, tetapi akalnya dikalahkan oleh hawa nafsu dan sentimennya, hingga yang buruk itu menjadi baik dalam pandangannya, dan yang baik itu menjadi buruk.
Dengan demikian nyatalah bahwa naluri ditambah dengan pancaindra, dan ditambah pula dengan akal belum cukup untuk menjadi hidayah yang akan menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup jasmani dan rohani, di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, manusia membutuhkan hidayah lain, di samping pancaindra dan akalnya, yaitu hidayah agama yang dibawa oleh para rasul ‘alaihimuṣ-ṣalātu was-salām.
b. Benih agama dan akidah tauhid pada jiwa manusia
Jika menilik kepada agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang diciptakan oleh manusia (al-adyān al-waḍ‘iyyah) terlihat bahwa pada jiwa manusia telah ada bibit-bibit kecenderungan beragama. Hal itu karena manusia mempunyai sifat merasa berutang budi, suka berterima kasih dan membalas budi kepada orang yang berbuat baik kepadanya. Maka, ketika ia memperhatikan dirinya dan alam di sekililingnya, umpamanya roti yang dimakannya, tumbuh-tumbuhan yang ditanamnya, binatang ternak yang digembalakannya, matahari yang memancarkan sinarnya, hujan yang turun dari langit yang menumbuhkan tanam-tanaman, dia akan merasa berutang budi kepada “suatu Zat” yang gaib yang telah berbuat baik dan melimpahkan nikmat yang besar itu kepadanya.
Manusia memahami dengan akalnya bahwa Zat yang gaib itulah yang menciptakannya, yang menganugerahkan kepadanya dan kepada jenis manusia seluruhnya, segala sesuatu yang dibutuhkannya yang ada di alam ini, untuk memelihara diri dan mempertahankan hidupnya. Karena merasa berutang budi kepada suatu Zat Yang Gaib itu, maka dia berpikir bagaimana cara berterima kasih dan membalas budi itu, atau dengan perkataan lain bagaimana cara “menyembah Zat Yang Gaib itu”.
Perihal bagaimana cara menyembah Zat Yang Gaib, adalah suatu masalah yang sukar, yang tidak dapat dicapai oleh akal manusia. Sebab itu, di dalam sejarah terlihat tidak pernah ada keseragaman dalam hal ini. Bahkan akal pikiran manusia akan membawanya kepada kepercayaan mengagungkan alam di samping mengagungkan Zat Yang Gaib itu.
Karena pikirannya masih bersahaja dan belum tergambarkan di otaknya bagaimana menyembah “Zat Yang Gaib”, maka dipilihlah di antara alam ini sesuatu yang besar, yang indah, yang banyak manfaatnya, atau sesuatu yang ditakutinya untuk jadi lambang bagi Zat Yang Gaib itu. Ketika dia mengagumi matahari, bulan dan bintang-bintang, sungai-sungai, binatang dan lain-lain, maka disembahnya benda-benda itu, sebagai lambang menyembah Tuhan atau Zat Yang Gaib itu, dan diciptakannya cara-cara beribadah (menyembah) benda-benda itu.
Dengan cara itu timbul suatu macam kepercayaan, yang dinamakan dengan “kepercayaan menyembah kekuatan alam”, seperti yang terdapat di Mesir, Kaldea, Babilonia, Asiria dan di tempat-tempat lain di zaman purbakala. Dengan keterangan ini: tampak bahwa manusia menurut fitrahnya cenderung beragama, acap memikirkan dari mana datangnya alam ini, dan ke manakah kembalinya.
Bila manusia mau memikirkan: “Dari mana datangnya alam ini”, akan sampai pada keyakinan tentang adanya Tuhan, bahkan akan sampai kepada keyakinan tentang keesaan Tuhan (tauhid), karena akidah (keyakinan) tentang keesaan Tuhan ini lebih mudah, dan lebih cepat dipahami oleh akal manusia. Karena itu dapat kita tegaskan bahwa manusia itu menurut nalurinya adalah beragama tauhid.
Sejarah telah menerangkan bahwa bangsa Kaldea pada mulanya adalah beragama tauhid, kemudian mereka menyembah matahari, planet-planet dan bintang-bintang yang mereka simbolkan dengan patung-patung. Sesudah raja Namruż meninggal, mereka pun mendewakan dan menyembah Namruż itu. Bangsa Asiria pun pada mulanya beragama tauhid, kemudian mereka lupa kepada akidah tauhid itu dan mereka sekutukan Tuhan dengan binatang-binatang, dan inilah yang dipusakai oleh orang-orang Babilonia.
Adapun bangsa Mesir, bila diperhatikan nyanyian-nyanyian yang mereka nyanyikan dalam upacara-upacara peribadatan, jelas bahwa tidak semua orang Mesir purbakala itu orang-orang musyrik dan waṡani (penyembah berhala), melainkan di antara mereka ada juga muwaḥḥidīn, penganut akidah tauhid. Di dalam nyanyian-nyanyian itu terdapat ungkapan sebagai berikut:
“Dialah Tuhan Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya”
“Dia mencintai seluruh makhluk, sedang Dia sendiri tak ada yang menciptakan-Nya”
“Dialah Tuhan Yang Mahaagung, Pemilik langit dan bumi, Pencipta seluruh makhluk”
Dapat ditegaskan bahwa akidah tauhid ini tidak pernah lenyap sama sekali, dan tetap ada. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta seluruh yang ada di alam ini. Tuhan-tuhan atau dewa-dewa yang lain itu mereka anggap hanyalah sebagai pembantu dan pelayan atau simbol bagi Yang Maha Esa.
c. Pendapat Orang-orang Arab sebelum Islam tentang Khalik (Pencipta)
Orang-orang Arab sebelum datang agama Islam, kalau ditanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi ini?” Mereka menjawab, “Allah.” Kalau ditanyakan, “Adakah al-Lata dan al-Uzza itu menjadikan sesuatu yang ada pada alam ini?” Mereka menjawab, “Tidak!” Mereka sembah dewa-dewa itu hanya untuk mengharapkan perantaraan dan syafaat dari mereka terhadap Tuhan yang sebenarnya. Allah berfirman tentang perkataan musyrikin Arab itu:
مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰى
“Kami tidak menyembah mereka, melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah, dengan sedekat-dekatnya.” (az-Zumar/39: 3)
d. Kepercayaan tentang akhirat bisa dicapai oleh akal
Manakala manusia memikirkan “kemanakah kembalinya alam ini?” akan sampailah dia pada keyakinan bahwa di balik hidup di dunia yang fana ini akan ada lagi hidup di hari kemudian yang kekal dan abadi. Tetapi dapatkah manusia dengan akal dan pikirannya semata-mata mengetahui apakah yang perlu dikerjakan atau dijauhinya sebagai persiapan untuk kebahagiaan di hari kemudian (hari akhirat) itu? Jawabnya, “Tentu saja tidak, sejarah pun telah membuktikan hal ini.”
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa manusia telah diberi akal oleh Allah untuk jadi hidayah baginya, di samping naluri dan pancaindra. Tetapi hidayah akal itu belumlah mencukupi untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
Begitu juga manusia mempunyai tabiat suka beragama, dengan akalnya dia kadang-kadang telah sampai kepada tauhid. Tetapi tauhid yang telah dicapainya dengan akalnya itu sering pula menjadi kabur dan tidak murni lagi.
Dengan mempergunakan akalnya, manusia juga dapat sampai kepada kesimpulan tentang adanya akhirat, tetapi hidayah akal itu belum mencukupi untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat. Maka untuk menyampai-kan manusia kepada akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh kepercayaan-kepercayaan menyembah dan membesarkan selain Allah, untuk membentangkan jalan yang benar yang akan ditempuhnya dalam perjalanan mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, dan untuk jadi pedoman dalam hidupnya di dunia ini, dia membutuhkan hidayah yang lain di samping hidayah-hidayah yang telah disebutkan itu. Maka Allah mendatangkan hidayah yang keempat yaitu “agama” yang dibawa oleh para rasul ‘alaihimuṣ-ṣalātu was-salām.
4. Hidayah Agama
a. Pokok-pokok agama ketuhanan
Allah mengutus rasul-rasul untuk membawa agama yang akan menunjukkan kepada manusia jalan yang harus mereka tempuh untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Mula-mula yang ditanamkan oleh rasul-rasul itu adalah kepercayaan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya, guna membersihkan itikad manusia dari syirik (mempersekutukan Allah).
Rasul membawa manusia kepada kepercayaan tauhid dengan melalui akal dan logika, yaitu dengan mempergunakan dalil-dalil yang tepat dan logis. Dialog antara Nabi Ibrahim dengan Namruż, Nabi Musa dengan Fir‘aun, dan seruan-seruan Al-Qur’an kepada kaum musyrikin Quraisy semuanya mengajak agar mereka mempergunakan akal.
Di samping kepercayaan kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa, rasul-rasul juga menyeru untuk percaya pada akhirat, dan para malaikat.
Percaya kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya, serta adanya malaikat dan hari kemudian dinamakan al-īmān bi al-gaib (percaya kepada yang gaib). Itulah yang menjadi pokok bagi semua agama samawi, dengan arti bahwa semua agama yang datangnya dari Tuhan adalah mempercayai keesaan Tuhan, para malaikat dan hari akhirat.
Di samping Akidah (kepercayaan) yang disebutkan itu, para rasul juga membawa hukum-hukum, peraturan-peraturan, akhlak dan pelajaran-pelajaran. Hukum-hukum dan peraturan-peraturan ini tidak seluruhnya sama, artinya apa yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim tidak sama dengan yang diturunkan kepada Nabi Musa, dan apa yang dibawa oleh Nabi Isa, tidak serupa dengan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini dikarenakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan itu haruslah sesuai dengan keadaan tempat dan masa. Maka syariat yang dibawa oleh nabi-nabi itu adalah sesuai dengan masanya masing-masing. Jadi yang berlainan itu ialah hukum-hukum furu‘ (cabang-cabang), sedangkan pokok-pokok hukum agama seperti akidah adalah sama. Karena Muhammad saw adalah Nabi penutup maka syariat yang dibawanya, diberi oleh Allah sifat-sifat tertentu agar sesuai dengan segala masa dan keadaan.
b. Hidayah yang dimohonkan kepada Tuhan
Allah telah menganugerahkan agama Islam sebagai hidayah dan senjata hidup yang penghabisan, atau jalan kepada kebahagiaan yang terakhir, tetapi adakah semua orang, pandai mempergunakan senjata itu, dan adakah semua hamba Allah sukses dalam menempuh jalan yang telah dibentangkan oleh Tuhan?
Banyak manusia salah menerapkan agama, tidak beribadah (menyembah Allah) sesuai dengan yang diridai oleh yang disembah, tidak melaksanakan syariat sesuai dengan yang dimaksud oleh pembuat syariat itu. Karena itu Allah mengajarkan kepada manusia cara memohon kepada-Nya agar diberi-Nya ma‘ūnah, dibimbing dan dijaga selama-lamanya, serta diberi-Nya taufik agar dapat memanfaatkan semua macam hidayah yang telah dianugerahkan itu menurut semestinya. Naluri-naluri agar dapat disalurkan ke arah yang baik, pancaindra agar betul, akal agar sesuai dengan yang benar, tuntunan-tuntunan agama agar dapat dilaksanakan menurut yang dimaksudkan oleh yang menurunkan agama itu, tanpa ada cacat, janggal dan salah.
Tegasnya, manusia yang telah diberi Allah bermacam-macam hidayah yang disebutkan di atas (naluri, pancaindra, akal dan agama) belumlah cukup, tetapi dia masih membutuhkan ma‘ūnah dan bimbingan dari Allah (yaitu taufik-Nya)[1] Maka ma‘ūnah dan bimbingan itulah yang kita mohonkan, dan kepada Allah sajalah kita hadapkan permohonan itu. Dengan perkataan lain, Allah telah memberi manusia hidayah-hidayah tersebut, seakan-akan Dia telah membentangkan jalan raya yang akan menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Kemudian yang dimohonkan kepada-Nya lagi, ialah “agar membimbing kita dalam melalui jalan yang telah terbentang itu.”
Dengan ringkas hidayah dalam ayat ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm ini berarti “taufik” (bimbingan), dan taufik itulah yang dimohonkan di sini kepada Allah. Taufik ini dimohonkan kepada Allah sesudah kita berusaha dengan sepenuh tenaga, pikiran dan ikhtiar, karena berusaha dengan sepenuh tenaga adalah kewajiban kita, tetapi keberhasilan suatu usaha adalah termasuk kekuasaan Allah. Dengan ini terlihat pertalian ayat ini dengan ayat yang sebelumnya. Pada ayat yang sebelumnya Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah dan memohon pertolongan kepada-Nya, sedangkan pada ayat ini Allah menerangkan apa yang akan dimohonkan, dan bagaimana memohonkannya. Maka tidak ada pertentangan antara kedua firman Allah tersebut dan firman Allah yang ditujukan kepada Nabi:
وَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ
… Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus. (asy-Syūrā/42: 52).
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ ٥٦ (القصص)
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (al-Qaṣaṣ/28: 56).
Sebab yang dimaksud dengan hidayah pada ayat pertama ialah menunjukkan jalan yang harus ditempuh, dan ini memang tugas nabi. Yang dimaksud dengan hidayah pada ayat kedua ialah membimbing manusia dalam menempuh jalan itu dan memberikan taufik agar sukses dan berbahagia dalam perjalanannya, dan ini tidaklah masuk dalam kekuasaan nabi, tetapi hak Allah semata-mata.
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Jalan yang lurus (yang menyampaikan kepada yang dituju).
Apakah yang dimaksud dengan jalan lurus itu? Di atas telah diterangkan bahwa rasul-rasul telah membawa aqā’id (kepercayaan-kepercayaan), hukum-hukum, peraturan-peraturan, akhlak, dan pelajaran-pelajaran. Pendeknya, para rasul telah membawa segala sesuatu yang perlu untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Maka aqā’id, hukum-hukum, peraturan-peraturan, akhlak dan pelajaran-pelajaran itulah yang dimaksud dengan jalan lurus itu, karena dialah yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sebagaimana disebutkan. Jadi dengan menyebut ayat ini seakan-akan kita memohon kepada Allah, “Bimbing dan berilah kami taufik, ya Allah dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama kami. Betulkanlah kepercayaan kami. Bimbing dan berilah kami taufik dalam melaksanakan kepercayaan kami. Bimbing dan berilah kami taufik dalam melaksanakan hukum, peraturan-peraturan, serta pelajaran-pelajaran agama kami. Jadikanlah kami mempunyai akhlak yang mulia, agar berbahagia hidup kami di dunia dan akhirat.” | Nama, Tempat Diturunkan, dan Jumlah Ayat
Surah pertama al-Fātiḥah mempunyai bermacam-macam nama, antara lain:
1. Surah al-Fātiḥah
Kata “Fātiḥah” terambil dari kata kerja fataḥa yang berarti “membuka” atau “memulai”. Sedangkan “al-” adalah kata sandang, artikel definitif, itu, penunjuk suatu kata benda. Al-Fātiḥah di sini berarti “Pembuka” atau “Pemula”. Surah ini dinamakan “al-Fātiḥah” karena dengan surah inilah dibuka Al-Qur’an, artinya dengan surah inilah dimulai susunan surah-surah Al-Qur’an. Peletakannya di permulaan Al-Qur’an berdasarkan tauqīfi, artinya perintah dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
2. Ummul-Qur’ān atau Ummul-Kitāb
Di samping nama “al-Fātiḥah“, surah ini juga dinamakan Ummul-Qur’ān (Induk Al-Qur’an) atau Ummul-Kitāb (Induk Al-Kitab), karena merupakan induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surah al-Fātiḥah mengandung pokok-pokok isi Al-Qur’an
3. As-Sab‘ul Maṡānī
Surah al-Fātiḥah juga dinamai as-Sab‘ul-Maṡānī (tujuh yang berulang-ulang). Dinamai demikian karena ayatnya berjumlah tujuh, dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Salat tidak sah tanpa membaca surah al-Fātiḥah, berdasarkan Hadis:
لَا صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه اصحاب الستة عن عبادة بن الصامت)
Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca al-Fātiḥah. (Riwayat Aṣḥābus-Sittah dari ‘Ubadah bin aṣ-Ṣāmit)
Selain beberapa nama yang disebutkan, masih ada nama-nama lain, yaitu al-Kanz (Perbendaharaan), al-Ḥamd (Pujian), aṣ-Ṣalāh (Salat), al-Wāqiyah (Yang Me-lindungi), Asāsul-Qur'ān (Pokok-pokok Al-Qur’an), asy-Syāfiyah (Penyembuhan), al-Kāfiyah (Yang Mencukupi), ar-Ruqyah (Bacaan untuk Pengobatan), asy-Syukur (Syukur) ad-Du’ā (Doa) dan al-Asās (Asas Segala Sesuatu).
Surah al-Fātiḥah diturunkan di Mekah, jadi termasuk surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan salat dan diwajibkan membacanya di dalam salat, karena itu, ia adalah surah yang pertama diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an.
Pokok-Pokok Isinya
Telah disebutkan di atas, bahwa surah al-Fātiḥah adalah induk dari Al-Qur’an seluruhnya, sehingga ia merupakan intisari dari isi Al-Qur’an, yaitu:
1. Akidah
2. Ibadah
3. Hukum-hukum
4. Janji dan ancaman
5. Kisah-kisah.
Akidah
Akidah adalah yang pertama kali dibawa oleh Al-Qur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para nabi dan rasul yang telah diutus sebelum Muhammad saw. juga menanamkan keimanan ini sejak pertama kali mereka diutus kepada umatnya.
Keimanan yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat serta qaḍa' dan qadar. Pada waktu Al-Qur’an diturunkan, keimanan yang dibawa oleh para rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang murni tidak ada lagi. Kepada umat-umat terdahulu telah diutus para rasul, dan mereka telah mempunyai kitab-kitab samawi. Mereka kemudian memandang para rasul, orang-orang saleh, dan malaikat-malaikat sebagai Tuhan. Kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul kepada mereka sudah diubah oleh tangan mereka sendiri.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan waṡani, penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar Ka‘bah terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk menyucikan akidah manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh berbagai kepercayaan dan perbuatan menuhankan sesuatu dalam alam ini.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur’an itu adalah akidah yang amat jelas dan tegas, dapat dipahami akal, dan yang paling sempurna. Tuhan Yang Maha Esa, Dialah yang Khalik, sedang selain Dia adalah makhluk. Tak ada permulaan-Nya, dan tak ada kesudahan-Nya. Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia. Alam semesta ini makhluk Allah, yang akan lenyap dan binasa dengan kehendak Allah, karena keberadaannya juga dengan kehendak Allah.
Di dalam surah al-Fātiḥah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
a.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Maksud ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,” adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan “semua puji” meliputi: (1) puji Tuhan kepada diri-Nya; (2) puji Allah kepada makhluk-Nya; (3) puji makhluk kepada makhluk; dan (4) puji makhluk kepada Tuhannya. Pada hakikatnya, segala puji itu milik Allah.
Seseorang dipuji karena sifat-sifat yang mulia yang ada pada dirinya, atau karena perbuatan, jasa dan budi baiknya. Pujian itu hanya semata-mata milik Allah, karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang menyebabkan Dia berhak dipuji, umpama: sifat Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah memberi nikmat dan karunia, merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang murni adalah ajaran Islam yang terpenting. Sebab itu di dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Rabb bagi seluruh alam.
Kata Rabb itu selain bermakna “Pemilik” juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh”. Dengan ini jelas bahwa apa pun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada di bawah pengetahuan, lindungan dan pemeliharaan Allah. Allah telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk, lalu dikaruniakan-Nya akal, naluri dan kodrat alamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijaga-Nya.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan oleh Allah terhadap makhluk-Nya haruslah diperhatikan dan dipelajari oleh manusia dengan sedalam-dalamnya, dan memang sejak dahulu sampai sekarang telah diperhatikan dan dipelajari oleh para pemikir dan para sarjana, sehingga telah menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kebesaran Allah, serta berguna bagi masyarakat.
b.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ (الفاتحة)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia berdoa memohon sesuatu haruslah langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun juga.
Dengan demikian, terbasmilah sampai ke akar-akarnya kepercayaan syirik (mempersekutukan Allah, membesarkan apa pun selain Allah) kepercayaan waṡani, pagan (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang, dan lain-lain), kepercayaan majusi (menyembah api) dan sebagainya, yaitu kepercayaan yang banyak berkembang dan dianut oleh segala bangsa, sebelum datang agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Kedua ayat yang disebutkan itu:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat lain, yang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik waṡani, majusi, dan sebagainya, adalah penjelasan dari kedua ayat itu.
Pada dasarnya, semua ayat isi surah al-Fātiḥah itu sejak dari
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
sampai dengan
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
menerangkan akidah tauhid.
Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-Fātiḥah dengan firman-Nya:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah hanya kepada Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, Allah mengada-kan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang diben-tangkan Allah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah, dengan mematuhi peraturan-peraturan, menjalankan hukum-hukum, dan berpegang ke-pada akidah yang benar, mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah. Hal itu diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surah al-Fātiḥah ini.
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari tauhid, sebagaimana tauhid pun tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian pula halnya dengan tauhid, yakni tauhid itu tidak akan subur hidup-nya di dalam jiwa dan raga manusia, kalau tidak selalu dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-Fātiḥah ini, di samping disebut tauhid, disebut juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengan penjelasan-penje-lasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.
Hukum-Hukum
Dalam rangka beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan; ada yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan masyarakat dan alam seisinya.
Di dalam Al-Qur’an banyak didapati ayat yang berhubungan dengan hukum dan peraturan itu. Semua ayat ini adalah penjelasan dari apa yang telah dican-tumkan dalam surah al-Fātiḥah. Allah memberi tuntunan hukum dan peraturan dalam firman-Nya:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu akidah (kepercayaan) yang benar, hukum dan peraturan, pelajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an sebagaimana disebutkan di atas.
Janji dan Ancaman
Al-Qur’an juga berisi janji dan ancaman. Dia menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Sebaliknya Dia memperingatkan mereka yang mempersekutukan-Nya, yang membuat onar dan kejahatan dengan azab.
Janji dan ancaman itu ditujukan kepada umum, kaum atau bangsa. Di dalam surah al-Fātiḥah terdapat ayat-ayat yang mengandung janji dan ancaman, yaitu:
a.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Dengan menyebut “Maha Pengasih”, “Maha Penyayang”, Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, limpahan karunia dan nikmat.
b.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan“
Pada hari itu perbuatan manusia sewaktu di dunia akan dibalas. Surga untuk mereka yang beriman dan berbuat baik, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan berbuat salah. Ini adalah janji dan peringatan.
c.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus akan berbahagia, dan yang menghindarkan diri dari jalan yang lurus akan celaka. Dengan ini dapat dipahami adanya janji dan ancaman.
d.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ada orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh dan ṣiddīqīn. Orang-orang yang semacam ini akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga jannatun-na‘īm, dan ini adalah janji-Nya. Di samping itu, ada pula orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang tak mau menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tak mengetahui jalan yang lurus itu atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu.
Mereka yang dimurkai Allah dan orang yang sesat itu akan menderita hukuman dari Allah, dan ini adalah suatu peringatan.
Kisah-Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, Al-Qur’an telah menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat dari penerimaan atau penolakan itu, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang tiga perempat dari isi Al-Qur’an adalah cerita tentang bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fātiḥah ini keadaan bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam firman-Nya:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fātiḥah mengandung kesimpulan isi Al-Qur’an dalam surah-surah yang berikutnya. | null | null | null | null | 1. Rabb رَبّ (al-Fātiḥah/1: 2)
Kata rabb secara etimologi berarti, “pemelihara”, “pendidik”, “pengasuh”, “pengatur”, dan “yang menumbuhkan”. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki sebagai pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur dan yang menumbuhkan makhluknya. Oleh sebab itu, kata rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Tuhan”. Kata rabb di dalam Al-Qur’an disebut 151 kali.
2. Ar-Raḥmān, ar-Raḥīm اَلرَّحْمٰن اَلرَّحِيْم (al-Fātiḥah/1: 3)
Kata ar-raḥmān terambil dari ar-raḥmah yang berarti belas kasihan, yaitu suatu sifat yang menimbulkan perbuatan memberi nikmat dan karunia. Jadi, kata ar-raḥmān berarti “Yang berbuat (memberi) nikmat dan karunia yang banyak”. Kata ar-raḥmān disebutkan dalam Al-Qur’an 57 kali di berbagai surah, termasuk pada Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata ar-raḥmān terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, ar-Ra‘ad, al-Isrā’, Maryam, Ṭāhā, al-Anbiyā’, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, an-Naml, Yāsīn, Fuṣṣilat, az-Zukhruf, Qāf, ar-Raḥmān, al-Ḥasyr, al-Mulk, dan an-Naba’.
Kata ar-raḥīm juga diambil dari kata ar-raḥmah. Arti ar-raḥīm ialah: “Yang mempunyai sifat belas kasihan dan sifat itu tetap padanya selama-lamanya”. Kata ar-raḥīm disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 95 kali termasuk dalam Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata Ar-raḥīm tersebut terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, Āli ‘Imrān, an-Nisā’, al-Mā’idah, al-An‘ām, al-A‘rāf, al-Anfāl, at-Taubah, Yūnus, Hūd, Yūsuf, Ibrāhīm, al-Ḥijr, an-Naḥl, al-Ḥajj, an-Nūr, asy-Syu‘arā’, an-Naml, al-Qaṣaṣ, ar-Rūm, as-Sajdah, Saba’, Yāsīn, az-Zumar, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, ad-Dukhān, al-Aḥqāf, al-Ḥujurāt, aṭ-Ṭūr, al-Ḥadīd, al-Mujādilah, al-Ḥasyr, al-Mumtaḥanah, at-Tagābun, at-Taḥrīm, dan al-Muzzammil.
Ar-raḥmān dan ar-raḥīm maksudnya bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang banyak dengan murah dan telah melimpahkan karunia yang tidak terhingga, karena Dia bersifat belas kasihan kepada makhluk-Nya. Karena sifat belas kasihan itu merupakan sifat yang tetap pada-Nya, maka nikmat dan karunia Allah tidak ada putus-putusnya. | null | null |
7 | 1 | الفاتحة | Al-Fātiḥah | Al-Fatihah | Pembuka | 7 | 1 | Makkiyah | 7 | 1 | 0 | 1 | 1 | صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ | Ṣirāṭal-lażīna an‘amta ‘alaihim, gairil-magḍūbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn(a). | (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat. | null | null | Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, berupa keimanan, hidayah, dan rida-Mu. Mereka itu, seperti dijelaskan dalam Surah an-Nisa' /4: 69, adalah: 1) para nabi yang telah dipilih Allah untuk memperoleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi; 2) siddiqin, yaitu orang-orang yang selalu benar dan jujur, tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebenaran; 3) syuhada', yaitu mereka yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan, melalui ucapan dan tindakan mereka, walau harus mengorbankan nyawa sekalipun, atau mereka yang disaksikan kebenaran dan kebajikannya oleh Allah, para malaikat, dan lingkungan mereka; dan 4) salihin, yaitu orang-orang saleh yang tangguh dalam kebajikan dan selalu berusaha mewujudkannya. Jalan yang kami mohon itu bukan jalan mereka yang dimurkai, yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mengikuti dan mengamalkannya, bahkan menentangnya, seperti sebagian kelompok Yahudi dan yang mengikuti jalan mereka, dan bukan pula jalan mereka yang sesat dari jalan kebenaran dan kebaikan, seperti sebagian kelompok Nasrani dan yang sejalan dengan mereka, sebab mereka enggan beriman dan mengikuti petunjuk-Mu. | Setelah Allah swt mengajarkan kepada hamba-Nya untuk memohon agar selalu dibimbing-Nya menuju jalan yang lurus dan benar, pada ayat ini Allah menerangkan apa jalan yang lurus itu. Sebelum Al-Qur’an diturunkan, Allah telah menurunkan kitab-kitab suci-Nya yang lain, dan sebelum Nabi Muhammad diutus, Allah telah mengutus rasul-rasul, karena sebelum umat yang sekarang ini telah banyak umat terdahulu.
Di antara umat-umat yang terdahulu itu terdapat nabi-nabi, ṣiddīqīn yang membenarkan rasul-rasul dengan jujur dan patuh, syuhadā’ yang telah mengorbankan jiwa dan harta untuk kemuliaan agama Allah, dan orang-orang saleh yang telah membuat kebajikan dan menjauhi larangan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, dan kita diajari agar memohon kepada-Nya, agar diberi-Nya taufik dan bimbingan sebagaimana Dia telah memberi taufik dan membimbing mereka. Artinya sebagaimana mereka telah berbahagia dalam aqā’id, dalam menjalankan hukum-hukum dan peraturan-peraturan agama, serta telah mempunyai akhlak dan budi pekerti yang mulia, maka demikian pula kita hendaknya. Dengan perkataan lain, Allah menyuruh kita agar mengambil contoh dan teladan kepada mereka yang terdahulu.
Timbul pertanyaan: mengapa Allah menyuruh kita mengikuti jalan mereka yang terdahulu itu, padahal dalam agama kita ada pelajaran-pelajaran, hukum dan petunjuk-petunjuk yang tak ada pada mereka. Jawabnya: sebetulnya agama Allah itu adalah satu. Kendatipun ada perbedaannya, tetapi perbedaan itu pada bagian-bagiannya, sedang pokok-pokoknya serupa, sebagaimana telah disebutkan.
Sebagaimana halnya dalam umat-umat yang terdahulu itu terdapat orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, juga terdapat di antara mereka orang yang dimurkai Allah dan orang yang sesat. Orang yang dimurkai Allah itu mereka yang tak mau menerima seruan Allah yang disampaikan oleh rasul-rasul, karena berlainan dengan kebiasaan mereka, atau karena tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, kendatipun telah jelas bahwa yang dibawa oleh rasul-rasul itu adalah benar. Termasuk juga ke dalam golongan ini, mereka yang mulanya telah menerima apa yang disampaikan oleh rasul-rasul, tetapi kemudian karena suatu sebab mereka membelok, dan membelakangi pelajaran yang dibawa oleh rasul-rasul itu.
Di dalam sejarah banyak ditemukan orang yang dimurkai Allah, sejak di dunia mereka telah diazab Allah, sebagai balasan yang setimpal bagi keingkaran dan sifat angkara murka mereka. Umpamanya kaum ‘Ād dan Ṡamud yang telah dibinasakan oleh Allah. Sampai sekarang masih ada bekas-bekas peninggalan mereka di Jazirah (semenanjung) Arab. Begitu juga Fir‘aun dan kaumnya yang telah dibinasakan Allah di Laut Merah. Mumi Fir‘aun sampai sekarang masih tersimpan di museum di Mesir.
Orang-orang yang sesat ialah mereka yang tidak betul kepercayaannya, atau tidak betul pekerjaan dan amal ibadahnya serta rusak budi pekertinya. Bila akidah seseorang tidak betul, atau pekerjaan dan amal ibadahnya salah, dan akhlaknya telah rusak, akan celakalah dia, dan kalau suatu bangsa berada pada situasi seperti itu akan jatuhlah bangsa itu.
Maka dengan ayat ini Allah mengajari hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya agar terjauh dari kemurkaan-Nya, dan terhindar dari kesesatan. Di dalamnya juga tersimpul perintah Allah agar manusia mengambil pelajaran dari sejarah bangsa-bangsa yang terdahulu. Alangkah banyaknya dalam sejarah kejadian-kejadian yang dapat dijadikan iktibar dan pelajaran. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berkenaan dengan kisah umat dan bangsa-bangsa yang dahulu. Memang tak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya kepada jiwa manusia daripada contoh-contoh orang dan perbandingan-perbandingan yang terdapat dalam kisah-kisah dan sejarah. | Nama, Tempat Diturunkan, dan Jumlah Ayat
Surah pertama al-Fātiḥah mempunyai bermacam-macam nama, antara lain:
1. Surah al-Fātiḥah
Kata “Fātiḥah” terambil dari kata kerja fataḥa yang berarti “membuka” atau “memulai”. Sedangkan “al-” adalah kata sandang, artikel definitif, itu, penunjuk suatu kata benda. Al-Fātiḥah di sini berarti “Pembuka” atau “Pemula”. Surah ini dinamakan “al-Fātiḥah” karena dengan surah inilah dibuka Al-Qur’an, artinya dengan surah inilah dimulai susunan surah-surah Al-Qur’an. Peletakannya di permulaan Al-Qur’an berdasarkan tauqīfi, artinya perintah dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
2. Ummul-Qur’ān atau Ummul-Kitāb
Di samping nama “al-Fātiḥah“, surah ini juga dinamakan Ummul-Qur’ān (Induk Al-Qur’an) atau Ummul-Kitāb (Induk Al-Kitab), karena merupakan induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surah al-Fātiḥah mengandung pokok-pokok isi Al-Qur’an
3. As-Sab‘ul Maṡānī
Surah al-Fātiḥah juga dinamai as-Sab‘ul-Maṡānī (tujuh yang berulang-ulang). Dinamai demikian karena ayatnya berjumlah tujuh, dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Salat tidak sah tanpa membaca surah al-Fātiḥah, berdasarkan Hadis:
لَا صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه اصحاب الستة عن عبادة بن الصامت)
Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca al-Fātiḥah. (Riwayat Aṣḥābus-Sittah dari ‘Ubadah bin aṣ-Ṣāmit)
Selain beberapa nama yang disebutkan, masih ada nama-nama lain, yaitu al-Kanz (Perbendaharaan), al-Ḥamd (Pujian), aṣ-Ṣalāh (Salat), al-Wāqiyah (Yang Me-lindungi), Asāsul-Qur'ān (Pokok-pokok Al-Qur’an), asy-Syāfiyah (Penyembuhan), al-Kāfiyah (Yang Mencukupi), ar-Ruqyah (Bacaan untuk Pengobatan), asy-Syukur (Syukur) ad-Du’ā (Doa) dan al-Asās (Asas Segala Sesuatu).
Surah al-Fātiḥah diturunkan di Mekah, jadi termasuk surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan salat dan diwajibkan membacanya di dalam salat, karena itu, ia adalah surah yang pertama diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an.
Pokok-Pokok Isinya
Telah disebutkan di atas, bahwa surah al-Fātiḥah adalah induk dari Al-Qur’an seluruhnya, sehingga ia merupakan intisari dari isi Al-Qur’an, yaitu:
1. Akidah
2. Ibadah
3. Hukum-hukum
4. Janji dan ancaman
5. Kisah-kisah.
Akidah
Akidah adalah yang pertama kali dibawa oleh Al-Qur’an dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para nabi dan rasul yang telah diutus sebelum Muhammad saw. juga menanamkan keimanan ini sejak pertama kali mereka diutus kepada umatnya.
Keimanan yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat serta qaḍa' dan qadar. Pada waktu Al-Qur’an diturunkan, keimanan yang dibawa oleh para rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang murni tidak ada lagi. Kepada umat-umat terdahulu telah diutus para rasul, dan mereka telah mempunyai kitab-kitab samawi. Mereka kemudian memandang para rasul, orang-orang saleh, dan malaikat-malaikat sebagai Tuhan. Kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul kepada mereka sudah diubah oleh tangan mereka sendiri.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan waṡani, penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar Ka‘bah terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk menyucikan akidah manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang murni, yang tidak dicampuri sedikit pun oleh berbagai kepercayaan dan perbuatan menuhankan sesuatu dalam alam ini.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur’an itu adalah akidah yang amat jelas dan tegas, dapat dipahami akal, dan yang paling sempurna. Tuhan Yang Maha Esa, Dialah yang Khalik, sedang selain Dia adalah makhluk. Tak ada permulaan-Nya, dan tak ada kesudahan-Nya. Mahakuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia. Alam semesta ini makhluk Allah, yang akan lenyap dan binasa dengan kehendak Allah, karena keberadaannya juga dengan kehendak Allah.
Di dalam surah al-Fātiḥah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
a.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Maksud ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,” adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan “semua puji” meliputi: (1) puji Tuhan kepada diri-Nya; (2) puji Allah kepada makhluk-Nya; (3) puji makhluk kepada makhluk; dan (4) puji makhluk kepada Tuhannya. Pada hakikatnya, segala puji itu milik Allah.
Seseorang dipuji karena sifat-sifat yang mulia yang ada pada dirinya, atau karena perbuatan, jasa dan budi baiknya. Pujian itu hanya semata-mata milik Allah, karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang menyebabkan Dia berhak dipuji, umpama: sifat Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah memberi nikmat dan karunia, merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang murni adalah ajaran Islam yang terpenting. Sebab itu di dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Rabb bagi seluruh alam.
Kata Rabb itu selain bermakna “Pemilik” juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh”. Dengan ini jelas bahwa apa pun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada di bawah pengetahuan, lindungan dan pemeliharaan Allah. Allah telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk, lalu dikaruniakan-Nya akal, naluri dan kodrat alamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijaga-Nya.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan oleh Allah terhadap makhluk-Nya haruslah diperhatikan dan dipelajari oleh manusia dengan sedalam-dalamnya, dan memang sejak dahulu sampai sekarang telah diperhatikan dan dipelajari oleh para pemikir dan para sarjana, sehingga telah menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kebesaran Allah, serta berguna bagi masyarakat.
b.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ (الفاتحة)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia berdoa memohon sesuatu haruslah langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun juga.
Dengan demikian, terbasmilah sampai ke akar-akarnya kepercayaan syirik (mempersekutukan Allah, membesarkan apa pun selain Allah) kepercayaan waṡani, pagan (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang, dan lain-lain), kepercayaan majusi (menyembah api) dan sebagainya, yaitu kepercayaan yang banyak berkembang dan dianut oleh segala bangsa, sebelum datang agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Kedua ayat yang disebutkan itu:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat lain, yang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik waṡani, majusi, dan sebagainya, adalah penjelasan dari kedua ayat itu.
Pada dasarnya, semua ayat isi surah al-Fātiḥah itu sejak dari
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
sampai dengan
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
menerangkan akidah tauhid.
Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-Fātiḥah dengan firman-Nya:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar menyembah hanya kepada Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, Allah mengada-kan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang diben-tangkan Allah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah, dengan mematuhi peraturan-peraturan, menjalankan hukum-hukum, dan berpegang ke-pada akidah yang benar, mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah. Hal itu diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surah al-Fātiḥah ini.
Ibadah tidak dapat dipisahkan dari tauhid, sebagaimana tauhid pun tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian pula halnya dengan tauhid, yakni tauhid itu tidak akan subur hidup-nya di dalam jiwa dan raga manusia, kalau tidak selalu dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-Fātiḥah ini, di samping disebut tauhid, disebut juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengan penjelasan-penje-lasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.
Hukum-Hukum
Dalam rangka beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah menetapkan hukum-hukum dan peraturan-peraturan; ada yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan dengan masyarakat dan alam seisinya.
Di dalam Al-Qur’an banyak didapati ayat yang berhubungan dengan hukum dan peraturan itu. Semua ayat ini adalah penjelasan dari apa yang telah dican-tumkan dalam surah al-Fātiḥah. Allah memberi tuntunan hukum dan peraturan dalam firman-Nya:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu akidah (kepercayaan) yang benar, hukum dan peraturan, pelajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an sebagaimana disebutkan di atas.
Janji dan Ancaman
Al-Qur’an juga berisi janji dan ancaman. Dia menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Sebaliknya Dia memperingatkan mereka yang mempersekutukan-Nya, yang membuat onar dan kejahatan dengan azab.
Janji dan ancaman itu ditujukan kepada umum, kaum atau bangsa. Di dalam surah al-Fātiḥah terdapat ayat-ayat yang mengandung janji dan ancaman, yaitu:
a.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Dengan menyebut “Maha Pengasih”, “Maha Penyayang”, Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, limpahan karunia dan nikmat.
b.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan“
Pada hari itu perbuatan manusia sewaktu di dunia akan dibalas. Surga untuk mereka yang beriman dan berbuat baik, dan neraka bagi mereka yang ingkar dan berbuat salah. Ini adalah janji dan peringatan.
c.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus akan berbahagia, dan yang menghindarkan diri dari jalan yang lurus akan celaka. Dengan ini dapat dipahami adanya janji dan ancaman.
d.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ada orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh dan ṣiddīqīn. Orang-orang yang semacam ini akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga jannatun-na‘īm, dan ini adalah janji-Nya. Di samping itu, ada pula orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang tak mau menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tak mengetahui jalan yang lurus itu atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan itu.
Mereka yang dimurkai Allah dan orang yang sesat itu akan menderita hukuman dari Allah, dan ini adalah suatu peringatan.
Kisah-Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, Al-Qur’an telah menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Di antara mereka ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat dari penerimaan atau penolakan itu, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang tiga perempat dari isi Al-Qur’an adalah cerita tentang bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fātiḥah ini keadaan bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam firman-Nya:
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fātiḥah mengandung kesimpulan isi Al-Qur’an dalam surah-surah yang berikutnya. | null | null | null | null | 1. Rabb رَبّ (al-Fātiḥah/1: 2)
Kata rabb secara etimologi berarti, “pemelihara”, “pendidik”, “pengasuh”, “pengatur”, dan “yang menumbuhkan”. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki sebagai pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur dan yang menumbuhkan makhluknya. Oleh sebab itu, kata rabb biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Tuhan”. Kata rabb di dalam Al-Qur’an disebut 151 kali.
2. Ar-Raḥmān, ar-Raḥīm اَلرَّحْمٰن اَلرَّحِيْم (al-Fātiḥah/1: 3)
Kata ar-raḥmān terambil dari ar-raḥmah yang berarti belas kasihan, yaitu suatu sifat yang menimbulkan perbuatan memberi nikmat dan karunia. Jadi, kata ar-raḥmān berarti “Yang berbuat (memberi) nikmat dan karunia yang banyak”. Kata ar-raḥmān disebutkan dalam Al-Qur’an 57 kali di berbagai surah, termasuk pada Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata ar-raḥmān terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, ar-Ra‘ad, al-Isrā’, Maryam, Ṭāhā, al-Anbiyā’, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, an-Naml, Yāsīn, Fuṣṣilat, az-Zukhruf, Qāf, ar-Raḥmān, al-Ḥasyr, al-Mulk, dan an-Naba’.
Kata ar-raḥīm juga diambil dari kata ar-raḥmah. Arti ar-raḥīm ialah: “Yang mempunyai sifat belas kasihan dan sifat itu tetap padanya selama-lamanya”. Kata ar-raḥīm disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 95 kali termasuk dalam Basmalah di awal surah al-Fātiḥah tapi tidak termasuk pada Basmalah di awal setiap surah selain al-Fātiḥah. Kata Ar-raḥīm tersebut terdapat pada surah al-Fātiḥah, al-Baqarah, Āli ‘Imrān, an-Nisā’, al-Mā’idah, al-An‘ām, al-A‘rāf, al-Anfāl, at-Taubah, Yūnus, Hūd, Yūsuf, Ibrāhīm, al-Ḥijr, an-Naḥl, al-Ḥajj, an-Nūr, asy-Syu‘arā’, an-Naml, al-Qaṣaṣ, ar-Rūm, as-Sajdah, Saba’, Yāsīn, az-Zumar, Fuṣṣilat, asy-Syūrā, ad-Dukhān, al-Aḥqāf, al-Ḥujurāt, aṭ-Ṭūr, al-Ḥadīd, al-Mujādilah, al-Ḥasyr, al-Mumtaḥanah, at-Tagābun, at-Taḥrīm, dan al-Muzzammil.
Ar-raḥmān dan ar-raḥīm maksudnya bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang banyak dengan murah dan telah melimpahkan karunia yang tidak terhingga, karena Dia bersifat belas kasihan kepada makhluk-Nya. Karena sifat belas kasihan itu merupakan sifat yang tetap pada-Nya, maka nikmat dan karunia Allah tidak ada putus-putusnya. | null | Surah al-Fātiḥah ini berisi pokok-pokok isi Al-Qur’anul-Karim seluruhnya. Pokok-pokok isi Al-Qur’an yang terkandung dalam surah Al-Fātiḥah ini dijelaskan dan diperinci pada 113 surah berikutnya.
Dari penafsiran yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pekerjaan yang baik perlu dimulai dengan Basmalah yang menunjukkan adanya akidah dan keimanan.
2. Kita perlu memuji Allah dan melaksanakan ibadah dan mohon pertolong-an hanya kepada-Nya yang memelihara dan mengatur seluruh alam.
3. Baik dalam ibadah maupun amal-amal perbuatan yang lain kita selalu mohon hidayah dan petunjuk sesuai dengan hukum-hukum yang ditetapkan Allah.
4. Kita mohon petunjuk dan hidayah kepada Allah karena Allah adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang dan menguasai hari akhir sesuai dengan adanya janji dan ancaman.
5. Hidayah dan petunjuk yang kita mohonkan ialah hidayah sebagaimana yang Allah berikan kepada orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan sesat sebagaimana disebutkan dalam kisah-kisah Al-Qur’an. |
8 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 1 | 2 | 1 | 1 | 1 | الۤمّۤ ۚ | Alif lām mīm. | Alif Lām Mīm. 4) | 4 | 4) Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surah yang dibuka dengan huruf Arab yang muqaṭṭa‘ah (dibaca nama hurufnya), seperti Alif lām mīm, Alif lām rā, dan sebagainya. Hanya Allah Swt. yang mengetahui makna sesungguhnya dari rangkaian huruf-huruf tersebut. Namun, dilihat dari fungsinya, ada yang berpendapat bahwa rangkaian huruf-huruf itu bertujuan untuk menarik perhatian atau untuk menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an. | Alif Laam miim. Beberapa surah dalam Al-Qur'an dibuka dengan huruf abjad seperti Alif Laam miim, Alif Laam Raa, dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang tahu. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah dan ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur'an, karena Al-Qur'an disusun dari rangkaian huruf-huruf abjad yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian, mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi seperti Al-Qur'an. | Alif Lām Mīm. Ayat pertama surah Al-Baqarah ini terdiri dari huruf-huruf lepas. Sebagaimana pada surah-surah Makkiyah banyak yang dibuka dengan huruf-huruf lepas seperti Alif Lām Rā, Alif Lām Mīm Rā, Ḥā Mīm, Ṭā Hā, Kāf Hā Yā ‘Aīn ṣād, dan lain-lain.
Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf singkatan (muqaṭṭa‘ah) semuanya berjumlah 29 surah. Selengkapnya sebagai berikut: al-Baqarah dengan Alif Lām Mīm, Āli ‘Imrān dimulai dengan Alif Lām Mīm, al-A‘rāf dimulai dengan Alif Lām Mīm ṣād, Yunus dengan Alif Lām Rā, Yusuf dengan Alif Lām Rā, Hūd dengan Alif Lām Rā, ar-Ra‘d dengan Alif Lām Mīm Rā; Ibrāhīm dengan Alif Lām Rā; al-Ḥijr dengan Alif Lām Rā; Maryam dengan Kāf Hā Yā ‘Aīn ṣād; Ṭāhā dengan Ṭā hā; asy-Syu‘arā’ dengan Ṭā Sīn Mīm; an-Naml dengan Ṭā Sīn; al-Qaṣaṣ dengan Ṭā Sīn Mīm; al-‘Ankabūt dengan Alif Lām Mīm; ar-Rūm dengan Alif Lām Mīm, Luqmān dengan Alif Lām Mīm, as-Sajdah dengan Alif Lām Mīm, Yasin dengan Yā Sīn; ṣād dengan ṣād; al-Mu’min dengan Ḥā Mīm; Fuṣṣilat dengan Ḥa Mīm; asy-Syūrā dengan Ḥā Mīm; az-Zukhruf dengan Ḥā Mīm; ad-Dukhān dengan Ḥā Mīm; al-Jāṡiyah dengan Ḥā Mīm; al-Aḥqāf dengan Ḥā Mīm; Qāf dengan Qāf; dan al-Qalam dengan Nūn. Huruf yang disebutkan ini berjumlah 14 huruf, yaitu setengah dari huruf hijaiyah. Huruf-huruf ini adalah huruf-huruf yang banyak terpakai dalam bahasa Arab. Huruf-huruf ini ada yang disebutkan berulang-ulang.
Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Al-Qur’an itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini.
Tentang soal pertama, maka para mufasir berlainan pendapat:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, “Allah saja yang mengetahui maksudnya.” Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyābihāt.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufasir yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (singkatan dari kata-kata), umpamanya Alif Lām Mīm. Maka Alif adalah singkatan dari “Allah”, Lam singkatan dari “Jibril”, dan Mīm singkatan dari Muhammad, yang berarti bahwa Al-Qur’an itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lām Rā, Alif singkatan dari “Ana”, Lam singkatan dari “Allah” dan Ra singkatan dari “ar-Raḥmān”, yang berarti “Aku Allah Yang Maha Pengasih.”
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan Alif adalah “Alif”, yang dimaksud dengan Lam, adalah “Lam”, yang dimaksud dengan Nūn adalah “Nun”, dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian. Ada mufasir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah Al-Qur’an untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh Bangsa Arab pada waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
e. Untuk tantangan. Menurut para mufasir ini, huruf-huruf singkatan itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Al-Qur’an, hikmahnya adalah untuk “menantang”. Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf singkatan, seperti Alif Lām Mīm Rā, Kāf Hā Yā ‘Aīn ṣād, Qāf, Ṭā Sīn dan lain-lain. Maka kalau kamu tidak percaya bahwa Al-Qur’an datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Al-Qur’an ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya”
Maka ada “penantang”, yaitu Allah, dan ada “yang ditantang”, yaitu bangsa Arab, dan ada “alat penantang”, yaitu Al-Qur’an. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk beluk bahasa Arab menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu ada pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Al-Qur’an dengan membuat ayat-ayat seperti Al-Qur’an. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Al-Qur’an itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Al-Qur’an itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | GOLONGAN ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Al-Muttaqīn اَلْمُتَّقِيْنَ (al-Baqarah/2: 2).
Kata al-muttaqīn adalah isim fā‘il dalam bentuk jamak dari kata ittaqā-yattaqī, yang berarti menjaga diri dari segala yang membahayakan. Juga kata taqwa berarti “berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Secara etimologi, kata taqwā mengandung pengertian “menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya”.
Al-Qur’an menyebut orang yang bertakwa dengan muttaqī, jamaknya muttaqīn, yang berarti orang yang bertakwa. Kata al-muttaqīn disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 43 kali, yaitu pada surah al-Baqarah, Āli ‘Imrān, al-Mā’idah, al-A‘rāf, at-Taubah, Hūd, al-Ḥijr, an-Naḥl, Maryam, al-Anbiyā’, an-Nūr, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, al-Qaṣaṣ, ṣād, az-Zumar, az-Zukhruf, ad-Dukhān, al-Jāṡiyah, Qāf, aż-Żāriyāt, aṭ-Ṭūr, al-Qalam, al-Ḥāqqah, al-Mursalāt dan an-Naba’. Kata ini digunakan Al-Qur’an untuk:
1. Menggambarkan, bahwa orang-orang bertakwa dicintai oleh Allah dan di akhirat nanti akan diberikan pahala serta tempat yang paling baik yaitu surga, seperti yang diungkapkan dalam surah Āli ‘Imrān/3: 76, aż-Żāriyāt/51: 15 dan ad-Dukhān/44: 51.
2. Menggambarkan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang mendapat kemenangan, seperti yang diungkapkan dalam surah an-Naba’/78:31.
3. Menggambarkan bahwa Allah merupakan pelindung (wali) bagi orang-orang yang bertakwa, seperti diungkapkan dalam surah al-Jāṡiyah/45: 19.
4. Menggambarkan bahwa beberapa kisah yang terjadi merupakan peringatan dan teladan bagi orang-orang yang bertakwa, seperti yang diungkapkan dalam surah al-Anbiyā’/21: 48 dan al-Ḥāqqah/69: 48. | null | null |
9 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 2 | 2 | 1 | 1 | 1 | ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ | Żālikal-kitābu lā raiba fīh(i), hudal lil-muttaqīn(a). | Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, | null | null | Inilah Kitab yang sempurna dan penuh keagungan, yaitu Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada Nabi Muhammad, tidak ada keraguan padanya tentang kebenaran apa-apa yang terkandung di dalamnya, dan orang-orang yang berakal sehat tidak akan dihinggapi keraguan bahwa Al-Qur'an berasal dari Allah karena sangat jelas kebenarannya. Al-Qur'an juga menjadi petunjuk yang sempurna bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk menerima kebenaran dengan bertakwa, yaitu mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya agar terhindar dari siksa Allah. Meski petunjuk Al-Qur'an diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, hanya orang-orang bertakwa saja yang siap dan mampu mengambil manfaat darinya. | Ayat ini menerangkan bahwa Al-Qur’an tidak dapat diragukan, karena ia wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw Nabi yang terakhir dengan perantaraan Jibril a.s.:
وَاِنَّهٗ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ ١٩٢ نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ ۙ ١٩٣ (الشعراۤء)
Dan sungguh (Al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam, yang dibawa oleh ar-Rūḥ al-Amīn (Jibril). (asy-Syu‘arā'/26: 192-193).
Yang dimaksud “Al-Kitab” (wahyu) di sini ialah Al-Qur’an. Disebut “Al-Kitab” sebagai isyarat bahwa Al-Qur’an harus ditulis, karena itu Nabi Muhammad saw memerintahkan para sahabat menulis ayat-ayat Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan bimbingan bagi orang yang bertakwa, sehingga dia berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti. Orang yang bertakwa ialah orang yang memelihara dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di antara tanda-tanda orang yang bertakwa ialah sebagaimana yang tersebut pada ayat-ayat berikut: | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | GOLONGAN ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Al-Muttaqīn اَلْمُتَّقِيْنَ (al-Baqarah/2: 2).
Kata al-muttaqīn adalah isim fā‘il dalam bentuk jamak dari kata ittaqā-yattaqī, yang berarti menjaga diri dari segala yang membahayakan. Juga kata taqwa berarti “berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Secara etimologi, kata taqwā mengandung pengertian “menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya”.
Al-Qur’an menyebut orang yang bertakwa dengan muttaqī, jamaknya muttaqīn, yang berarti orang yang bertakwa. Kata al-muttaqīn disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 43 kali, yaitu pada surah al-Baqarah, Āli ‘Imrān, al-Mā’idah, al-A‘rāf, at-Taubah, Hūd, al-Ḥijr, an-Naḥl, Maryam, al-Anbiyā’, an-Nūr, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, al-Qaṣaṣ, ṣād, az-Zumar, az-Zukhruf, ad-Dukhān, al-Jāṡiyah, Qāf, aż-Żāriyāt, aṭ-Ṭūr, al-Qalam, al-Ḥāqqah, al-Mursalāt dan an-Naba’. Kata ini digunakan Al-Qur’an untuk:
1. Menggambarkan, bahwa orang-orang bertakwa dicintai oleh Allah dan di akhirat nanti akan diberikan pahala serta tempat yang paling baik yaitu surga, seperti yang diungkapkan dalam surah Āli ‘Imrān/3: 76, aż-Żāriyāt/51: 15 dan ad-Dukhān/44: 51.
2. Menggambarkan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang mendapat kemenangan, seperti yang diungkapkan dalam surah an-Naba’/78:31.
3. Menggambarkan bahwa Allah merupakan pelindung (wali) bagi orang-orang yang bertakwa, seperti diungkapkan dalam surah al-Jāṡiyah/45: 19.
4. Menggambarkan bahwa beberapa kisah yang terjadi merupakan peringatan dan teladan bagi orang-orang yang bertakwa, seperti yang diungkapkan dalam surah al-Anbiyā’/21: 48 dan al-Ḥāqqah/69: 48. | null | null |
10 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 3 | 2 | 1 | 1 | 1 | الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ | Al-lażīna yu'minūna bil-gaibi wa yuqīmūnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqūn(a). | (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, | null | null | Orang-orang yang bertakwa itu adalah mereka yang beriman kepada hal-hal yang gaib, yang tidak tampak dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan indra mereka, seperti Allah, malaikat, surga, neraka, dan lainnya yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Pada saat yang sama, sebagai bukti keimanan itu, mereka beribadah kepada Allah dengan melaksanakan salat, secara sempurna berdasarkan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, khusyuk serta memperhatikan waktu-waktunya, dan mereka juga menginfakkan di jalan kebaikan sebagian rezeki berupa harta, ilmu, kesehatan, kekuasaan, dan hal-hal lainnya yang bermanfaat yang Kami berikan kepada mereka, semata-mata sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan mencari keridaan-Nya. | Pertama: Beriman kepada yang gaib. Termasuk di dalamnya beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, menundukkan diri serta menyerahkannya sesuai dengan yang diharuskan oleh iman itu. Tanda keimanan seseorang ialah melaksanakan semua yang diperintahkan oleh imannya itu.
Gaib ialah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Pengetahuan tentang yang gaib itu semata-mata berdasar kepada petunjuk-petunjuk Allah swt. Karena kita telah beriman kepada Allah, maka kita beriman pula kepada firman-firman dan petunjuk-petunjuk-Nya. Termasuk yang gaib ialah: Allah, para malaikat, hari kiamat, surga, neraka, mahsyar dan sebagainya. Pangkal iman kepada yang gaib ialah iman kepada Allah swt. Iman kepada Allah adalah dasar dari pembentukan watak dan sifat-sifat seseorang manusia agar dia menjadi manusia yang sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.
صِبْغَةَ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ صِبْغَةً ۖ وَّنَحْنُ لَهٗ عٰبِدُوْنَ ١٣٨ (البقرة)
“ṣibgah Allah.” Siapa yang lebih baik ṣibgah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah. (al-Baqarah/2: 138).
Iman membentuk manusia menjadi makhluk individu dan makhluk yang menjadi anggota masyarakatnya, suka memberi, menolong, berkorban, berjihad dan sebagainya:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ ١٥ (الحجرٰت)
Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (al-Ḥujurāt/49: 15)
Dalam mencari arti iman hendaklah kita mengikuti petunjuk Rasul. Untuk itu kita perlu mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad saw, merenungkan ciptaan Allah, menggunakan akal pikiran dan mempelajari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Iman dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Iman akan rusak bila amal seseorang rusak dan akan bertambah bila nilai dan jumlah amal ditingkatkan pula.
Kedua: Melaksanakan salat, yaitu mengerjakan dan menunaikan salat dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, terus-menerus mengerjakannya setiap hari sesuai dengan yang diperintahkan Allah, baik lahir maupun batin. Yang dimaksud dengan “lahir” ialah mengerjakan salat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan sunah Rasul, dan yang dimaksud dengan “batin” ialah mengerjakan salat dengan hati yang khusyuk, dengan segala ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, dan merasakan keagungan dan kekuasaan Allah yang menguasai dan menciptakan seluruh alam ini sebagai yang dikehendaki oleh agama.
Iqāmah aṣ-ṣalāh ialah mengerjakan salat dengan sempurna; sempurna segala rukun, syarat dan ketentuan yang lain yang ditentukan oleh agama. Arti asal dari perkataan ṣalāt ialah “doa”, kemudian dipakai sebagai istilah ibadah yang dikenal di dalam agama Islam karena salat itu banyak mengandung doa.
Ketiga: Menginfakkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan Allah. Rezeki ialah segala sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. “Menginfakkan sebagian rezeki” ialah memberikan sebagian rezeki atau harta yang telah dianugerahkan Allah kepada orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.
Pengertian menginfakkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penelitian ilmiah dan lain-lain. Juga berinfak untuk semua kepentingan umum dengan niat melaksanakan perintah Allah termasuk fī sabīlillāh.
Harta yang akan diinfakkan itu ialah sebagiannya, tidak seluruh harta. Dalam ayat ini tidak dijelaskan berapa banyak yang dimaksud dengan sebagian itu, apakah seperdua, sepertiga, seperempat dan sebagainya. Dalam pada itu Allah melarang berlaku kikir dan melarang berlaku boros:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا ٢٩ (الاسراۤء)
Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah), nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. (al-Isrā’/17: 29).
Allah melarang berlebih-lebihan atau kikir dalam membelanjakan harta:
وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا ٦٧ (الفرقان)
Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) mereka yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, tetapi berada di antara keduanya secara wajar (al-Furqān/25: 67)
Pada firman Allah yang lain dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan sebagian harta itu ialah sebagaimana jawaban atas pertanyaan para sahabat:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ
“.... mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, ‘Kelebihan (dari apa yang diperlukan).’” (al-Baqarah/2: 219)
Yang dimaksud dengan “kelebihan” ialah setelah mereka cukup makan dan memiliki pakaian yang dipakai. Jadi tidak harus kaya, tetapi selain yang mereka makan dan pakai pada hari itu, adalah termasuk lebih. Allah telah menjelaskan cara-cara membelanjakan harta itu dan cara-cara menggunakannya. Dijelaskan lagi oleh hadis Rasulullah saw:
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ الْغِنَى (رواه البخاري ومسلم)
Dari Nabi saw ia berkata, “Sebaik-baik sedekah adalah kelebihan dari kebutuhan pokok.” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim) | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | GOLONGAN ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Al-Muttaqīn اَلْمُتَّقِيْنَ (al-Baqarah/2: 2).
Kata al-muttaqīn adalah isim fā‘il dalam bentuk jamak dari kata ittaqā-yattaqī, yang berarti menjaga diri dari segala yang membahayakan. Juga kata taqwa berarti “berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Secara etimologi, kata taqwā mengandung pengertian “menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya”.
Al-Qur’an menyebut orang yang bertakwa dengan muttaqī, jamaknya muttaqīn, yang berarti orang yang bertakwa. Kata al-muttaqīn disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 43 kali, yaitu pada surah al-Baqarah, Āli ‘Imrān, al-Mā’idah, al-A‘rāf, at-Taubah, Hūd, al-Ḥijr, an-Naḥl, Maryam, al-Anbiyā’, an-Nūr, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, al-Qaṣaṣ, ṣād, az-Zumar, az-Zukhruf, ad-Dukhān, al-Jāṡiyah, Qāf, aż-Żāriyāt, aṭ-Ṭūr, al-Qalam, al-Ḥāqqah, al-Mursalāt dan an-Naba’. Kata ini digunakan Al-Qur’an untuk:
1. Menggambarkan, bahwa orang-orang bertakwa dicintai oleh Allah dan di akhirat nanti akan diberikan pahala serta tempat yang paling baik yaitu surga, seperti yang diungkapkan dalam surah Āli ‘Imrān/3: 76, aż-Żāriyāt/51: 15 dan ad-Dukhān/44: 51.
2. Menggambarkan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang mendapat kemenangan, seperti yang diungkapkan dalam surah an-Naba’/78:31.
3. Menggambarkan bahwa Allah merupakan pelindung (wali) bagi orang-orang yang bertakwa, seperti diungkapkan dalam surah al-Jāṡiyah/45: 19.
4. Menggambarkan bahwa beberapa kisah yang terjadi merupakan peringatan dan teladan bagi orang-orang yang bertakwa, seperti yang diungkapkan dalam surah al-Anbiyā’/21: 48 dan al-Ḥāqqah/69: 48. | null | null |
11 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 4 | 2 | 1 | 1 | 1 | وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ | Wal-lażīna yu'minūna bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablik(a), wabil-ākhirati hum yūqinūn(a). | dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. | null | null | Dan ciri-ciri lainnya dari orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman kepada apa-apa yang diturunkan dari Allah kepadamu, wahai Nabi Muhammad, berupa Al-Qur'an dan adz-dzikr (hadis), dan kitabkitab yang telah diturunkan sebelum engkau, seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Suhuf-suhuf (lembaran-lembaran) yang tidak seperti Kitab, dengan tidak membeda-bedakannya, sebab risalah Allah pada mulanya satu, dan mereka yakin akan adanya kehidupan di akhirat setelah kehidupan di dunia ini, dengan penuh keyakinan di dalam hati yang dibuktikan secara lisan dan perbuatan. | Keempat: Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, yaitu beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab (wahyu) Taurat, Zabur, Injil dan ṣaḥīfah-ṣaḥīfah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Meskipun dalam beriman kepada kitab-kitab selain Al-Qur’an bersifat ijmali (global), sedangkan beriman kepada Al-Qur’an harus secara tafsili (rinci). Beriman kepada kitab-kitab dan ṣaḥīfah-ṣaḥīfah tersebut berarti beriman pula kepada para rasul yang telah diutus Allah kepada umat-umat yang dahulu dengan tidak membedakan antara seseorang dengan yang lain dari rasul-rasul Allah.
Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu sifat dari orang-orang yang bertakwa. Orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah dan mempelajari isinya adalah para ahli waris nabi, ahli waris ajaran-ajaran Allah, baik orang-orang dahulu, maupun orang-orang sekarang sampai akhir zaman. Sifat ini akan menimbulkan rasa dalam diri seorang Muslim bahwa mereka adalah umat yang satu, agama mereka adalah satu, agama Islam. Tuhan yang mereka sembah ialah Allah Yang Maha Esa, Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Sifat ini akan menghilangkan eksklusivisme (sifat berbeda) dalam diri seorang Muslim, yaitu meliputi semua sifat sombong, tinggi hati, fanatik golongan, rasa kedaerahan dan perasaan kebangsaan yang berlebihan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | GOLONGAN ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Al-Muttaqīn اَلْمُتَّقِيْنَ (al-Baqarah/2: 2).
Kata al-muttaqīn adalah isim fā‘il dalam bentuk jamak dari kata ittaqā-yattaqī, yang berarti menjaga diri dari segala yang membahayakan. Juga kata taqwa berarti “berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Secara etimologi, kata taqwā mengandung pengertian “menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya”.
Al-Qur’an menyebut orang yang bertakwa dengan muttaqī, jamaknya muttaqīn, yang berarti orang yang bertakwa. Kata al-muttaqīn disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 43 kali, yaitu pada surah al-Baqarah, Āli ‘Imrān, al-Mā’idah, al-A‘rāf, at-Taubah, Hūd, al-Ḥijr, an-Naḥl, Maryam, al-Anbiyā’, an-Nūr, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, al-Qaṣaṣ, ṣād, az-Zumar, az-Zukhruf, ad-Dukhān, al-Jāṡiyah, Qāf, aż-Żāriyāt, aṭ-Ṭūr, al-Qalam, al-Ḥāqqah, al-Mursalāt dan an-Naba’. Kata ini digunakan Al-Qur’an untuk:
1. Menggambarkan, bahwa orang-orang bertakwa dicintai oleh Allah dan di akhirat nanti akan diberikan pahala serta tempat yang paling baik yaitu surga, seperti yang diungkapkan dalam surah Āli ‘Imrān/3: 76, aż-Żāriyāt/51: 15 dan ad-Dukhān/44: 51.
2. Menggambarkan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang mendapat kemenangan, seperti yang diungkapkan dalam surah an-Naba’/78:31.
3. Menggambarkan bahwa Allah merupakan pelindung (wali) bagi orang-orang yang bertakwa, seperti diungkapkan dalam surah al-Jāṡiyah/45: 19.
4. Menggambarkan bahwa beberapa kisah yang terjadi merupakan peringatan dan teladan bagi orang-orang yang bertakwa, seperti yang diungkapkan dalam surah al-Anbiyā’/21: 48 dan al-Ḥāqqah/69: 48. | null | null |
12 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 5 | 2 | 1 | 1 | 1 | اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ | Ulā'ika ‘alā hudam mir rabbihim wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a). | Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. | null | null | Mereka yang mempunyai ciri-ciri sebagaimana disebutkan itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, berada pada posisi yang sangat mulia dan agung, sebab mereka menaati semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, dan hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung memperoleh apa yang mereka inginkan, yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat dengan dimasukkan ke dalam surga dan terbebas dari neraka. | Kelima: Beriman kepada adanya hari akhirat. “Akhirat” lawan dari “dunia”. Akhirat ialah tempat manusia berada setelah dunia ini lenyap. “Beriman akan adanya akhirat” ialah benar-benar percaya adanya hidup yang kedua setelah dunia ini berakhir.
Orang-orang yang mempunyai sifat yang lima di atas adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah dan merekalah orang-orang yang akan merasakan hasil iman dan amal mereka di akhirat nanti, mereka memperoleh keridaan Allah dan tempat tinggal mereka di akhirat ialah di surga yang penuh kenikmatan. Di dalamnya mereka menikmati kebahagiaan yang abadi. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | GOLONGAN ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Al-Muttaqīn اَلْمُتَّقِيْنَ (al-Baqarah/2: 2).
Kata al-muttaqīn adalah isim fā‘il dalam bentuk jamak dari kata ittaqā-yattaqī, yang berarti menjaga diri dari segala yang membahayakan. Juga kata taqwa berarti “berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Secara etimologi, kata taqwā mengandung pengertian “menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah swt dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya”.
Al-Qur’an menyebut orang yang bertakwa dengan muttaqī, jamaknya muttaqīn, yang berarti orang yang bertakwa. Kata al-muttaqīn disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 43 kali, yaitu pada surah al-Baqarah, Āli ‘Imrān, al-Mā’idah, al-A‘rāf, at-Taubah, Hūd, al-Ḥijr, an-Naḥl, Maryam, al-Anbiyā’, an-Nūr, al-Furqān, asy-Syu‘arā’, al-Qaṣaṣ, ṣād, az-Zumar, az-Zukhruf, ad-Dukhān, al-Jāṡiyah, Qāf, aż-Żāriyāt, aṭ-Ṭūr, al-Qalam, al-Ḥāqqah, al-Mursalāt dan an-Naba’. Kata ini digunakan Al-Qur’an untuk:
1. Menggambarkan, bahwa orang-orang bertakwa dicintai oleh Allah dan di akhirat nanti akan diberikan pahala serta tempat yang paling baik yaitu surga, seperti yang diungkapkan dalam surah Āli ‘Imrān/3: 76, aż-Żāriyāt/51: 15 dan ad-Dukhān/44: 51.
2. Menggambarkan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang mendapat kemenangan, seperti yang diungkapkan dalam surah an-Naba’/78:31.
3. Menggambarkan bahwa Allah merupakan pelindung (wali) bagi orang-orang yang bertakwa, seperti diungkapkan dalam surah al-Jāṡiyah/45: 19.
4. Menggambarkan bahwa beberapa kisah yang terjadi merupakan peringatan dan teladan bagi orang-orang yang bertakwa, seperti yang diungkapkan dalam surah al-Anbiyā’/21: 48 dan al-Ḥāqqah/69: 48. | null | 1. Al-Qur’an tidak diragukan kebenarannya dan berfungsi sebagai petunjuk.
2. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Di antara sifat-sifat orang yang bertakwa ialah:
a. Beriman kepada yang gaib, yaitu Allah, para malaikat, surga dan neraka.
b. Melaksanakan salat, terutama salat wajib lima waktu.
c. Menginfakkan sebagian harta yang telah dianugerahkan Allah.
d. Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada rasul-rasul-Nya; dan
e. beriman kepada adanya hari akhirat.
3. Orang-orang yang memiliki ciri-ciri itulah yang mendapat petunjuk dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. |
13 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 6 | 3 | 1 | 1 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ | Innal-lażīna kafarū sawā'un ‘alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn(a). | Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. | null | null | Sebagai kebalikan dari sikap orang mukmin terhadap Al-Qur'an, sesungguhnya orang-orang kafir yang menutupi hati dan akal pikiran mereka dari kebenaran karena enggan dan sombong, tidak akan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan, berupa ancaman siksa dari Tuhanmu, atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman sebab mereka lebih memilih jalan kebatilan. | Orang kafir ialah orang yang tidak beriman kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Kafir, jamaknya kuffār, yaitu orang-orang yang tidak percaya kepada Allah, rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari kiamat. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa orang-orang kafir, yaitu Ahli Kitab dan orang-orang musyrik, yang sangat ingkar kepada Rasulullah saw; mereka tidak akan beriman walaupun diberi peringatan yang disertai dengan ancaman. Bagi mereka sama saja, apakah mereka diberi peringatan keras atau tidak. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan sifat orang bertakwa yang hatinya telah mendapat petunjuk dan bimbingan Allah serta balasan yang mereka peroleh dari buah ketakwaannya itu. Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang kafir yang hatinya telah tertutup, tidak mau menerima petunjuk-petunjuk Allah dan mereka menerima akibat yang buruk, yaitu azab yang besar. | GOLONGAN KAFIR | Kosakata: Kafarū كَفَرُوْا (al-Baqarah/2: 6)
Kata kafarū diambil dari kata kufr, merupakan masdar (infinitif) dari kafara-yakfuru-kufran/kufr. Dalam Al-Qur’an kata kufr dan kata yang seasal dengannya disebut 525 kali. Sedangkan kata kafir disebut hanya 5 kali, yaitu pada surah al-Baqarah, al-Furqān, at-Tagābun dan an-Naba’.
Secara bahasa, kata kufr mengandung beberapa arti, antara lain: menutupi, melepaskan diri, menghapus, kulit, dan denda (kaffārah) karena melanggar salah satu ketentuan Allah. Dalam ayat ini yang dimaksud orang kafir ialah orang yang ingkar, tidak percaya kepada adanya Allah, tidak percaya pada kekuasaan Allah, karena dia telah menutup diri dan melupakan diri dari kekuasaan Allah. Dia tidak mau tunduk dan patuh pada perintah Allah.
Dari beberapa arti secara bahasa di atas, menurut al-Asfahani dan Ibnu Manẓūr, yang dekat kepada arti secara istilah adalah “menutupi”, “menyembunyikan”. Malam hari disebut kafir karena ia menutupi siang atau tersembunyinya sesuatu oleh kegelapannya. Awan disebut kafir karena ia (dapat) menutupi atau menyembunyikan cahaya matahari. Kafir terhadap nikmat Allah berarti seseorang menutupi atau menyembunyikan nikmat Allah dengan cara tidak mensyukurinya. Demikian juga petani karena menutupi atau menyembunyikan benih dengan tanah waktu bercocok tanam. | null | null |
14 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 7 | 3 | 1 | 1 | 1 | خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ | Khatamallāhu ‘alā qulūbihim wa ‘alā sam‘ihim wa ‘alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un). | Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka.5) Pada penglihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat. | 5 | 5) Allah Swt. telah mengunci hati dan telinga orang kafir sehingga nasihat atau hidayah tidak bisa masuk ke dalam hatinya. | Karena mereka ingkar dengan menutup diri dari kebenaran, maka seakan Allah telah mengunci hati mereka dengan sekat yang tertutup rapat sehingga nasihat atau hidayah tersebut tidak bisa masuk ke dalam hati mereka, dan pendengaran mereka juga seakan terkunci, sehingga tidak mendengar kebenaran dari Allah. Demikian pula penglihatan mereka telah tertutup, sehingga tidak melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat mengantarkan kepada keimanan, dan sebagai akibatnya, mereka akan mendapat azab yang berat. | Hal yang menyebabkan orang-orang kafir tidak menerima peringatan adalah karena hati dan pendengaran mereka tertutup, bahkan terkunci mati, tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasihat tidak berbekas pada mereka. Karena penglihatan mereka tertutup, mereka tidak dapat melihat, memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang telah mereka dengar, tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.
Terkuncinya hati dan pendengaran, serta tertutupnya penglihatan orang-orang kafir itu karena mereka selalu mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang. Tiap-tiap perbuatan terlarang yang mereka lakukan akan menambah rapat dan kuatnya kunci yang menutup hati dan pendengaran mereka. Makin banyak perbuatan itu mereka lakukan, makin bertambah kuat pula kunci dan tutup pada hati dan telinga mereka:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَقَتْلِهِمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَّقَوْلِهِمْ قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ طَبَعَ اللّٰهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ ١٥٥ (النساۤء)
Maka (Kami hukum mereka), karena mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah, serta karena mereka telah membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan karena mereka mengatakan, ”Hati kami tertutup.” Sebenarnya Allah telah mengunci hati mereka karena kekafirannya, karena itu hanya sebagian kecil dari mereka yang beriman (an-Nisā’/4: 155).
وَنُقَلِّبُ اَفْـِٕدَتَهُمْ وَاَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوْا بِهٖٓ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّنَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ࣖ ۔ ١١٠ (الانعام)
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan. (al-An‘ām/6: 110)
Proses bertambah kuatnya tutup dan bertambah kuatnya kunci hati dan pendengaran orang-orang kafir itu diterangkan oleh hadis :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِنَّ الْعَبْدَ اِذَا اَذْنَبَ ذَنْباً كَانَتْ نُقْطَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ فَاِنْ تَابَ مِنْهَا صَقُلَ قَلْبُهُ وَاِنْ زَادَ زَادَتْ فَذٰلِكَ قَوْلُ اللهِ "كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلـٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (رواه الترمذي وابن جرير الطبري عن ابي هريرة)
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba apabila ia mengerjakan perbuatan dosa terdapatlah suatu noda hitam di dalam hatinya, maka jika ia bertobat, mengkilat hatinya, dan jika ia tambah mengerjakan perbuatan buruk, bertambahlah noda hitam ". Itulah firman Allah, "Tidak, tetapi perbuatan mereka menjadi noda hitam di hati mereka”. (Riwayat at-Tirmiżī dan Ibnu Jarīr aṭ-Ṭabari dari Abū Hurairah) | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan sifat orang bertakwa yang hatinya telah mendapat petunjuk dan bimbingan Allah serta balasan yang mereka peroleh dari buah ketakwaannya itu. Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang kafir yang hatinya telah tertutup, tidak mau menerima petunjuk-petunjuk Allah dan mereka menerima akibat yang buruk, yaitu azab yang besar. | GOLONGAN KAFIR | Kosakata: Kafarū كَفَرُوْا (al-Baqarah/2: 6)
Kata kafarū diambil dari kata kufr, merupakan masdar (infinitif) dari kafara-yakfuru-kufran/kufr. Dalam Al-Qur’an kata kufr dan kata yang seasal dengannya disebut 525 kali. Sedangkan kata kafir disebut hanya 5 kali, yaitu pada surah al-Baqarah, al-Furqān, at-Tagābun dan an-Naba’.
Secara bahasa, kata kufr mengandung beberapa arti, antara lain: menutupi, melepaskan diri, menghapus, kulit, dan denda (kaffārah) karena melanggar salah satu ketentuan Allah. Dalam ayat ini yang dimaksud orang kafir ialah orang yang ingkar, tidak percaya kepada adanya Allah, tidak percaya pada kekuasaan Allah, karena dia telah menutup diri dan melupakan diri dari kekuasaan Allah. Dia tidak mau tunduk dan patuh pada perintah Allah.
Dari beberapa arti secara bahasa di atas, menurut al-Asfahani dan Ibnu Manẓūr, yang dekat kepada arti secara istilah adalah “menutupi”, “menyembunyikan”. Malam hari disebut kafir karena ia menutupi siang atau tersembunyinya sesuatu oleh kegelapannya. Awan disebut kafir karena ia (dapat) menutupi atau menyembunyikan cahaya matahari. Kafir terhadap nikmat Allah berarti seseorang menutupi atau menyembunyikan nikmat Allah dengan cara tidak mensyukurinya. Demikian juga petani karena menutupi atau menyembunyikan benih dengan tanah waktu bercocok tanam. | null | Orang-orang kafir yang ingkar kepada Allah, bagi mereka sama saja, diberi petunjuk atau tidak diberi petunjuk, mereka tidak akan beriman, karena hati, telinga dan mata mereka tertutup.
Balasan orang-orang kafir adalah siksa yang amat pedih. |
15 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 8 | 3 | 1 | 1 | 1 | وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ | Wa minan-nāsi may yaqūlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu'minīn(a). | Di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang mukmin. | null | null | Dan selanjutnya disebutkan kelompok manusia yang ketiga dalam menyikapi kebenaran petunjuk Al-Qur'an, yaitu di antara manusia yang ingkar seperti disebut sebelumnya ada sekelompok orang yang mengatakan sesuatu yang sesungguhnya tidak lahir dari dalam hati nurani. Mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada Allah dengan segala keagungan-Nya dan kami juga beriman kepada hari akhir yang diingkari oleh orang-orang kafir,” padahal sesungguhnya mereka itu tidak jujur dalam mengatakan itu sehingga mereka bukanlah termasuk golongan orang-orang yang beriman. Kelompok ketiga ini jauh lebih berbahaya daripada yang secara terang-terangan menolak (kafir), sebab mereka menampakkan diri seperti kawan padahal sesungguhnya mereka adalah lawan. | Pada ayat ini diterangkan golongan yang ketiga yaitu golongan munafik, golongan yang mengaku bahwa mereka beriman, tetapi sebenarnya tidak beriman. Pengakuan mereka tidaklah benar. Mereka mengakui demikian itu untuk mengelabui mata dan mempermainkan orang Islam.
Sewaktu Rasul saw hijrah dari Mekah ke Medinah, banyak penduduk Medinah masuk Islam dari kabilah 'Aus dan Khazraj dan beberapa orang Yahudi. Pada mulanya masih belum tampak golongan ini. Tetapi sesudah perang Badar tahun kedua Hijri, yang membawa kemenangan bagi kaum Muslimin, mulailah timbul golongan munafik ini.
Abdullah bin Ubay, seorang pemimpin di Medinah dari kabilah Khazraj, anak dari seorang yang pernah menjadi pemimpin suku Aus dan Khazraj, oleh pengikut-pengikutnya dijadikan calon raja di Medinah. Dia berkata kepada pengikut-pengikutnya, “Situasi sekarang jelas menunjukkan kemenangan bagi Muhammad”. Kemudian Abdullah bin Ubay dan pengikut-pengikutnya menyatakan masuk Islam tetapi hati mereka tetap membenci. Tujuan mereka hendak menghancurkan kaum Muslimin dari dalam, dengan berbagai macam usaha dan tipu daya. Di antara mereka banyak pula orang Yahudi.
Sabda Nabi saw:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيْرُ اِلٰى هٰذَا مَرَّةً وَاِلٰى هٰذَا مَرَّةً (رواه مسلم عن ابن عمر)
Perumpamaan orang munafik seperti seekor anak kambing (yang bingung dan ragu) di antara dua kambing, bolak-balik, kadang-kadang mengikuti yang satu ini, kadang-kadang mengikuti yang lainnya. (Riwayat Muslim dari Ibnu Umar)
Mereka bukan termasuk orang-orang yang beriman yang benar dan yang merasakan keagungan Allah swt, mereka tidak pula menyadari bahwa Allah sebenarnya mengetahui perbuatan mereka lahir dan batin. Sekiranya mereka beriman dengan iman yang benar, tentulah mereka tidak melakukan perbuatan yang menyakitkan hati Nabi saw dan kaum Muslimin. Mereka melakukan ibadah salat dan puasa, hanya untuk mengelabui mata umum, sedang hati dan jiwa mereka sesungguhnya tidak menghayati ibadah-ibadah tersebut. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
16 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 9 | 3 | 1 | 1 | 1 | يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ | Yukhādi‘ūnallāha wal-lażīna āmanū wa mā yakhda‘ūna illā anfusahum wa mā yasy‘urūn(a). | Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. | null | null | Mereka menduga, dengan mengatakan seperti itu, telah berhasil menipu Allah dengan menganggap Allah tidak mengetahui rahasia yang mereka sembunyikan, padahal Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak; dan mereka juga merasa telah berhasil menipu orang-orang yang beriman, dengan berpura-pura beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Sebab akibat buruk perbuatan mereka itu, cepat atau lambat, akan kembali kepada mereka sendiri. | Orang munafik itu menipu Allah, dengan cara menipu Rasul-Nya yaitu Muhammad saw. Menipu Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin ialah dengan memperlihatkan iman, kasih sayang dan menyembunyikan permusuhan dalam batin. Mereka bergaul dengan kaum Muslimin, untuk memata-matai mereka dan kemudian menyampaikannya kepada musuh-musuh Islam. Mereka menyebarkan permusuhan dan fitnah, untuk melemahkan barisan kaum Muslimin. Usaha kaum munafik itu gagal dan sia-sia. Hati mereka bertambah susah, sedih dan dengki, sehingga pertimbangan-pertimbangan yang benar dan jujur untuk menilai kebenaran semakin lenyap dari mereka. Mereka sejatinya bukanlah menipu Allah, Rasul-Nya dan para mukminin, tetapi mereka menipu diri mereka sendiri. Akibatnya, perbuatan mereka itu akan menimpa diri mereka sendiri, hanya saja mereka tidak menyadarinya. Kesadaran merupakan daya jiwa untuk menanggapi sesuatu yang tersembunyi, yang tersirat dari yang nyata atau yang tidak nyata. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
17 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 10 | 3 | 1 | 1 | 1 | فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ | Fī qulūbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā(n), wa lahum ‘ażābun alīmum bimā kānū yakżibūn(a). | Dalam hati mereka ada penyakit,6) lalu Allah menambah penyakitnya dan mereka mendapat azab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta. | 6 | 6) Penyakit hati yang dimaksud adalah keraguan tentang kebenaran agama Islam, kemunafikan, atau kebencian terhadap kenabian Rasulullah saw. | Hal itu karena dalam hati mereka ada penyakit, seperti penyakit iri dan dengki kepada orang-orang yang beriman, keraguan terhadap ajaran Islam, keyakinan yang keliru, dan lainnya, lalu Allah menambah parah penyakitnya itu dengan kemenangan yang besar bagi orang-orang yang beriman. Kemenangan itu sangat menyakitkan mereka karena rasa iri, dengki, dan sombong yang ada dalam diri mereka. Keraguan mereka pun semakin menjadi. Dan, sebagai akibatnya, selain menderita di dunia, mereka akan mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta dengan memperlihatkan keimanan padahal hati mereka ingkar. | Pada ayat ini diterangkan keburukan dusta atau sikap berpura-pura dan akibat-akibatnya. Dendam, iri hati dan ragu-ragu termasuk penyakit jiwa. Penyakit ini akan bertambah parah, bilamana disertai dengan perbuatan nyata. Misalnya rasa sedih pada seseorang akan bertambah dalam, apabila disertainya dengan perbuatan nyata, seperti menangis, meronta-ronta dan sebagainya. Penyakit-penyakit dengki demikian itu terdapat dalam jiwa orang-orang munafik. Oleh karena itu mereka memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menipu dengan sikap pura-pura dan berusaha mencelakakan Rasul dan umatnya. Kemudian penyakit itu bertambah-tambah setelah melihat kemenangan-kemenangan Rasul. Setiap kali Rasul memperoleh kemenangan, bertambah pulalah penyakit mereka. Terutama sekali penyakit bimbang dan ragu-ragu, menimbulkan ketegangan jiwa yang sangat pada orang-orang munafik. Akal pikiran mereka bertambah lemah untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya, bahkan pancaindra mereka tidak mampu menangkap obyek dengan benar, seperti yang diungkapkan Allah dengan firman-Nya:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ ١٧٩ (الاعراف)
“Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah” (al-A‘rāf/7: 179)
Bukti-bukti telah nyata, cahaya kebenaran yang terang benderang juga jelas bagi mereka, namun mereka enggan menerimanya, bahkan mereka tambah erat berpegang kepada pendiriannya yang lama. Cahaya terang menjadi gelap di mata mereka dan menjadi penyakit di hati mereka. Hati mereka bertambah susah disebabkan lenyapnya kepemimpinan mereka. Iri dan dengki tambah mendalam karena menyaksikan kukuhnya Islam dari hari ke hari. Akibat pendustaan mereka, yaitu mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir dan tipu daya mereka terhadap Allah, mereka akan menderita azab yang pedih.
Dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya, Allah menerangkan sebagian dari sifat-sifat orang munafik yang melakukan tindakan-tindakan yang merusak, antara lain membantu orang-orang kafir (musuh-musuh Islam) dengan membukakan rahasia kaum Muslimin, mendorong orang-orang kafir segera menghancurkan kaum Muslimin, mengadakan perjanjian kerja sama dengan lawan-lawan Islam, menimbulkan pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, menghasut orang-orang Islam agar meninggalkan Nabi saw dan lain sebagainya. Firman Allah:
وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ ٢٠٥ (البقرة)
Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan. (al-Baqarah/2: 205). | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
18 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 11 | 3 | 1 | 1 | 1 | وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ | Wa iżā qīla lahum lā tufsidū fil-arḍ(i), qālū innamā naḥnu muṣliḥūn(a). | Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,”7) mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” | 7 | 7) Di antara bentuk kerusakan di atas bumi adalah kekufuran, kemaksiatan, menyebarkan rahasia orang mukmin, dan memberikan loyalitas kepada orang kafir. Melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama akan mengakibatkan alam ini rusak, bahkan hancur. | Dan apabila dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,” dengan melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama, menghalangi orang dari jalan Allah, menyebar fitnah, dan memicu konflik, mereka justru mengklaim bahwa diri mereka bersih dari perusakan dan tidak bermaksud melakukan kerusakan. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” Itu semua akibat rasa bangga diri mereka yang berlebihan. Begitulah perilaku setiap perusak yang tertipu oleh dirinya: selalu merasa kerusakan yang dilakukannya sebagai kebaikan. . | Bila mereka dinasihati agar meninggalkan perbuatan yang menimbulkan kerusakan di bumi, mereka selalu membuat dalih dan alasan dengan mengatakan bahwa mereka sebenarnya berusaha mengadakan perbaikan. Mereka bahkan menganggap apa yang mereka kerjakan sebagai usaha untuk kebaikan orang-orang Islam dan untuk menciptakan perdamaian antara kaum Muslimin dengan golongan lainnya. Mereka mengatakan bahwa tindakan-tindakan mereka yang merusak itu sebagai suatu usaha perbaikan untuk menipu kaum Muslimin. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
19 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 12 | 3 | 1 | 1 | 1 | اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ | Alā innahum humul-mufsidūna wa lākil lā yasy‘urūn(a). | Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. | null | null | Karena kelakuan mereka yang selalu menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran serta menganggap kerusakan mereka sebagai kebaikan, Allah mengingatkan orang-orang mukmin agar tidak tertipu dengan itu semua. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan. Diri mereka telah rusak karena keyakinan yang batil dan perbuatan yang jahat. Mereka pun telah merusak orang lain dengan menyebar fitnah dan memicu konflik di tengah masyarakat. Tetapi, karena hati yang telah tertutup dan rasa bangga diri yang berlebihan, mereka tidak menyadari kerusakan tersebut dan akibat buruk yang akan menimpa mereka oleh sebab kemunafikan. | Pada ayat ini Allah membantah pernyataan orang munafik bahwa mereka mengadakan perbaikan, tetapi mereka betul-betul membuat kerusakan di bumi. Sebenarnya mereka adalah kaum perusak, tetapi mereka tidak menyadari kerusakan yang telah mereka lakukan karena setan membuat mereka memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
20 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 13 | 3 | 1 | 1 | 1 | وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا كَمَآ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ كَمَآ اٰمَنَ السُّفَهَاۤءُ ۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاۤءُ وَلٰكِنْ لَّا يَعْلَمُوْنَ | Wa iżā qīla lahum āminū kamā āmanan nāsu qālū anu'minu kamā āmanas-sufahā'(u), alā innahum humus-sufahā'u wa lākil lā ya‘lamūn(a). | Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman,” mereka menjawab, “Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang picik akalnya itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang picik akalnya, tetapi mereka tidak tahu. | null | null | Dan apabila dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka, “Berimanlah kamu dengan tulus ikhlas sebagaimana orang lain yang menyambut suara dan seruan akal sehat telah beriman, seperti yang dilakukan para sahabat pengikut Nabi Muhammad, mereka menjawab dengan penuh kesombongan dan nada menghina, "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman? Tidak pantas bagi kami untuk mengikuti orang-orang bodoh itu, sebab dengan begitu berarti kami sama bodohnya dengan mereka". Allah membantah kecongkakan mereka dengan mengingatkan orang-orang mukmin, "Ingatlah, sesungguhnya hanya mereka itulah orang-orang yang kurang akal dan bodoh, tetapi mereka tidak tahu dan tidak sadar bahwa kebodohan dan sifat kurang akal itu ada dalam diri mereka, dan mereka juga tidak menyadari kesesatan mereka itu. | Ayat ini melanjutkan keterangan sifat dan sikap orang munafik pada ayat yang dahulu. Kaum munafik itu bila diajak beriman, melaksanakan amar makruf, dan nahi mungkar, mereka menolak dengan alasan bahwa orang-orang yang beriman itu orang-orang yang lemah akalnya, padahal kenyataannya tidak demikian.
Orang-orang munafik memandang orang-orang yang beriman itu bodoh dan lemah akal, seperti terhadap orang Muhajirin yang meninggalkan keluarga dan kampung halaman, bahkan mereka bermusuhan terhadap keluarga-keluarga mereka sendiri dan hamba sahaya seperti Suhaib, Bilal, dan Khabbab. Orang-orang Ansar dipandang mereka juga bodoh karena mereka membagikan harta dan kekayaan mereka kepada orang muhajirin.
Allah menandaskan bahwa merekalah sebenarnya orang-orang yang lemah akalnya, karena mereka tidak menggunakan akal untuk menanggapi kebenaran dan mereka terpengaruh oleh kedudukan mereka dalam kaumnya. Mereka tidak mengetahui iman dan hakikatnya, karenanya mereka tidak mengetahui pula apakah orang-orang mukmin itu bodoh-bodoh atau pintar-pintar. Iman itu tidak akan sempurna diperoleh kecuali dengan ilmu yang yakin. Demikian pula kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai tujuan dari iman itu tidaklah dapat dimengerti kecuali oleh orang yang mengetahui hakikat iman. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
21 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 14 | 3 | 1 | 1 | 1 | وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ | Wa iżā laqul-lażīna āmanū qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma‘akum, innamā naḥnu mustahzi'ūn(a). | Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.” | null | null | Dan apabila mereka, orang-orang munafik, berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman seperti yang kalian yakini tentang kebenaran Rasul dan dakwahnya.” Mereka menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih keuntungan material. Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata, “Sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan beriman di hadapan orang-orang mukmin.” | Di antara sifat-sifat orang-orang munafik ialah bermuka dua. Jika mereka bertemu dengan orang-orang Islam mereka menyatakan keislamannya, dengan demikian mereka memperoleh segala apa yang diperoleh kaum Muslimin pada umumnya. Tapi bila berada di tengah teman-teman (setan-setan) mereka, mereka pun menjelaskan apa yang telah mereka lakukan itu sebenarnya hanyalah untuk memperdaya dan memperolok-olokkan kaum Muslimin. Itikad mereka tidak berubah, mereka tetap dalam agama mereka.
Kata “setan” berasal dari kata syaṭana artinya “jauh”, setan berarti “yang amat jauh”. Orang-orang munafik itu dikatakan setan karena mereka amat jauh dari petunjuk Allah, jauh dari kebajikan dan kebaikan. Setan itu mungkin berupa manusia atau jin, seperti tersebut dalam firman Allah swt:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ ١١٢ (الانعام)
Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. (al-An‘ām/6: 112) | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
22 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 15 | 3 | 1 | 1 | 1 | اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ | Allāhu yastahzi'u bihim wa yamudduhum fī ṭugyānihim ya‘mahūn(a). | Allah akan memperolok-olokkan dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. | null | null | Sebagai balasan atas perbuatan mereka itu, Allah akan memperlakukan mereka seperti orang yang memperolok-olokkan dan merendahkan mereka, dan membiarkan mereka dengan menangguhkan siksa-Nya beberapa saat sehingga mereka semakin jauh terombang-ambing dalam kesesatan dan semakin buta dari kebenaran, sampai akhirnya datang saat yang tepat untuk menyiksa mereka, seperti yang akan dijelaskan pada Surah ali Imran/3: 87. | Ayat ini menegaskan hukuman bagi orang munafik sebagai akibat perbuatan mereka yang tersebut pada ayat di atas. Allah membalas olok-olokan mereka dengan menimpakan kehinaan atas mereka dan Allah membiarkan mereka bergelimang terus dalam kesesatan, dan mereka kelak akan diazab pada hari Kiamat.
Pada ayat lain Allah berfirman:
وَنُقَلِّبُ اَفْـِٕدَتَهُمْ وَاَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوْا بِهٖٓ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّنَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ࣖ ۔ ١١٠ (الانعام)
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan. (al-An‘ām/6: 110)
Orang-orang munafik itu tidak dapat keluar dari lingkaran kesesatan yang mengurung mereka. Rasa sombong, sifat mementingkan diri sendiri dan penyakit lainnya yang bersarang di hati mereka, menyebabkan mereka tidak dapat melihat kenyataan yang ada di hadapan mereka, yakni bahwa Islam dan umatnya semakin kuat di kota Medinah.
Kegagalan mereka dalam menghambat kemajuan Islam menambah parah penyakit dalam hati mereka sehingga mereka tidak mampu lagi menemukan dan menerima kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu mereka terus menerus dalam kebingungan, keragu-raguan serta keras kepala dan tidak menemukan jalan keluar dari lingkaran kesesatan itu. Firman Allah swt:
اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآ اَوْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۚ فَاِنَّهَا لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ ٤٦ (الحج)
“..... Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.“ (al-Ḥajj/22: 46) | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
23 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 16 | 3 | 1 | 1 | 1 | اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ | Ulā'ikal-lażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā, famā rabiḥat tijāratuhum wa mā kānū muhtadīn(a). | Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka, tidaklah beruntung perniagaannya dan mereka bukanlah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. | null | null | Mereka itulah orang-orang yang jauh dari kebenaran yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Sikap mereka yang memilih kesesatan dan mengabaikan kebenaran diumpamakan seperti pedagang yang memilih barang-barang rusak untuk dijual dalam perdagangannya. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung. Jangankan untung yang didapat, modal pun hilang. Dan mereka tidak mendapat petunjuk yang dapat mengantarkan kepada kebenaran, sebab yang ada pada mereka hanyalah kesesatan. | Ayat ini menegaskan ayat-ayat sebelumnya tentang orang munafik dan menerangkan kebodohan mereka dengan mengemukakan keburukan tingkah laku dan perkataan mereka.
Orang-orang munafik dengan sifat-sifat yang buruk seperti tersebut pada ayat-ayat di atas merupakan orang-orang yang salah pilih. Mereka menolak petunjuk jalan yang lurus, dan memilih jalan kesesatan dan hawa nafsu. Akhirnya pilihan itu merugikan mereka sendiri, karena mereka tidak mau menerima kebenaran.
Dalam ayat ini Allah mempergunakan kata “membeli” untuk ganti kata “menukar”. Jadi orang munafik itu menukarkan hidayah (petunjuk) dengan ḍalālah (kesesatan), hasilnya mereka kehilangan petunjuk dan memperoleh kesesatan. Petunjuk yang semula mereka miliki itu berupa kesediaan manusia untuk menanggapi kebenaran dan mencapai kesempurnaan. Kesediaan ini bagaikan modal pokok. Modal inilah yang lenyap dari tangan mereka, oleh karena itu mereka tidak akan mendapat untung dan tidak dapat petunjuk lagi. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
24 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 17 | 4 | 1 | 1 | 1 | مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا ۚ فَلَمَّآ اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ لَّا يُبْصِرُوْنَ | Maṡaluhum kamaṡalil-lażistauqada nārā(n), falammā aḍā'at mā ḥaulahūū żahaballāhu binūrihim wa tarakahum fī ẓulumātil lā yubṣirūn(a). | Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. | null | null | Perumpamaan keadaan mereka orang-orang munafik yang sungguh mengherankan itu seperti keadaan yang aneh dari orang-orang yang menyalakan api. Setelah api itu menerangi apa-apa yang ada di sekelilingnya dan memberikan kehangatan, rasa nyaman, dan manfaat lainnya bagi mereka, tiba-tiba Allah melenyapkan cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan yang kelam, tidak dapat melihat suatu apa pun. Allah telah memberikan kepada mereka petunjuk kebenaran, tetapi mereka tidak berpegang teguh pada petunjuk tersebut, sehingga mata mereka menjadi tertutup, dan mereka pantas berada dalam kebimbangan dan kesesatan. | Ayat ini memberikan gambaran lain tentang orang-orang munafik seperti disebutkan pada ayat-ayat terdahulu dengan perumpamaan yang nyata. Orang-orang munafik yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang munafik dari ahli kitab (orang-orang Yahudi). Mereka itu telah beriman kepada kitab-kitab dan rasul-rasul yang telah lalu, maka seharusnya mereka beriman pula kepada Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw, karena kedatangan Nabi Muhammad itu telah disebutkan dalam kitab-kitab mereka. Akan tetapi disebabkan mereka dipengaruhi oleh kebesaran mereka di masa lampau, mereka tidak mau beriman. Tak ubahnya mereka itu seperti orang yang menyalakan api untuk menyinari tempat sekitarnya, tiba-tiba api itu padam, sehingga mereka berada dalam gelap gulita.
ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ ٣ (المنٰفقون)
Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti. (al-Munāfiqūn/63: 3) | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
25 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 18 | 4 | 1 | 1 | 1 | صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ | Ṣummum bukmun ‘umyun fahum lā yarji‘ūn(a). | (Mereka) tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali. | null | null | Mereka seperti orang tuli, sebab mereka telah kehilangan fungsi pendengaran dengan tidak mengikuti kebenaran yang didengar. Mereka juga seperti orang bisu karena tidak mengucapkan kebenaran oleh sebab hati mereka tertutup, sehingga tidak tergerak melakukan itu. Dan mereka juga seperti orang buta, karena kehilangan fungsi penglihatan, baik melalui mata kepala (basar) ataupun mata hati (basirah), dengan tidak mengambil pelajaran dari hal-hal yang mereka lihat, sehingga pada akhirnya mereka tidak dapat kembali dari kesesatan itu kepada kebenaran yang telah mereka jual dan tinggalkan. | Ayat ini menerangkan orang-orang munafik itu tidak hanya seperti orang yang kehilangan cahaya terang, tetapi juga seperti orang yang kehilangan beberapa indra yang pokok. Tidak dapat mendengar, bicara dan melihat. Orang yang seperti ini tentu akhirnya mengalami kebinasaan.
Mereka dikatakan tuli karena tidak mendengarkan nasihat dan petunjuk bahkan mereka tidak paham, meskipun mendengar. Dikatakan bisu, karena mereka tidak mau menanyakan hal-hal yang kabur bagi mereka, tidak meminta penjelasan dan petunjuk sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mengambil manfaat dari segala pelajaran dan ilmu pengetahuan yang dikemukakan rasul. Dikatakan buta, karena mereka kehilangan manfaat pengamatan dan manfaat pelajaran. Mereka tidak dapat mengambil pelajaran dari segala kejadian yang mereka alami, dan pengalaman bangsa-bangsa lain.
Mereka tidak dapat kembali ke jalan yang benar, karena sifat-sifat tersebut di atas dan mereka tetap membeku di tempatnya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
26 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 19 | 4 | 1 | 1 | 1 | اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ | Au kaṣayyibim minas-samā'i fīhi ẓulumātuw wa ra‘duw wa barq(un), yaj‘alūna aṣābi‘ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā‘iqi ḥażaral-maut(i), wallāhu muḥīṭum bil- kāfirīn(a). | Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.8) | 8 | 8) Maksudnya adalah bahwa pengetahuan dan kekuasaan Allah Swt. meliputi orang-orang kafir. | Atau keadaan mereka yang penuh kebimbangan, kesulitan, dan ketidaktahuan akan manfaat dan bahaya seperti keadaan orang yang ditimpa hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan karena tebal dan pekatnya awan, petir yang menggelegar dan kilat yang menyambar cepat. Mereka menyumbat telinga dengan ujung jari-jarinya, untuk menghindari suara petir itu karena takut mati. Mereka mengira dengan berbuat demikian akan terhindar dari kematian. Mereka itu bila diturunkan Al-Qur'an yang berisi penjelasan tentang kegelapan akibat kekufuran dan siksa yang akan diterima, penjelasan tentang keimanan dan cahayanya yang kemilau, dan penjelasan tentang macam-macam siksaan yang menakutkan, mereka berpaling dan berusaha menghindar darinya dengan harapan terbebas dari siksa. Allah meliputi dan mengetahui orang-orang yang kafir dengan ilmu dan kekuasaan-Nya. | Ayat ini memberikan perumpamaan yang lain tetang hal ihwal orang-orang munafik itu. Mereka diumpamakan seperti keadaan orang yang ditimpa hujan lebat dalam gelap gulita, penuh dengan suara gemuruh yang menakutkan dan kadang-kadang cahaya kilat menyambar sehingga mereka menutup telinga karena takut binasa.
Demikian halnya orang-orang munafik selalu dalam keragu-raguan dan kecemasan dalam menghadapi cahaya Islam. Menurut anggapan mereka, Islam itu hanyalah membawa kemelaratan, kesengsaraan dan penderitaan. Kadangkala pikiran mereka menyebabkan mereka tidak dapat melihat apa yang ada di balik hujan lebat itu (Islam), yaitu unsur yang membawa kehidupan di atas bumi. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | null |
27 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 20 | 4 | 1 | 1 | 1 | يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ | Yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā'a lahum masyau fīh(i), wa iżā aẓlama ‘alaihim qāmū, wa lau syā'allāhu lażahaba bisam‘ihim wa abṣārihim, innallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un). | Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa mereka, mereka berdiri (tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. | null | null | Karena amat cepat dan terangnya, hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan beberapa langkah di bawah sinar itu, dan apabila kilat itu menghilang dan gelap kembali menerpa mereka, mereka berhenti di tempat dengan penuh kebimbangan. Orang-orang munafik itu ketika melihat bukti-bukti dan tanda-tanda kekuasaan Allah terkagum-kagum dengan itu semua sehingga mereka berkeinginan mengikuti kebenaran tersebut. Akan tetapi, tidak beberapa lama kemudian mereka kembali kepada kekufuran dan kemunafikan. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran mereka dengan suara halilintar yang memekakkan telinga, dan Dia hilangkan penglihatan mereka dengan sambaran kilat yang sangat cepat dan terang, tetapi Allah menangguhkan itu semua sampai tiba saatnya nanti. Sungguh, Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan Mahakuasa atas segala sesuatu, dengan atau tanpa sebab apa pun. | Ayat ini berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, seolah-olah ayat ini menyambung pertanyaan, “Bagaimanakah keadaan mereka dengan kilat itu?” Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Betapa besar kesulitan yang mereka hadapi. Mereka melangkah bilamana ada sinar kilat, dan berhenti bila cahaya itu hilang.
Demikianlah orang-orang munafik itu, mereka mendapatkan sinar iman karena kesaksian mereka pada kebenaran-kebenaran ayat Ilahi dan timbul keinginan untuk mengikuti dakwah Rasul. Tetapi karena kefanatikan yang kuat, kecemasan terhadap tantangan orang banyak, menghilangkan sinar iman itu, dan akhirnya tetap membeku kebingungan di tempatnya.
Allah berkuasa menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka sehingga mereka tidak dapat memahami suatu pelajaran dan tidak dapat memanfaatkan suatu petunjuk. Namun Allah tidak berbuat demikian, meskipun Dia Mahakuasa. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan golongan orang yang takwa dan golongan kafir, maka pada ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan golongan manusia yang ketiga dalam menghadapi Islam. Mereka ini pada lahirnya beriman sedang batinnya menolak. Golongan ini dinamakan golongan munafik (bermuka dua). | GOLONGAN MUNAFIK | Kosakata: Muhtadīn مُهْتَدِيْنَ (al-Baqarah/2: 16)
Kata muhtadīn berasal dari kata kerja ihtadā-yahtadī, dalam pengertian bahasa berarti mendapat petunjuk. Akar kata dari kalimat ini adalah Hadā-yahdī yang berarti memberi petunjuk atau petunjuk dan seterusnya. Di dalam Al-Qur’an, kata al-hudā dan kata lain yang seasal dengan itu disebut 306 kali. Kata ini muncul dalam berbagai bentuk dan dalam konteks yang bermacam-macam. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang yang mengganti hidayah Allah dengan kesesatan sebagai orang yang merugi bahkan sebagai orang yang tidak akan pernah mendapat hidayah. | null | 1. Golongan munafik ialah orang-orang yang pura-pura beriman padahal mereka sangat benci kepada Islam.
2. Orang munafik baik yang berasal dari Ahli Kitab maupun yang berasal dari musyrik Arab, selalu berusaha mengadakan tindakan-tindakan permusuhan dan tipu daya untuk menghambat kemajuan Islam, namun usaha mereka sia-sia.
3. Tindakan-tindakan mereka itu timbul dari penyakit yang ada di dalam jiwa mereka. Penyakit yang semakin lama makin parah itu mengakibatkan penderitaan dunia dan akhirat.
4. Orang-orang munafik mengaku berbuat baik padahal sebenarnya mereka membuat kerusakan di atas bumi.
5. Di antara ciri orang munafik ialah mereka berjuang hanya karena ingin memperoleh keuntungan materi.
6. Orang-orang munafik itu tidak memperoleh hidayah atau petunjuk dari Allah dan mereka senantiasa berada dalam kesesatan. |
28 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 21 | 4 | 1 | 1 | 1 | يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ | Yā ayyuhan-nāsu‘budū rabbakumul-lażī khalaqakum wal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a). | Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa. | null | null | Setelah menjelaskan tiga golongan manusia dalam menyikapi kebenaran Al-Qur'an, yaitu orang-orang bertakwa, kafir, dan munafik, selanjutnya Allah menyeru kepada manusia secara umum agar beragama secara benar melalui tiga hal: hanya beribadah kepada Allah (ayat 21-22), percaya kepada risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad, yakni Al-Qur'an, (ayat 23-24), dan beriman kepada hari kebangkitan (ayat 25). Wahai manusia! Sembahlah dan beribadahlah secara tulus kepada Tuhanmu sebab Dia yang telah menciptakan dan memelihara kamu dan orang-orang yang sebelum kamu dari yang sebelumnya tiada. Dia adalah satu-satunya Pencipta segala sesuatu. Perintah beribadah itu ditujukan agar kamu bertakwa dan dapat memelihara diri serta terhindar dari murka dan siksa Allah. Dengan beribadah, berarti kita telah mempersiapkan diri untuk mengagungkan Allah, sehingga jiwa menjadi suci dan tunduk kepada kebenaran. | Ayat-ayat ini memerintahkan beribadah dan menyembah kepada Allah. Perintah beribadah ini ditujukan oleh Allah kepada seluruh manusia sejak zaman dahulu dengan perantaraan rasul-rasul-Nya. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ ٣٦ (النحل)
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ”Sembahlah Allah, dan jauhilah Ṭāgūt.” (an-Naḥl/16: 36).
Tiap-tiap rasul memulai dakwahnya dengan seruan kepada kaumnya agar menyembah Allah saja. Misalnya, Allah swt berfirman:
فَقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ
“.... Lalu dia (Nuh) berkata, ”Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. …” (al-A‘rāf/7: 59)
Beribadah kepada Allah ialah menghambakan diri kepada-Nya, dengan penuh kekhusyukan, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, karena merasakan bahwa hanya Allah-lah yang menciptakan, menguasai, memelihara dan mendidik seluruh makhluk. Ibadah seorang hamba sebagaimana yang disebutkan itu akan dinilai Allah swt menurut niat hamba yang melakukannya.
Pada ayat ini Allah swt disebut dengan “rabb”, kemudian diiringi dengan perkataan “…yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu…” Hal ini memberi pengertian bahwa Allah menciptakan manusia, mengembangbiakkannya, memberi taufik, menjaga dan memelihara, dan memberi nikmat agar dengan nikmat itu manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Semua rahmat tersebut diberikan kepada manusia sejak permulaan adanya, sampai akhir kehidupannya di dunia ini. Barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah maka akan ditambahkan-Nya nikmat itu, sebaliknya barang siapa yang mengingkari nikmat Allah, maka ia akan menerima azab di dunia sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat yang terdahulu dan di akhirat nanti akan disediakan azab yang pedih.
Allah swt berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧ (ابرٰهيم)
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrāhīm/14: 7).
Dengan beribadah kepada Allah sebagaimana yang diperintahkan itu, manusia akan terhindar dari azab Allah dan ia akan mencapai derajat yang tinggi lagi sempurna. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang telah lalu diterangkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan bahwa ada orang yang beriman, ada orang yang kafir kepada Allah dan ada orang munafik, maka pada ayat ini Allah menyeru manusia seluruhnya agar menyembah kepada-Nya saja. | PERINTAH BERIBADAH
KEPADA ALLAH | Kosakata: U‘budū اُعْبُدُوْا (al-Baqarah/2: 21)
Ibadah berasal dari akar kata (Arab) ‘abada yang berarti merendahkan diri, taat, tunduk, patuh, dan mengikuti. Secara istilah, ibadah ialah suatu sebutan bagi semua ucapan, sikap, dan perbuatan yang dapat mendatangkan cinta dan keridaan Allah. Ibadah merupakan salah satu hak Allah. Tidak ada yang berhak menerima ibadah makhluk melainkan Zat Yang Mahaagung yaitu Allah swt. Oleh karena itu Allah menegaskan, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku,” (aż-Żāriyāt/51:56). Para ulama fikih mengartikan ibadah sebagai segala sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan keridaan Allah dan mengharapkan pahala di akhirat. Di dalam Al-Qur’an terdapat 274 kata yang diturunkan dari kata ‘abada. Di antaranya ada yang bermakna beribadah kepada selain Allah, antara lain kepada ṭāgūt (al-Mā’idah/5: 60), kepada setan (Maryam/19: 44). Kalimat-kalimat dalam bentuk perintah menunjukkan wajibnya beribadah hanya kepada Allah, dan agar jangan beribadah kepada selain Allah. Dalam ayat ini manusia diperintahkan untuk beribadah kepada Allah yang telah menciptakannya. | null | null |
29 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 22 | 4 | 1 | 1 | 1 | الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ | Allażī ja‘ala lakumul-arḍa firāsyaw was-samā'a binā'ā(n), wa anzala minas-samā'i mā'an fa akhraja bihī minaṡ-ṡamarāti rizqal lakum, falā taj‘alū lillāhi andādaw wa antum ta‘lamūn(a). | (Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. | null | null | Sesungguhnya Dialah yang dengan kekuasaan-Nya menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu sehingga layak dan nyaman untuk dihuni, dan menjadikan di atas kamu langit dan benda-benda yang ada padanya sebagai atap, atau sebagai bangunan yang cermat, indah, dan kukuh. Dan Dialah yang menurunkan sebagian dari air, yaitu air hujan, dari langit yang menjadi sumber kehidupan. Lalu Dia hasilkan dengan air itu sebagian dari buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah yang telah menciptakan sedemikian rupa dan telah memberimu rezeki, padahal kamu dengan fitrah kesucian yang ada dalam diri mengetahui bahwa Allah tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang memberi rezeki selain-Nya, maka janganlah kamu menyimpang dari fitrah itu. | Allah swt menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, menurunkan air hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-tumbuhan itu berbuah. Semuanya diciptakan Allah untuk manusia, agar manusia memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan, mempelajari dan mengolahnya sehingga bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan sesuai dengan yang telah diturunkan Allah. Dengan jelas Allah menerangkan dalam ayat ini terutama pada bagian yang mengungkapkan ’’Dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan.’’
Dengan terang Allah menyebutkan bumi, langit dan benda-benda langit, seperti matahari dan bintang-bintang adalah ciptaan Allah yang merupakan satu kesatuan dan semuanya diatur dengan satu kesatuan sitem yang dalam ilmu pengetahuan modern disebut ekosistem. Selama belum dirusak oleh tangan-tangan manusia yang memperturutkan hawa nafsunya, semua berjalan dengan tertib dan teratur.
Laut yang luas yang disinari panas matahari kemudian menyebabkan uap air yang banyak. Uap air ini naik ke atas menjadi awan dan mendung, kemudian disebarkan oleh angin ke seluruh permukaan bumi, sehingga uap air yang banyak sekali ini di atas gunung-gunung menjadi dingin dan kemudian menjadi titik-titik dan menjadi hujan dapat mengairi permukaan bumi yang luas, bukan hanya timbul hujan di atas laut, tetapi juga di darat, karena bantuan angin yang menyebarkannya.
Disebabkan hujan yang turun dari langit itu kemudian bumi menjadi subur, berbagai tanaman buah, sayur, biji-bijian serta ubi dan sebagainya tumbuh dan memberikan banyak manfaat bagi manusia dan semua makhluk di bumi. Di samping itu, turunnya hujan juga menimbulkan sungai, danau dan sumur terisi air serta memperluas kesuburan bumi. Hutan yang lebat juga membantu menyalurkan air dalam bumi, membantu menyalurkan udara segar, menyejukkan udara yang panas dan memelihara kesuburan bumi.
Manusia dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengetahui kapan banyak turun hujan dan kapan jarang hujan atau bahkan sama sekali tidak ada hujan, berdasarkan letak bintang di langit maupun peredaran angin. Juga dapat diketahui di mana berkumpulnya ikan-ikan di laut yang banyak sekali jenis dan ragamnya, bahkan ke mana burung-burung pergi pada musim-musim tertentu dapat diketahuinya.
Berikut penjelasan saintis/ilmuan tentang langit sebagai atap: Atap untuk sebuah bangunan terutama diperlukan agar penghuni yang tinggal di dalamnya terhindar dari hujan dan panas matahari. Dalam konteks ayat di atas langit sebagai atap adalah perumpamaan yang ditujukan untuk bumi tempat kita hidup.
Setiap saat, bumi dihujani benda angkasa yang antara lain adalah meteorit. Akan tetapi, sampai saat ini bumi tidak porak poranda. Hal ini disebabkan bumi diselimuti oleh gas atau udara yang bernama atmosfer. Sebelum sampai ke bumi, meteorid akan terpecah belah dan hancur saat memasuki atmosfer. Sebelum sampai ke atmosfer sinar yang dipancarkan matahari pun memecahkan meteorid yang ada. Radiasi sinar matahari inilah yang dapat meledakkan meteorid dalam perjalanannya ke bumi dan kemudian diserap oleh lapisan ozon. Dengan demikian atmosfer dan lapisan ozon merupakan selubung pengaman atau dengan kata lain boleh disebut sebagai atap bagi bumi. Bumi tidak mungkin dihuni oleh makhluk hidup tanpa adanya atap tersebut. Ayat lain yang menyatakan hal yang sama adalah al-Anbiyā’/21: 32 yang artinya:
Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan dan lain-lainnya). (al-Anbiyā’/21: 32).
Tebal atmosfer mencapai 560 kilometer, diukur dari permukaan bumi. Penelitian mengenai atmosfer dimulai dengan menggunakan fenomena alam yang dapat dilihat dari bumi, seperti warna-warna indah saat matahari terbit dan terbenam, dan kilapan cahaya bintang. Dalam tahun-tahun belakangan ini, dengan menggunakan peralatan canggih yang ditaruh dalam satelit di luar angkasa, kita dapat mengerti lebih baik mengenai atmosfer dan fungsinya untuk bumi.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kehidupan di bumi didukung oleh tiga hal, yaitu adanya atmosfer, adanya energi yang datang dari sinar matahari, dan hadirnya medan magnet bumi.
Atmosfer diketahui menyerap sebagian besar energi sinar matahari, mendaur ulang air dan beberapa komponen kimia lainnya, dan bekerjasama dengan muatan listrik dan magnet yang ada untuk menghasilkan cuaca yang nyaman. Atmosfer juga melindungi kehidupan bumi dari ruang angkasa yang hampa udara dan bersuhu rendah.
Atmosfer terdiri atas lapisan-lapisan gas yang berbeda-beda. Empat lapisan dapat dibedakan berdasarkan perbedaan suhu, perbedaan komposisi bahan kimia, pergerakan-pergerakan bahan kimia di dalamnya, dan perbedaan kepadatan udara. Keempat lapisan tersebut adalah Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, dan Thermosfer, atau dapat pula dibagi menjadi tujuh seperti yang dijelaskan pada al-Baqarah/2: 29.
Komposisi gas di atmosfer terutama terdiri atas nitrogen (78%), oksigen (21%) dan argon (1%). Beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada iklim dan cuaca juga hadir, meski dalam jumlah yang sangat kecil seperti uap air (0,25%), karbondioksida (0,036%) dan ozone (0,015%)
Perihal angin, awan dan air hujan
Hubungan angin dan awan yang kemudian menghasilkan hujan dapat dijelaskan dengan melihat pada siklus air. Siklus air berlangsung mulai penguapan air laut yang membubung ke atas menjadi awan lalu turun ke bumi dalam bentuk tetes air hujan, kemudian air yang turun dalam bentuk hujan itu kembali lagi ke laut melalui sungai dan air bawah tanah. Al-Qur’an tidak menyebut secara rinci siklus air seperti itu, akan tetapi, banyak ayat yang menjelaskan beberapa bagian dari proses keseluruhannya secara sangat akurat. Antara lain dua ayat di bawah ini.
Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka gembira. (ar-Rūm/30: 48).
Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (an-Nūr/24: 43).
Kedua ayat di atas menggambarkan tahapan-tahapan pembentukan awan yang menghasilkan hujan, yang dalam gilirannya, merupakan salah satu tahap dalam siklus air. Dengan melihat lebih cermat kedua ayat di atas maka tampak nyata adanya dua fenomena. Pertama adalah penyebaran awan dan lainnya adalah penyatuan awan. Dua proses yang berlawanan terjadi sehingga awan hujan dapat dibentuk. Dua proses yang disebutkan dalam Al-Qur’an ini baru ditemukan oleh ilmu meteorologi modern sekitar 200 tahun yang lalu.
Ada dua tipe awan yang dapat menghasilkan hujan. Keduanya dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu stratus (tipe berlapis) dan cumulus (tipe menumpuk).
Pada tipe awan yang berlapis, dua tahapan penting yang terjadi adalah tahap awan tipe stratus dan nimbostratus (nimbo artinya hujan). Ayat pertama di atas (ar-Rūm/30: 48), secara sangat jelas memberikan informasi mengenai formasi awan yang berlapis. Tipe awan semacam itu hanya akan terbentuk dalam kondisi angin yang bertiup secara bertahap dan secara perlahan menaikan awan ke atas. Selanjutnya, awan tersebut akan berbentuk seperti lapisan-lapisan yang melebar (“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit.....”).
Apabila kondisinya cocok, (antara lain jika suhu cukup rendah dan kadar air cukup tinggi) maka butir-butir air akan menyatu dan menjadi butiran-butiran air yang lebih besar. Kita dapat melihat proses tersebut sebagai menghitamnya awan. Dalam terjemahan Quraish Shihab, bagian ini disebutkan sebagai: “......dan menjadikannya bergumpal-gumpal....”. Namun dalam terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Inggris, bagian ini diterjemahkan sebagai: “.... and makes them dark...". Akhirnya, butiran air hujan akan jatuh dari awan: “.....lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya....”.
Tipe awan yang kedua yang dapat menghasilkan hujan adalah tipe awan yang bertumpuk-tumpuk. Awan ini terbagi berdasarkan bentuknya dalam beberapa nama, yaitu cumulus, cumulonimbus dan stratocumulus. Awan ini ditandai oleh bentuknya yang bergumpal-gumpal dan saling bertumpuk. Cumulus dan cumulonimbus adalah tipe awan yang bergumpal-gumpal, sedangkan stratocumulus tidak bergumpal, sedikit menipis dan melebar. Ayat kedua (an-Nūr/24: 43) menjelaskan pembentukan tipe awan ini.
Awan tipe ini dibentuk oleh angin keras yang mengarah ke atas dan ke bawah (“....bahwa Allah menggerakkan awan...”). Dalam terjemahan Al-Qur’an bahasa Inggris, bagian ayat ini diterjemahkan sebagai: "...drives clouds with force...". Mendorong awan dengan kuat. Ketika gumpalan awan terjadi, mereka menyatu menjadi gumpalan awan raksasa, bertumpuk-tumpuk satu sama lain. Pada titik ini, awan cumulus atau cumulonimbus sudah dapat menghasilkan air hujan.
Kalimat selanjutnya dari ayat ini, nampaknya menggambarkan secara khusus terjadinya cumulonimbus, suatu keadaan awan yang dikenal dengan nama awan badai. Tumpukan gumpalan awan yang menjulang ke atas ini apabila di lihat dari bawah mirip dengan bentuk gunung. Dengan menjulang tinggi ke angkasa maka butir air yang sudah terbentuk akan membeku menjadi butiran es (“..... .lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung....”), Awan cumulonimbus juga menghasilkan ciptaan Tuhan yang sangat berharga, yaitu halilintar (“...kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”)
Ayat lain yang terkait dengan siklus air yang bertalian dengan tahap lain di luar hujan adalah Surah Gāfir/23: 18 yang artinya sebagai berikut:
Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya. (Gāfir/23: 18).
Ayat ini menyatakan dengan jelas bahwa air hujan diserap oleh tanah tapi tidak hilang. Artinya air tanah masih dapat dialirkan. Dua ayat di bawah ini juga menggambarkan cara aliran air, yaitu aliran permukaan (ar-Ra‘d/13: 17) dan aliran air tanah (az-Zumar/39: 21) yang artinya demikian:
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan. (ar-Ra‘d/13 : 17).
Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkannya –tanaman tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian dijadikan-Nya hancur, berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi yang mempunyai akal sehat. (az-Zumar/39: 21).
Banyak ayat lainnya dalam Al-Qur’an yang membicarakan mengenai siklus air, seperti Gāfir /40:13; al-Mu’minūn /23: 18; al-Furqān/25: 48; al-‘Ankabūt/29: 63, dan lainnya. Semua ayat-ayat tersebut menyatakan hal yang bersinggungan dengan berbagai ayat yang diacu di muka. Beberapa ayat lainnya juga berbicara mengenai air, namun dengan konteks yang berbeda, seperti yang dapat dilihat dalam surah al-Wāqi‘ah/56: 68-70 yang artinya:
Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin. Mengapa kamu tidak bersyukur? (al-Wāqi‘ah/56: 68-70).
Ayat yang berupa kalimat pertanyaan ini menekankan akan ketidak berdayaan manusia dalam mimpi yang paling tua yaitu mengontrol hujan. Fakta memperlihatkan bahwa hujan buatan tidak akan dapat diadakan apabila awan dengan kondisi tertentu tidak tersedia. Awan tersebut harus memiliki berbagai partikel dalam kadar tertentu, kadar air yang tinggi yang dibawa angin yang naik ke atas, dan terdapat perkembangan tumpukan awan yang mengarah ke atas. Apabila semua karakter ini terdapat pada awan tersebut, barulah hujan buatan dapat dilaksanakan. Akan tetapi, para ahli meteorologi masih mempertanyakan efektivitas cara ini.
Ayat yang berkenaan dengan siklus air selanjutnya adalah ayat yang menjelaskan mengenai sungai-sungai besar dan lautan.
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tertembus. (al-Furqān/25: 53).
Deskripsi sungai besar, muara sungai besar dan laut diwartakan dalam bentuk rasa airnya oleh ayat di atas. Di muara sungai atau estuari, terjadi penggabungan air tawar dan air asin. Namun cara bercampurnya sangat unik. Air tawar yang ditumpahkan ke laut akan tetap tawar sampai jauh ke tengah laut, sebelum benar-benar bercampur dengan air asin. Percampuran terjadi jauh dari mulut sungai di tengah laut.
Satu ayat lagi terkait (tidak langsung) dengan turunnya hujan adalah aṭ-Ṭūr/52: 44 yang artinya:
Dan jika mereka melihat gumpalan-gumpalan awan berjatuhan dari langit, mereka berkata: Itu adalah awan yang bergumpal-gumpal. (aṭ-Ṭūr /52: 44)
Ayat ini turun untuk menjawab tantangan dari beberapa orang kafir agar Nabi Muhammad menjatuhkan langit di kepala mereka. Mereka menduga bahwa langit adalah lempengan atau kepingan yang menjadi atap dunia. Allah tidak menjawab tantangan mereka di sini dan menjelaskan bahwa mereka hanya akan menemukan awan. Sesuatu yang tidak akan dapat dimengerti oleh mereka pada saat itu.
Orang-orang beriman hanya diperintahkan Allah untuk menjaga konservasi alam ini, karena banyak orang-orang kafir dan durhaka yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan untuk merusak alam. Orang beriman sebagai khalīfatullāh fil arḍ bertugas memelihara lingkungan hidup dan memanfaatkannya untuk mencapai kemanfaatan hidup sehingga kesejahteraan dan kebahagiaan dapat dinikmati dan disyukuri oleh setiap manusia. Karena Allah yang memberikan nikmat-nikmat itu, maka manusia wajib menyembah Allah saja.
Allah memberikan semua nikmat itu agar manusia bertakwa dan melaksana¬kan tugas-tugasnya sebagai seorang hamba Allah.
Tugas-tugas itu dapat dipahami dari firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦ (الذّٰريٰت)
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (aż-Żāriyāt/51: 56)
Allah swt menguji manusia dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, dengan firman-Nya:
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.…( al-Mulk/67: 2).
Karena manusia telah mengetahui perintah-perintah itu dan mengetahui tentang keesaan dan kekuasaan Allah, maka Allah memberi peringatan, “Janganlah manusia menjadikan tuhan-tuhan yang lain di samping Allah dan jangan mengatakan bahwa Allah berbilang.” | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang telah lalu diterangkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan bahwa ada orang yang beriman, ada orang yang kafir kepada Allah dan ada orang munafik, maka pada ayat ini Allah menyeru manusia seluruhnya agar menyembah kepada-Nya saja. | PERINTAH BERIBADAH
KEPADA ALLAH | Kosakata: U‘budū اُعْبُدُوْا (al-Baqarah/2: 21)
Ibadah berasal dari akar kata (Arab) ‘abada yang berarti merendahkan diri, taat, tunduk, patuh, dan mengikuti. Secara istilah, ibadah ialah suatu sebutan bagi semua ucapan, sikap, dan perbuatan yang dapat mendatangkan cinta dan keridaan Allah. Ibadah merupakan salah satu hak Allah. Tidak ada yang berhak menerima ibadah makhluk melainkan Zat Yang Mahaagung yaitu Allah swt. Oleh karena itu Allah menegaskan, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku,” (aż-Żāriyāt/51:56). Para ulama fikih mengartikan ibadah sebagai segala sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan keridaan Allah dan mengharapkan pahala di akhirat. Di dalam Al-Qur’an terdapat 274 kata yang diturunkan dari kata ‘abada. Di antaranya ada yang bermakna beribadah kepada selain Allah, antara lain kepada ṭāgūt (al-Mā’idah/5: 60), kepada setan (Maryam/19: 44). Kalimat-kalimat dalam bentuk perintah menunjukkan wajibnya beribadah hanya kepada Allah, dan agar jangan beribadah kepada selain Allah. Dalam ayat ini manusia diperintahkan untuk beribadah kepada Allah yang telah menciptakannya. | null | 1. Allah ini memerintahkan agar manusia beribadah kepada-Nya, memurni-kan ketaatan hanya kepada-Nya saja, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain.
2. Bila manusia menyadari bahwa alam ini diciptakan Allah untuknya, maka manusia wajib menyembah hanya kepada-Nya, melaksanakan perintah dan menghentikan larangan-Nya.
3. Orang-orang beriman wajib menjaga alam dan lingkungan hidup untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan serta dapat dinikmati dan disyukuri oleh semuanya.
4. Manusia hendaklah selalu mengingat dan memikirkan segala nikmat Allah itu dan hendaklah mereka mensyukuri nikmat itu. |
30 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 23 | 4 | 1 | 1 | 1 | وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ | Wa in kuntum fī raibim mimmā nazzalnā ‘alā ‘abdinā fa'tū bisūratim mim miṡlih(ī), wad‘ū syuhadā'akum min dūnillāhi in kuntum ṣādiqīn(a). | Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. | null | null | Dan jika kamu tetap meragukan kebenaran Al-Qur'an yang telah Kami nyatakan tidak ada keraguan di dalamnya, yang Kami turunkan secara berangsur-angsur kepada hamba Kami Nabi Muhammad, maka sebenarnya ada bukti nyata di antara kamu yang dapat menjelaskan kebenarannya, yaitu: buatlah satu surah yang semisal dengannya, baik dari segi sastra, kandungan hukum, nilai-nilai moral, maupun petunjuk lainnya yang ada dalam Al-Qur'an; dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah untuk membantumu dalam menyusun yang serupa, kamu tidak akan mampu melakukan itu. Ini semua hendak-nya kamu lakukan jika kamu menganggap dirimu sebagai orang-orang yang benar pernyataannya bahwa Al-Qur'an hanyalah karya buatan Nabi Muhammad. | Dalam ayat ini Allah swt menyatakan: Jika kamu sekalian masih ragu-ragu tentang kebenaran Al-Qur’an dan mendakwakan Al-Qur’an buatan Muhammad, cobalah buat satu surah saja semisal[2] ayat-ayat Al-Qur’an itu.[3] Kalau benar Muhammad yang membuatnya, niscaya kamu tentu sanggup pula membuatnya karena kamu pasti sanggup melakukan segala perbuatan yang sanggup dibuat oleh manusia. Ajak pulalah berhala-berhala yang kamu sembah dan pembesar-pembesarmu untuk bersama-sama dengan kamu membuatnya, karena kamu mengakui kekuasaan dan kebesaran mereka.
Kemudian Allah menegaskan, jika kamu benar dalam pengakuanmu itu, tentu kamu sanggup membuatnya, tetapi kamu adalah orang-orang pendusta. Al-Qur’an itu benar-benar diturunkan dari Allah, karena itu mustahil manusia dapat membuatnya. Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu adalah mukjizat yang paling besar bagi Muhammad saw. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia diturunkan Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir dan tidak ada keraguan sedikit pun padanya. Pada ayat ini Allah swt mengemukakan tantangan kepada orang-orang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an itu. | TANTANGAN BAGI YANG TIDAK PERCAYA
KEPADA AL-QUR’AN | Kosakata: Fa’tū bi Sūrah فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ (al-Baqarah/2: 23)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan atau menantang orang-orang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an untuk membuat satu surah (ityān as-sūrah). Tantangan (at-taḥaddi) untuk membuat satu surah yang dapat menyamai surah Al-Qur’an pastilah tidak dapat dipenuhi oleh siapa pun, mengingat Al-Qur’an diciptakan Allah di samping sebagai petunjuk bagi manusia juga sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. Menurut Al-Qur’an, tantangan Allah kepada manusia diberlakukan secara berjenjang. Pertama, jin dan manusia seandainya mereka bersatu-padu untuk membuat semisal Al-Qur’an pastilah mereka tidak mampu (al-Isrā’/17:88), (aṭ-Ṭūr/52:34). Kedua, tantangan lalu diturunkan, agar mereka membuat sepuluh surah yang menyamai Al-Qur’an (Hūd/11:13). Ketiga, tantangan diturunkan lagi menjadi hanya satu surah, seperti dalam ayat ini (al-Baqarah/2:23) dan juga seperti dalam surah Yūnus/10:38. Semua tantangan itu tidak ada yang dapat dipenuhi oleh mereka yang meragukan Al-Qur’an. | null | null |
31 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 24 | 4 | 1 | 1 | 1 | فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ | Fa'illam taf‘alū wa lan taf‘alū fattaqun-nāral-latī waqūduhan-nāsu wal-ḥijārah(tu), u‘iddat lil-kāfirīn(a). | Jika kamu tidak (mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(-nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir. | null | null | Jika kamu tidak mampu membuat surah yang serupa dengan-nya, dan kamu pasti tidak akan mampu melakukannya, sebab hal itu berada di luar kemampuanmu sebagai manusia, maka takutlah kamu akan api neraka dengan memelihara diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kamu ke dalamnya yang bahan bakarnya manusia yang ingkar/kufur dan batu yang berasal dari patung-patung sembahan dan lainnya, yang disediakan bagi orang-orang kafir dan setiap orang yang bersikap seperti mereka, yaitu menutupi kebenaran tanda kekuasaan Allah. | Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat pun dari ayat-ayat Al-Qur’an. Karena itu hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt:
قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا ٨٨ (الاسراۤء)
Katakanlah, ”Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” (al-Isrā’/17: 88) | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia diturunkan Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir dan tidak ada keraguan sedikit pun padanya. Pada ayat ini Allah swt mengemukakan tantangan kepada orang-orang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an itu. | TANTANGAN BAGI YANG TIDAK PERCAYA
KEPADA AL-QUR’AN | Kosakata: Fa’tū bi Sūrah فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ (al-Baqarah/2: 23)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan atau menantang orang-orang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an untuk membuat satu surah (ityān as-sūrah). Tantangan (at-taḥaddi) untuk membuat satu surah yang dapat menyamai surah Al-Qur’an pastilah tidak dapat dipenuhi oleh siapa pun, mengingat Al-Qur’an diciptakan Allah di samping sebagai petunjuk bagi manusia juga sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. Menurut Al-Qur’an, tantangan Allah kepada manusia diberlakukan secara berjenjang. Pertama, jin dan manusia seandainya mereka bersatu-padu untuk membuat semisal Al-Qur’an pastilah mereka tidak mampu (al-Isrā’/17:88), (aṭ-Ṭūr/52:34). Kedua, tantangan lalu diturunkan, agar mereka membuat sepuluh surah yang menyamai Al-Qur’an (Hūd/11:13). Ketiga, tantangan diturunkan lagi menjadi hanya satu surah, seperti dalam ayat ini (al-Baqarah/2:23) dan juga seperti dalam surah Yūnus/10:38. Semua tantangan itu tidak ada yang dapat dipenuhi oleh mereka yang meragukan Al-Qur’an. | null | 1. Al-Qur’an adalah Kitab Allah. Seandainya Al-Qur’an itu buatan manusia, tentu manusia yang lain dapat pula membuat yang serupa dengan Al-Qur’an.
2. Ayat-ayat ini merupakan tantangan bagi setiap manusia yang meragukan kebenaran Al-Qur’an pada setiap zaman.
3. Al-Qur’an adalah mukjizat yang paling besar bagi Nabi Muhammad saw. |
32 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 25 | 5 | 1 | 1 | 1 | وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗوَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ | Wa basysyiril-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti anna lahum jannātin tajrī min taḥtihal- anhār(u), kullamā ruziqū minhā min ṡamaratir rizqā(n), qālū hāżal-lażī ruziqnā min qablu wa utū bihī mutasyābihā(n), wa lahum fīhā azwājum muṭahharatuw wa hum fīhā khālidūn(a). | Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberi rezeki buah-buahan darinya, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami sebelumnya.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang disucikan. Mereka kekal di dalamnya. | null | null | Dan jika demikian balasan yang akan diterima oleh orang-orang kafir, maka tidak demikian halnya dengan orang-orang yang beriman. Surga yang nyaman dan indah adalah tempat bagi mereka. Sampaikanlah kabar gembira yang menenteramkan jiwa kepada orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasul, dan kitab-Nya tanpa keraguan sedikit pun, dan berbuat amal-amal kebajikan, bahwa untuk mereka Allah menyediakan di sisi-Nya surga-surga dengan kebun-kebun yang rindang dan berbuah, serta istana-istana yang menjulang tinggi, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki oleh Allah berupa buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang serupa dengan yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi buah-buahan yang serupa dari segi nama, bentuk, dan jenisnya, meski rasa dan kelezatannya jauh berbeda. Dan di sana mereka juga memperoleh pasangan-pasangan yang suci, tanpa cacat dan kekurangan sedikit pun. Mereka kekal hidup di dalamnya untuk selama-lamanya, tidak akan pernah mati, dan tidak akan pernah keluar darinya. | Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw agar menyampaikan “berita gembira” kepada orang-orang yang beriman. Sifat-sifat berita gembira itu ialah berita yang dapat menimbulkan kegembiraan dalam arti yang sebenarnya bagi orang-orang yang menerima atau mendengar berita itu. “Berita gembira” hanya ditujukan kepada mereka yang bekerja dan berusaha dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang digariskan oleh agama. Karena itulah Allah menyuruh Nabi Muhammad menyampaikan berita gembira itu kepada mereka yang beriman dan berbuat baik.
Iman yang dihargai Allah adalah iman yang hidup, yakni iman yang dibuktikan dengan amal kebajikan. Sebaliknya, Allah tidak menghargai amal apabila tidak berdasarkan iman yang benar.
“Amal” (perbuatan) ialah mewujudkan suatu perbuatan atau pekerjaan, baik berupa perkataan, perbuatan atau pun ikrar hati, tetapi yang biasa dipahami dari perkataan “amal” ialah perbuatan anggota badan. Amal baik mewujudkan perbuatan yang baik seperti yang telah ditentukan oleh agama.
Pada ayat di atas Allah swt menyebut perkataan “beriman” dan “berbuat baik”, karena “berbuat baik” itu adalah hasil daripada “iman”. Pada ayat di atas ini juga disebut balasan yang akan diterima oleh orang-orang yang beriman, yaitu surga dengan segala kenikmatan yang terdapat di dalamnya.
“Surga” menurut bahasa berarti “taman” yang indah dengan tanam-tanaman yang beraneka warna, menarik hati orang yang memandangnya. Yang dimaksud dengan “surga” di sini tempat yang disediakan bagi orang yang beriman di akhirat nanti.
Surga termasuk alam gaib, tidak diketahui hakikatnya oleh manusia, hanya Allah saja yang mengetahuinya. Yang perlu dipercaya adalah bahwa surga merupakan tempat yang penuh kenikmatan jasmani dan rohani yang disediakan bagi orang yang beriman. Bentuk kenikmatan itu tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan duniawi. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat yang lalu menerangkan ancaman Allah kepada orang-orang kafir, yang mengingkari kebenaran Al-Qur’an yaitu azab di dunia dan di akhirat. Maka pada ayat ini Allah menyebutkan janji-janji-Nya kepada orang-orang yang beriman dan berbuat baik. | BALASAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN | Kosakata: Jannah جَنَّةٌ (al-Baqarah/2: 25)
Kata jannah berakar dari janna, sinonim kata satara (menutupi), dan bentuk jamaknya adalah jinan. Kata jannah menurut bahasa berarti kebun yang terdapat pohon-pohon yang lebat di dalamnya, sehingga orang yang ada di dalamnya tidak bisa terlihat karena tertutup oleh pepohonan. Jin dinamakan demikian karena ia tertutup dari pandangan manusia. Mijann yang artinya tameng karena ia menutupi orang yang memakainya dari serangan musuh. Janan yang artinya hati, karena tertutup oleh rongga dada. Junun artinya gila karena akalnya tertutup. Di dalam Al-Qur’an terdapat kata jannah yang menunjukkan arti kebun. Di antaranya adalah surah al-Baqarah/2:265. Tetapi, mayoritas kata jannah menunjuk arti surga abadi yang menjadi balasan bagi orang-orang mukmin yang beramal saleh. Dalam ayat ini Allah memberi kabar gembira kepada orang yang beriman dan beramal saleh berupa surga, jannah yang dialiri sungai.
Ulama berbeda pendapat mengenai surga yang ditempati Nabi Adam. Pendapat pertama mengatakan bahwa surga yang ditempati Nabi Adam adalah surga abadi yang ada di langit. Pendapat kedua mengatakan bahwa surga dimaksud berada di bumi. Kata yang digunakan Allah saat mengeluarkan Adam dari surga adalah ihbiṭū yang berarti “turunlah”. Pendapat pertama berargumen bahwa perintah turun dimaksud adalah turun dari langit. Karenanya, surga yang ditempati Adam adalah surga abadi yang ada di langit. Sedangkan pendapat kedua berpegang pada surah al-Baqarah/2: 61 di mana kata ihbiṭū menunjukkan perintah turun dari taman yang indah ke suatu tempat lain di bumi. Dengan demikian, surga yang ditempati Adam menurut pendapat kedua berada di bumi pada dataran tinggi. Wallāhu a‘lam. | null | Ayat ini memberi kabar gembira kepada orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa bagi mereka di akhirat disediakan surga dengan segala kenikmatannya. |
33 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 26 | 5 | 1 | 1 | 1 | ۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ | Innallāha lā yastaḥyī ay yaḍriba maṡalam mā ba‘ūḍatan famā fauqahā, fa'ammal- lażīna āmanū faya‘lamūna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa ammal-lażīna kafarū fayaqūlūna māżā arādallāhu bihāżā maṡalā(n), yuḍillu bihī kaṡīraw wa yahdī bihī kaṡīrā(n), wa mā yuḍillu bihī illal-fāsiqīn(a). | Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil daripada itu.9) Adapun orang-orang yang beriman mengetahui bahwa itu kebenaran dari Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang disesatkan-Nya.10) Dengan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik,11) | 9, 10, 11 | 9) Makhluk yang kecil yang dikira lemah, seperti nyamuk, semut, lebah, laba-laba, atau lainnya, sebenarnya banyak menyimpan hikmah untuk menjadi pelajaran bagi manusia.
10) Seseorang menjadi sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah Swt. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka ingkar dan tidak mau memahami mengapa Allah Swt. menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan. Akibatnya, mereka menjadi sesat.
11) Orang fasik adalah orang yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik dengan ucapan maupun perbuatan. | Allah sering membuat perumpamaan untuk menjelaskan kebe-naran dan hakikat yang luhur, dengan bermacam makhluk hidup, baik kecil maupun besar. Orang-orang kafir mencibir ketika Allah mengambil perumpamaan berupa makhluk kecil yang dipandang remeh seperti lalat dan laba-laba. Di sini dijelaskan sesungguhnya Allah tidak merasa segan atau malu untuk membuat perumpamaan bagi sebu-ah kebenaran dengan seekor nyamuk atau kutu yang sangat kecil atau yang lebih kecil dari itu. Kendati kecil, belalainya dapat menembus kulit gajah, kerbau, dan unta, dan menggigitnya, serta menyebabkan kematian. Adapun orang-orang yang beriman, ketika mendengar perumpamaan itu mereka tahu maksud perumpamaan itu dan tahu bahwa perumpamaan itu adalah kebenaran dari Tuhan yang tidak diragukan lagi. Tetapi sebaliknya, mereka yang kafir menyikapi itu dengan sikap ingkar dan berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan yang remeh ini?” Allah menjawab bahwa perumpamaan itu dibuat untuk menguji siapa di antara mereka yang mukmin dan yang kafir. Oleh karenanya, dengan perumpamaan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, karena mereka tidak mencari dan menginginkan kebenaran, dan dengan perumpamaan itu banyak pula orang yang diberi-Nya petunjuk karena mereka memang mencari dan menginginkannya. Tetapi Allah tidak akan menzalimi hamba-Nya, sehingga tidak ada yang Dia sesatkan dengan perumpamaan itu selain orang-orang fasik, yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik berupa ucapan maupun perbuatan. | Sesungguhnya Allah tidak segan untuk membuat contoh dan perumpamaan dalam penjelasan informasinya dengan seekor nyamuk atau bahkan lebih kecil dari itu. Orang-orang yang beriman yakin akan kebenaran dan kebijaksanaan Allah, mereka pasti dapat menerima keterangan ini. tetapi orang kafir dan orang munafik tidak mau memahami tujuan Allah swt membuat perumpamaan di dalam Al-Qur’an. Perumpamaan itu tujuannya memperjelas arti suatu perkataan atau kalimat dengan membandingkan isi atau pengertian perkataan atau kalimat itu dengan sesuatu yang sudah dikenal dan dimengerti.
Dalam ilmu biologi, binatang, tumbuh-tumbuhan dan bahkan organ tubuh manusia banyak dibahas dan semuanya itu perlu diketahui oleh manusia, ada yang bermanfaat dan ada yang berbahaya bagi manusia. Bukan hanya binatang-binatang besar seperti gajah, harimau dan singa yang perlu diketahui, tetapi binatang kecil seperti lalat, nyamuk, dan ulat juga perlu diketahui manfaat dan bahayanya.
Nyamuk misalnya ada yang berbahaya anapheks yang menyebarkan penyakit malaria dan aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah, tetapi ada nyamuk yang memang tidak berbahaya seperti culex. Nyamuk anapheks hidupnya di air kotor tetapi nyamuk aedes aegypti hidup di air bersih.
Allah sungguh Mahakuasa dan Mahabijaksana. Pada setiap makhluk yang berbahaya telah diciptakan predator yaitu jenis binatang lain yang suka memangsa dan membunuhnya. Terhadap nyamuk misalnya ada beberapa predator seperti katak, cecak, tokek dan lain-lain. Kita tidak boleh membunuh predatornya dan kita sebaiknya mengetahui di mana nyamuk berkembang biak, kita perlu memahami kebijaksanaan dan kekuasaan Allah.
Saat manusia diundang untuk memperhatikan penciptaan atas dirinya, Al-Qur’an dalam banyak ayatnya mendorong manusia untuk meneliti alam dan melihat tanda-tanda Tuhan di dalamnya. Alam semesta, dengan elemen benda-benda hidup dan tidak hidupnya, merupakan tanda-tanda adanya penciptaan. Semua ciptaan itu ada hanya untuk memperlihatkan kekuasaan, pengetahuan dan seni yang dimiliki oleh “pencipta” tersebut, Allah swt. Semua ciptaan memperlihatkan tanda-tanda yang demikian. Termasuk di dalamnya binatang kecil seperti nyamuk, sebagaimana dapat dilihat pada ayat di atas.
Ketika kita mencoba memahami perikehidupan nyamuk, kita akan mengetahui betapa rumit dan kompleksnya sistem yang berjalan. Secara umum kita mengetahui bahwa mahluk ini adalah penghisap darah manusia dan binatang lainnya. Akan tetapi, pengetahuan demikian ini tidak sepenuhnya benar. Karena tidak semua individu nyamuk hidup dari mengisap darah. Hanya nyamuk betina saja yang memerlukan darah dalam dietnya. Keperluan tentang darah tidak berkaitan dengan kebiasaan makan jenis ini. Kaitan pokoknya adalah dengan perkembangbiakannya. Nyamuk betina memerlukan protein dari darah dalam proses akhir pembentukan telur. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah untuk meyakinkan akan berlanjutnya kehidupan jenisnya.
Proses perkembangan nyamuk merupakan salah satu aspek yang mengagumkan. Binatang ini berubah dari larva menjadi nyamuk setelah melalui beberapa fase yang berbeda-beda. Nyamuk betina akan meletakkan telurnya pada daun yang lembab atau dikawasan lembab sekitar genangan air. Sebelum melakukan itu, nyamuk betina akan memeriksa kawasan itu dengan menggunakan organ yang terletak di bagian perutnya. Organ ini mampu mendeteksi kelembaban dan suhu. Setelah menemukan daerah yang cocok, barulah nyamuk betina itu meletakkan telurnya. Telur dengan panjang kurang dari 1 milimeter, diletakkan dalam kelompok atau satuan. Beberapa jenis nyamuk ada yang merangkaikan sampai dengan 300 telur dalam bentuk rakit, dan diletakkan di atas air tergenang.
Telur yang diletakkan dengan sangat hati-hati itu akan berubah warna. Perubahan warna terjadi hanya beberapa jam setelah diletakkan. Warnanya menjadi hitam. Dengan warna ini, nilai kamuflase telur cukup tinggi dan lepas dari pengamatan pemangsa, seperti burung atau serangga pemangsa lainnya
Setelah menetas, anak nyamuk langsung berenang di dalam air. Masa kehidupan di dalam air dimulai untuk larva nyamuk. Anakan ini akan semakin besar. Kulit yang ada tidak lagi dapat menutupi tubuhnya. Mereka melepaskan kulit atau cangkang ini, dan membetuk cangkang baru. Pergantian kulit atau cangkang ini berjalan dua atau tiga kali pada masa ini.
Dalam kehidupan di air, larva nyamuk memilki organ-organ yang sama sekali berbeda saat sudah menjadi nyamuk. Pada kehidupan di air, mereka memiliki semacam rambut yang tumbuh di sekitar bagian mulut. Dengan gerakan rambut ini, larva dapat mengarahkan jasad renik yang ada di perairan ke bagian mulutnya. Untuk bernapas, mereka menggunakan alat pernafasan yang berbentuk tabung yang terletak di bagian punggungnya. Mereka mengambil oksigen saat mereka pada posisi jungkir balik di permukaan air. Untuk mencegah air masuk ke dalam tabung, larva nyamuk mengeluarkan cairan lengket yang dapat mencegah masuknya air. Tanpa keberadaan alat-alat ini, larva tidak akan dapat bertahan hidup di dalam air.
Pada pergantian kulit terakhir, bentuk larva berubah drastis, menjadi suatu bentuk yang lain sama sekali. Masa ini disebut sebagai masa “pupa”. Mereka sudah siap menjadi nyamuk yang “sebenarnya”. Perubahannya sedemikian rupa sehingga sulit untuk dipercaya bahwa hal ini dilakukan oleh individu dan jenis yang satu. Perubahannya begitu kompleks, sehingga rasanya tidak dapat dilakukan dengan sempurna oleh mahluk itu sendiri.
Pada masa ini, akan tumbuh dua tabung atau pipa pernafasan baru di bagian kepala untuk menggantikan tabung yang ada di bagian punggung. Apabila tidak ada tabung baru di kepala, dengan berubahnya bentuk dan posisi mahluk di air, maka apabila hanya ada tabung di punggung, jelas “pupa” nyamuk akan mati. Hal ini disebabkan karena posisinya yang demikian ini maka air akan masuk ke dalam tabung di punggungnya.
Selama berlangsungnya masa “pupa”, sekitar tiga sampai empat hari, larva nyamuk yang hidup dalam kepompong akan berpuasa. Dalam kepompong ini, bentuk larva berubah menjadi nyamuk dewasa seutuhnya, lengkap dengan sayap, dada, perut, kaki, antena, mata, dan seterusnya. Kemudian kepompong akan terpecah di bagian atas. Masa ini adalah masa yang sangat rentan bagi nyamuk. Syarat agar nyamuk dapat terbang adalah tidak boleh terkena air. Hanya bagian bawah kaki saja yang akan menyentuh air. Itulah sebabnya, kepompong yang terbuka di bagian atasnya akan dilapisi oleh cairan yang lengket, yang mencegah air masuk ke dalam kepompong. Setengah jam setelah keluar dari kepompong, nyamuk akan melakukan terbang perdananya.
Saat jentik-jentik bermetamorfose menjadi nyamuk, mereka dilengkapi dengan seperangkat sistem yang canggih guna dapat hidup dan meneruskan keturunannya. Nyamuk dilengkapi dengan organ yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan suhu, udara, kelembaban dan juga bau. Bahkan, nyamuk mempunyai kemampuan untuk “melihat melalui perubahan suhu” yang menolongnya saat mencari mangsanya, walaupun keadaan sangat gelap.
Teknik nyamuk dalam “mengisap darah” ternyata merupakan seperangkat sistem yang sangat kompleks dan rumit. Untuk mengiris kulit mangsanya, digunakan enam “pisau” pengiris yang bekerja seperti gergaji. Pada saat proses pengirisan berlangsung, nyamuk menyiramkan suatu cairan ke luka yang dibuatnya. Cairan ini membuat bagian tubuh mangsa yang luka tersebut menjadi mati rasa, sekaligus mencegah darah membeku. Dengan demikian, mangsa tidak akan merasa terganggu, di samping proses pengisapan darah berjalan lancar.
Apabila salah satu saja organ tidak bekerja baik, maka nyamuk akan memperoleh kesulitan dalam memperoleh pakannya serta meneruskan dan mempertahankan jenisnya. Dengan rancangan tubuh yang demikian, walaupun “hanya” ada pada nyamuk yang kecil, ini merupakan bukti akan kerja penciptaan. Di dalam Al-Qur’an, nyamuk yang kecil ini dijadikan contoh untuk memperlihatkan kekuasaan Allah. Mereka yang beriman mengerti, sedangkan mereka yang kafir menyangkalnya.
Menurut Ibnu ‘Abbās, ayat ini diturunkan berhubungan dengan tuduhan orang Yahudi bahwa perumpamaan yang ada dalam Al-Qur’an itu tidak mempunyai nilai yang berarti, karena dalam perumpamaan itu disebut sesuatu yang tidak berarti bahkan termasuk binatang kecil lagi hina, seperti żubāb yang berarti lalat (al-Ḥajj/22:73) dan ankabūt yang berarti laba-laba (al-‘Ankabūt/29:41). Tetapi seandainya orang Yahudi itu mengetahui maksud perumpamaan itu, tentu mereka akan menyatakan bahwa perumpamaan-perumpamaan yang ada dalam Al-Qur’an merupakan perumpamaan yang tepat dan benar seperti pada al-‘Ankabūt/29:41:
مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْلِيَاۤءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِۚ اِتَّخَذَتْ بَيْتًاۗ وَاِنَّ اَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ٤١ (العنكبوت)
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.
Pada ayat ini orang musyrik disamakan dengan laba-laba, iman mereka terhadap apa yang mereka sembah disamakan dengan sarang laba-laba yang rapuh yang mereka jadikan sebagai tempat berlindung dari segala bahaya. Padahal sedikit saja kena angin sarang itu akan rusak dan hancur.
Dalam membuat perumpamaan bagi Allah tidak ada perbedaan antara yang kecil dan besar, hina dan murka, semua adalah makhluk ciptaan Allah. Yang penting ialah perumpamaan itu mencapai tujuannya. Dengan turunnya ayat ini, ternyata tuduhan orang Yahudi itu tidak mempunyai alasan yang kuat.
Adapun orang-orang mukmin hati mereka telah dipenuhi taufik dan hidayah Allah dan mereka mengetahui bahwa perumpamaan-perumpamaan itu adalah dari Allah, tetapi orang-orang kafir mengingkarinya bahkan mereka tercengang mendengar perumpamaan-perumpamaan itu, orang-orang kafir dan munafik itu bertambah sombong dan ingkar karenanya.
Allah menyesatkan orang-orang kafir dan munafik dengan membiarkan mereka memilih jalan kesesatan sesudah diterangkan kepada mereka jalan kebenaran. Oleh karena mereka ingkar dan tidak mau memahami dan memikirkan petunjuk-petunjuk Allah, mereka mengikuti jalan-jalan yang tidak diridai-Nya. Akibatnya mereka ditimpa azab yang pedih, karena kefasikan mereka.
Orang-orang yang tidak menggunakan pikiran dan ilmu pengetahuan terhadap perumpamaan yang diberikan Allah swt, mereka menghadapinya dengan angkuh yang menyebabkan mereka bertambah sesat. Mereka tidak mendapat petunjuk dan menjadi sesat karena kefasikannya. Sebaliknya, orang-orang yang iman di dalam hatinya, mempergunakan akal dan pikirannya, akan mendapat petunjuk dari perumpamaan-perumpamaan itu. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu Allah swt menyebutkan beberapa perumpamaan bagi orang-orang munafik dan orang kafir dengan tujuan agar mereka beriman kepada Allah dan insaf terhadap perbuatan-perbuatan yang selalu mereka kerjakan. Tetapi mereka memandang aneh perumpamaan yang diberikan Allah itu seakan-akan perumpamaan itu tidak ada maksud dan tujuannya. Pada ayat ini Allah swt menegaskan bahwa Dia tidak segan membuat perumpamaan apa pun, sekalipun perumpamaan itu dengan makhluk yang paling kecil dan rendah. | PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR’AN DAN HIKMAHNYA | Kosakata: Maṡal مَثَلٌ(al-Baqarah/2: 26)
Maṡal berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan. Menurut pengertian istilah, maṡal ialah menggambarkan suatu makna yang umumnya memang abstrak (ma‘qūl) dalam bentuk yang indrawi agar mudah dimengerti, indah, dan menarik. Atau, seperti dikatakan Ibnul Qayyim, maṡal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang indrawi, agar yang abstrak itu dapat dimengerti melalui yang konkrit itu. Menurut isyarat Al-Qur’an, memahami maṡal (jamaknya amṡāl), tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan kedalaman ilmu. Firman Allah: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu” (al-‘Ankabūt/29:43). | null | null |
34 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 27 | 5 | 1 | 1 | 1 | الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ | Allażīna yanquḍūna ‘ahdallāhi mim ba‘di mīṡāqih(ī), wa yaqṭa‘ūna mā amarallāhu bihī ay yūṣala wa yufsidūna fil-arḍ(i), ulā'ika humul-khāsirūn(a). | (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. | null | null | Orang-orang fasik itu adalah orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu diteguhkan, yaitu perjanjian dalam diri setiap manusia yang muncul secara fitrah dan didukung dengan akal dan petunjuk agama sebagaimana dijelaskan pada Surah al-A 'raf/7: 172, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, seperti menyambung persaudaran dan hubungan kekerabatan, berkasih sayang, dan saling mengenal sesama manusia, dan berbuat kerusakan di bumi dengan perilaku tidak terpuji, menyulut konflik, mengobarkan api peperangan, merusak lingkungan, dan lainnya. Mereka itulah orang-orang yang rugi karena telah menodai kesucian fitrah dan memutus hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kehinaan di dunia dan siksaan di akhirat. | Sifat-sifat orang fasik dan juga orang kafir yang tersebut pada ayat di atas, yaitu:
1. Melanggar perjanjian dengan Allah sesudah perjanjian itu teguh;
2. Memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya;
3. Membuat kerusakan di muka bumi.
Orang-orang yang merusak perjanjian Allah yaitu merusak perjanjian Allah dengan makhluk-Nya, bahwa seluruh makhluk-Nya akan beriman hanya kepada-Nya, kepada para malaikat, kepada para rasul, kepada kitab-kitab-Nya, kepada hari kemudian dan kepada adanya qada dan qadar Allah, mengikuti semua perintah dan menghentikan semua larangan-Nya. Untuk itu Allah swt menganugerahkan kepada manusia akal, pikiran, anggota badan dan sebagainya agar manusia selalu ingat akan janjinya itu. Tetapi orang-orang fasik tidak mau mengindahkannya sesuai dengan firman Allah:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ ١٧٩ (الاعراف)
... Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (al-A‘rāf/7: 179).
“Dan mereka juga memutuskan apa yang telah diperintahkan Allah untuk menghubungkannya” ialah segala macam pemutusan hubungan yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya, seperti memutuskan hubungan silaturrahim antara sesama kaum Muslimin (an-Nisā’/4: 1), membeda-bedakan para nabi dan rasul yaitu mengimani sebagiannya dan mengingkari sebagian yang lain (al-Baqarah/2: 285) dan sebagainya. Termasuk pula di dalam memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya ialah mengubah, menghapus atau menambah isi dari kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada para rasul-Nya yang berakibat putusnya hubungan antara agama Allah yang dibawa para rasul.
Orang-orang fasik membuat kerusakan di bumi, karena mereka itu tidak beriman, menghalang-halangi orang lain beriman, memperolok-olokkan yang hak, merusak akidah, merusak atau melenyapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk memakmurkan alam ini buat kemaslahatan manusia serta merusak lingkungan hidup. Mereka orang-orang yang rugi di dunia karena tindakan-tindakannya dan rugi di akhirat dengan mendapat kemarahan Allah. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu Allah swt menyebutkan beberapa perumpamaan bagi orang-orang munafik dan orang kafir dengan tujuan agar mereka beriman kepada Allah dan insaf terhadap perbuatan-perbuatan yang selalu mereka kerjakan. Tetapi mereka memandang aneh perumpamaan yang diberikan Allah itu seakan-akan perumpamaan itu tidak ada maksud dan tujuannya. Pada ayat ini Allah swt menegaskan bahwa Dia tidak segan membuat perumpamaan apa pun, sekalipun perumpamaan itu dengan makhluk yang paling kecil dan rendah. | PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR’AN DAN HIKMAHNYA | Kosakata: Maṡal مَثَلٌ(al-Baqarah/2: 26)
Maṡal berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan. Menurut pengertian istilah, maṡal ialah menggambarkan suatu makna yang umumnya memang abstrak (ma‘qūl) dalam bentuk yang indrawi agar mudah dimengerti, indah, dan menarik. Atau, seperti dikatakan Ibnul Qayyim, maṡal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang indrawi, agar yang abstrak itu dapat dimengerti melalui yang konkrit itu. Menurut isyarat Al-Qur’an, memahami maṡal (jamaknya amṡāl), tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan kedalaman ilmu. Firman Allah: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu” (al-‘Ankabūt/29:43). | null | 1. Allah swt tidak segan membuat perumpamaan apa pun terhadap makhluk-Nya, dan tiap-tiap perumpamaan itu ada tujuannya.
2. Orang-orang yang tidak mau memahami tujuan perumpamaan yang dibuat Allah, adalah termasuk orang-orang yang fasik. Mereka melanggar perjanjian, memutuskan hubungan silaturrahim dan membuat kerusakan di bumi. |
35 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 28 | 5 | 1 | 1 | 1 | كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ | Kaifa takfurūna billāhi wa kuntum amwātan fa'aḥyākum, ṡumma yumītukum ṡumma yuḥyīkum ṡumma ilaihi turja‘ūn(a). | Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan? | null | null | Sungguh mengherankan perbuatan kamu itu, wahai orang-orang musyrik! Bagaimana kamu ingkar kepada Allah Yang Maha Esa dengan mempersekutukan-Nya, padahal bukti keesaan-Nya ada dalam diri kamu, yaitu kamu yang tadinya mati dan belum berupa apa-apa, lalu Dia menghidupkan kamu dari tiada, kemudian Dia mematikan kamu setelah tiba ajal yang ditetapkan untukmu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali pada hari Kebangkitan. Kemudian hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan untuk dimintai pertanggungjawaban dan mendapat balasan atas segala amal perbuatan. | Sebelum menjadi makhluk hidup, manusia adalah makhluk mati yang berasal dari tanah. Setelah manusia hidup Allah melanjutkan keturunannya dengan mempertemukan sperma laki-laki dan ovum perempuan di dalam rahim perempuan. Setelah melalui beberapa proses, kedua sel ini menjadi bentuk tertentu. Lalu Allah swt meniupkan roh ke dalamnya, sehingga ia menjadi ia manusia. Pada saat manusia lahir ke dunia, Allah menganugerahkan pendengaran, penglihatan, hati dan akal (as-Sajdah/32: 7-11), menjadikan makhluk yang paling sempurna bentuknya (at-Tīn/95: 4), dan paling mulia di sisi-Nya (al-Isrā’/17: 70). Allah menjadikan bumi ini untuk manusia untuk diambil manfaatnya, agar manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah, memberi rezeki untuk kelangsungan hidup dan kehidupannya sampai waktu yang ditentukan (Hūd/11: 3). Kemudian malaikat maut mencabut nyawanya, sehingga dia menjadi mati kembali. Pada saatnya, Allah swt menghidupkannya kembali untuk meminta pertanggungjawabannya. Orang yang beriman dibalas dengan surga dan orang-orang kafir dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Ayat ini mengingatkan kepada orang yang beriman tentang beberapa hal:
1. Allah Mahakuasa menghidupkan dan mematikan, kemudian membangkit-kannya kembali setelah mati. Hanya kepada-Nyalah semua makhluk kembali.
2. Agar manusia jangan terlalu cenderung kepada dunia. Hidup yang sebenarnya ialah di akhirat nanti. Hidup di dunia merupakan hidup untuk mempersiapkan hidup yang lebih baik nanti.
3. Allah-lah yang menentukan ukuran, dan batas waktu kehidupan makhluk, seperti kapan suatu makhluk harus ada, bagaimana keadaannya, kapan akhir adanya dan sebagainya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu diterangkan sikap orang-orang kafir terhadap perumpamaan-perumpamaan yang telah disebutkan Allah, terhadap perjanjian mereka dengan Allah dan terhadap tingkah laku mereka yang merusak agama, manusia dan kemanusiaan. Pada ayat ini Allah swt mencela sikap orang kafir itu dan memerintahkan mereka agar memperhatikan dirinya, kejadiannya, kehidupannya dan ke mana mereka akan kembali. | BUKTI-BUKTI KEKUASAAN ALLAH | Kosakata: Aḥyākum اَحْيَاكُمْ (al-Baqarah/2: 28).
Kata aḥyākum berarti “Allah menghidupkan kamu”. Ungkapan ini menunjuk pada tahapan dimana manusia dihadirkan Allah untuk menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini. Sebelum mengalami tahap hidup di dunia, manusia mengalami tahap berada di alam roh dan alam rahim. Pada tahap ketiga (alam dunia) inilah manusia dihidupkan Allah (aḥyākum) untuk menjalankan fungsi-fungsi utamanya, sebagai ‘ābidullāh (hamba yang beribadah kepada Allah), dan sebagai khalīfah fi al-arḍ (khalifah Allah di bumi). Pada tahap keempat, manusia akan berada di alam Barzakh, setelah mengalami kematian (ṡumma yumītukum: kemudian Allah mematikanmu), dan tahap kelima manusia akan berada di alam akhirat, semuanya dikembalikan kepada Allah. Di sana manusia menerima pembalasan yang seadil-adilnya atas semua amal yang dilakukan waktu hidup di dunia. | null | null |
36 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 29 | 5 | 1 | 1 | 1 | هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ | Huwal-lażī khalaqa lakum mā fil-arḍi jamī‘ā(n), ṡummastawā ilas-samā'i fasawwāhunna sab‘a samāwāt(in), wa huwa bikulli syai'in ‘alīm(un). | Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.12) Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. | 12 | 12) Langit yang bermakna ruang di luar bumi dengan segala isinya (bulan, planet, komet, bintang, galaksi) yang jumlahnya tidak berhingga (disimbolkan dengan ungkapan tujuh langit) sesungguhnya terus berevolusi. Banyak bintang yang mati, namun banyak juga bintang yang lahir. Adapun yang dimaksud dengan menyempurnakan adalah terus berlangsungnya proses pembentukan bintang-bintang baru sejak pembentukan alam semesta. | Tuhan yang patut untuk disembah dan ditaati itu Dialah Allah yang menciptakan dan memberikan karunia berupa segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatan-mu, kemudian bersamaan dengan penciptaan bumi dengan segala manfaatnya, kehendak Dia menuju ke penciptaan langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit yang sangat beraturan, baik yang tampak olehmu maupun yang tidak. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu Allah mencakup segala ciptaan-Nya. | Ayat ini menegaskan peringatan Allah swt yang tersebut pada ayat-ayat yang lalu yaitu Allah telah menganugerahkan karunia yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia, untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dan agar manusia berbakti kepada Allah penciptanya, kepada keluarga dan masyarakat.
Kalimat “Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit” memberi pengertian bahwa Allah menciptakan bumi dan segala isinya untuk manusia, Allah telah menciptakan langit lalu Allah menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
ثُمَّ اسْتَوٰىٓ اِلَى السَّمَاۤءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْاَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا اَوْ كَرْهًاۗ قَالَتَآ اَتَيْنَا طَاۤىِٕعِيْنَ ١١ (فصّلت)
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, ”Kami datang dengan patuh.” (Fuṣṣilat/41: 11).
Jadi langit pertama yang diciptakan Allah sebelum menciptakan bumi waktu itu masih berupa asap tebal yang gemulung dan suhunya panas sekali. Keduanya yaitu langit dan bumi. Dipanggil maksudnya ditetapkan ketentuan dan proses pekerjaannya oleh Allah supaya bekerjasama secara sinergi dan mewujudkan alam yang harmonis.
Pada ayat 29 ini dijelaskan bahwa Allah menyempurnakan langit yang satu dan masih berupa asap itu menjadi tujuh langit. Angka tujuh dalam bahasa Arab dapat berarti enam tambah satu, bisa juga berarti banyak sekali lebih sekadar enam tambah satu. Jika kita mengambil arti yang pertama (enam tambah satu) maka berarti Allah menjadikan langit yang tadinya satu lapis menjadi tujuh lapis, atau Allah menjadikan benda langit yang tadinya hanya satu menjadi tujuh benda langit. Tiap-tiap benda langit ini beredar mengelilingi matahari menurut jalannya pada garis edar yang tetap sehingga tidak ada yang berbenturan. Tetapi matahari hanya berputar dan beredar pada garis porosnya saja karena matahari menjadi pusat dalam sistem tata surya ini. Sungguh Allah Mahakaya dan Mahabijaksana mengatur alam yang besar dan luas ini.
Dalam pemahaman astronomi, langit adalah seluruh ruang angkasa semesta, yang di dalamnya ada berbagai benda langit termasuk matahari, bumi, planet-planet, galaksi-galaksi, supercluster, dan sebagainya.
Hal ini dikemukakan oleh Allah di dalam Surah al-Mulk/67: 5, yang artinya:
…Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat (langit dunia) dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa Neraka yang menyala-nyala…(al-Mulk/67: 5).
Jadi, langit yang berisi bintang-bintang itu memang disebut sebagai langit dunia. Itulah langit yang kita kenal selama ini. Dan itu pula yang dipelajari oleh para ahli astronomi selama ini, yang diduga diameternya sekitar 30 miliar tahun cahaya. Dan mengandung trilyunan benda langit dalam skala tak berhingga.
Namun demikian, ternyata Allah menyebut langit yang demikian besar dan dahsyat itu baru sebagian dari langit dunia, dan mungkin langit pertama. Maka dimanakah letak langit kedua sampai ke tujuh?
Sejauh ini belum ada temuan ilmiah “yang tidak dicari-cari” mengenai hubungan antara angka tujuh dan “langit” yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal dengan alam semesta. Memang ada beberapa skala benda langit, misalnya pada satu tata-surya (solar system) ada “matahari” (bintang yang menjadi pusat tata-surya yang bersangkutan) dan ada planet beserta satelitnya. Milyaran tatasurya membentuk galaksi. Milyaran galaksi membentuk alam semesta. Ini baru enam, untuk menjadikannya tujuh, bisa saja ditambah dengan dimensi alam semesta, yaitu bahwa seluruh alam ini berisikan sejumlah alam semesta. Jadi ada tujuh dimensi dalam alam, dan ini mungkin yang dimaksud dengan langit yang tujuh lapis. Tetapi masalahnya adalah dalam perjalanan mi’raj Nabi Muhammad saw, beliau melalui lapis demi lapis dari langit itu secara serial, dari lapis pertama, ke lapis kedua dan seterusnya sampai lapis ketujuh dan akhirnya keluar alam makhluk menuju Sidratil-Muntahā. Jadi lapis demi lapis langit itu seperti kue lapis yang berurutan, dari dalam (lapisan pertama) sampai ke lapisan ketujuh. Kenyataan ini berbeda dengan temuan ilmiah. T. Djamaluddin, salah seorang astronom Indonesia, yang cenderung memahami “tujuh langit” sebagai benda-benda langit yang tak terhitung jumlahnya dan bukan berlapis-lapis. Dalam bahasa Arab, bilangan tujuh biasanya dipakai untuk menggambarkan jumlah yang sangat banyak.
Di sisi lain tujuh langit, kemungkinan adalah tujuh lapisan-lapisan atmosfer yang dekat dengan bumi ini yaitu: (1) Troposphere (Troposfer), (2) Tropopause (Tropopaus), (3) Stratosphere (Stratosfer), (4) Stratopause (Stratopaus), (5) Mesosphere (Mesofer), (6) Mesopause (Mesopause), dan (7) Thermosphere (Termosfer). Pembagian ini berdasarkan temperatur (suhu) tiap-tiap lapis atmosfer dan jaraknya dari permukaan bumi. Lapisan-lapisan tersebut bersifat kokoh dalam pengertian menyeliputi dan melindungi bola bumi kita secara kokoh karena adanya gaya gravitasi bumi. (Lihat pula tafsir ilmiah Surah ar-Ra‘d/13: 2, Surah an-Naba'/78: 12.) Dalam tafsir Surah ar-Ra‘d/13: 2 dijelaskan pembagian lapisan atmosfer sedikit berbeda dengan yang dijelaskan di sini, dimana Ionosfer dan Eksosfer disatukan dalam Termosfer. Namun apabila pengertian tujuh langit dalam hal ini dikaitkan dengan Mi‘rāj Nabi Muhammad saw, nampaknya kurang tepat.
Tujuh langit mungkin pula dapat ditafsirkan sebagai Tujuh Dimensi Ruang-Waktu dalam Kaluza-Klein Theory (KKT). Dalam ilmu Fisika terdapat empat (4) Gaya Fundamental yang ada di jagad raya ini, yaitu Gaya Elektromagnetik, Gaya Nuklir Lemah, Gaya Nuklir Kuat, dan Gaya Gravitasi. Jika ke-empat Gaya ini terbentuk dari Ledakan Besar (Big Bang) dari suatu Singularity, maka mestinya ke-empat gaya ini dahulunya ‘menyatu’ sebagai Satu Gaya Tunggal (Grand Unified Force), ini yang dikenal dalam Grand Unified Theory (GUT, Teori Ketersatuan Agung). KKT menjelaskan bahwa untuk dapat menerangkan ketersatuan gaya-gaya yang empat itu, maka adanya geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini tidaklah cukup. Geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini hanya mampu menjelaskan sedikit tentang gaya-gaya Elektromagnetik dan dalam beberapa hal Gaya Gravitasi. Untuk bisa menjelaskan keempat gaya tersebut, maka KKT menyatakan harus ada tujuh dimensi ruang-waktu (time-space dimensions) yang lain. Dengan demikian bersama empat dimensi yang sudah dikenal, yaitu: garis, bidang, ruang dan waktu; maka total dimensi ada sebelas dimensi (11 dimensi). Pernyataan ini berbasiskan pada perhitungan Matematika-Fisika. Berbasis-kan pada KKT ini para scientists telah mampu pula menghitung ‘garis tengah’ salah satu dimensi ruang-waktu itu, yaitu sebesar 10-32 cm, jadi dimensi itu sangat kecil sekali. Dengan demikian, tidaklah mungkin dengan instrument yang ada sekarang ini kita dapat menembus tujuh dimensi ruang-waktu yang lain itu. Kaluza-Klein Theory telah memberikan gambaran adanya Tujuh Dimensi Ruang-Waktu, yang kesemuanya ini akan mengokohkan geometri jagad-raya dengan empat gaya-gaya fundamen-talnya. Mungkinkah tujuh langit tersebut adalah tujuh dimensi ruang-waktu menurut Kaluza-Klein Theory? Wallāhu a‘lam biṣ-ṣawāb.
Pada akhir ayat Allah menyebutkan, “Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”, maksudnya bahwa alam semesta ini diatur dengan hukum-hukum Allah, baik benda itu kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak. Semuanya diatur, dikuasai dan diketahui oleh Allah.
Ayat ini mengisyaratkan agar manusia menuntut ilmu untuk memikirkan segala macam ciptaan Allah, sehingga dapat menambah iman dan memurnikan ketaatannya kepada Allah. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu diterangkan sikap orang-orang kafir terhadap perumpamaan-perumpamaan yang telah disebutkan Allah, terhadap perjanjian mereka dengan Allah dan terhadap tingkah laku mereka yang merusak agama, manusia dan kemanusiaan. Pada ayat ini Allah swt mencela sikap orang kafir itu dan memerintahkan mereka agar memperhatikan dirinya, kejadiannya, kehidupannya dan ke mana mereka akan kembali. | BUKTI-BUKTI KEKUASAAN ALLAH | Kosakata: Aḥyākum اَحْيَاكُمْ (al-Baqarah/2: 28).
Kata aḥyākum berarti “Allah menghidupkan kamu”. Ungkapan ini menunjuk pada tahapan dimana manusia dihadirkan Allah untuk menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini. Sebelum mengalami tahap hidup di dunia, manusia mengalami tahap berada di alam roh dan alam rahim. Pada tahap ketiga (alam dunia) inilah manusia dihidupkan Allah (aḥyākum) untuk menjalankan fungsi-fungsi utamanya, sebagai ‘ābidullāh (hamba yang beribadah kepada Allah), dan sebagai khalīfah fi al-arḍ (khalifah Allah di bumi). Pada tahap keempat, manusia akan berada di alam Barzakh, setelah mengalami kematian (ṡumma yumītukum: kemudian Allah mematikanmu), dan tahap kelima manusia akan berada di alam akhirat, semuanya dikembalikan kepada Allah. Di sana manusia menerima pembalasan yang seadil-adilnya atas semua amal yang dilakukan waktu hidup di dunia. | null | 1. Allah swt mencela sikap orang-orang kafir yang tidak mau memahami perumpamaan-perumpamaan yang dibuat-Nya; padahal hanya Allah yang menghidupkan, mematikan dan menghidupkan kembali semua makhluk. Dia berbuat sekehendak-Nya, tidak ada suatu apa pun yang berserikat dengan Dia dalam kehendak dan kekuasaan-Nya.
2. Semua makhluk kembali kepada Allah swt karena Dialah pemiliknya. Allah akan membalas amal dan perbuatan makhluk-Nya dengan adil.
3. Tujuan Allah swt menciptakan seluruh alam semesta ini adalah untuk manusia. Karena itu hendaklah manusia memikirkan ciptaan itu, mengolah dan menggunakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah. |
37 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 30 | 6 | 1 | 1 | 1 | وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ | Wa iż qāla rabbuka lil-malā'ikati innī jā‘ilun fil-arḍi khalīfah(tan), qālū ataj‘alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā'(a), wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak(a), qāla innī a‘lamu mā lā ta‘lamūn(a). | (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah13) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” | 13 | 13) Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna ‘pengganti’, ‘pemimpin’, ‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’. | Setelah pada ayat-ayat terdahulu Allah menjelaskan adanya kelompok manusia yang ingkar atau kafir kepada-Nya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan asal muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa Nabi Adam. Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi.” Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah. Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau ikhtiar dalam melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah di sana dengan saling membunuh, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Mahatahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sam-pai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut. | Ketika Allah swt memberitahukan kepada para malaikat-Nya[4] bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah[5] di bumi, maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Para malaikat menganggap bahwa diri mereka lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah swt.
Allah swt tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat. Segala yang akan dilakukan Allah swt adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang Mahatinggi walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.
Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s. di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Pengertian ini dapat dikuatkan dengan firman Allah:
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ
“….Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi …” (ṣād/38: 26).
Sebagaimana kita ketahui Daud a.s. di samping menjadi nabi juga menjadi raja bagi kaumnya. Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum Muslimin memilih dan mengangkat seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum Muslimin yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini.
Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah swt menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi. | PENETAPAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI | Kosakata: Khalīfah خَلِيْفَةً (al-Baqarah/2: 30)
Kata khalīfah berakar dari kata khalafa yang berarti mengganti. Kata khalīfah secara harfiah berarti pengganti. Akar katanya adalah خلف artinya sesuatu yang ada di belakang. Khalifah diartikan pengganti, karena ia menggantikan yang di depannya. Di dalam bahasa Arab, kalimat “Allah menjadi khalīfah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengelolaan dan pemakmuran bumi—bukan secara mutlak—kepada manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah dengan arti ini dinyatakan Allah di dalam surah al-Baqarah/2:30 di mana Allah menjadikan Bani Adam sebagai khalifah di bumi. Di samping arti ini, kata khalifah juga menunjuk arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalīfah dengan arti pemimpin terdapat antara lain di dalam surah ṣād/38:26 di mana Allah mengangkat Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi (Palestina) untuk memimpin umat manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu. Khalifah pada ayat pertama bertugas mengelola dan memakmurkan bumi, sedangkan khalifah pada ayat kedua bertugas menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. | null | null |
38 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 31 | 6 | 1 | 1 | 1 | وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ | Wa ‘allama ādamal-asmā'a kullahā ṡumma ‘araḍahum ‘alal-malā'ikati faqāla ambi'ūnī bi'asmā'i hā'ulā'i in kuntum ṣādiqīn(a). | Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!” | null | null | Salah satu sisi keutamaan manusia dijelaskan pada ayat ini. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, yaitu nama benda-benda dan kegunaannya yang akan bisa membuat bumi ini menjadi layak huni bagi penghuninya dan akan menjadi ramai. Benda-benda tersebut seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda-benda lainnya. Kemudian Dia perlihatkan benda-benda tersebut kepada para malaikat dan meminta mereka untuk menyebutkan namanya seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar!” Allah ingin menampakkan kepada malaikat akan kepatutan Nabi Adam untuk menjadi khalifah di bumi ini | Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt mengajarkan kepada Adam a.s. nama-nama, tugas dan fungsinya seperti Nabi dan Rasul, tugas dan fungsinya sebagai pemimpin umat. Manusia memang makhluk yang dapat dididik (educable), bahkan harus dididik (educandus), karena ketika baru lahir bayi manusia tidak dapat berbuat apa-apa, anggota badan dan otak serta akalnya masih lemah. Tetapi setelah melalui proses pendidikan bayi manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa itu kemudian berkembang dan melalui pendidikan yang baik apa saja dapat dilakukan manusia.
Adam sebagai manusia pertama dan belum ada manusia lain yang mendidiknya, maka Allah secara langsung mendidik dan mengajarinya. Apalagi Adam dipersiapkan untuk menjadi khalifah yaitu pemimpin di bumi. Tetapi cara Allah mendidik dan mengajar Adam tidak seperti manusia yang mengajar sesamanya, melainkan dengan mengajar secara langsung dan memberikan potensi kepadanya yang dapat berkembang berupa daya pikirnya sehingga memungkinkan untuk mengetahui semua nama yang di hadapannya.
Setelah nama-nama itu diajarkan-Nya kepada Adam, maka Allah memperlihatkan benda-benda itu kepada para malaikat dan diperintahkan-Nya agar mereka menyebutkan nama-nama benda tersebut yang telah diajarkan kepada Adam dan ternyata mereka tidak dapat menyebutkannya. Hal ini untuk memperlihatkan keterbatasan pengetahuan para malaikat itu dan agar mereka mengetahui keunggulan Adam sebagai manusia terhadap mereka, dan agar mereka mengetahui ketinggian hikmah Allah dalam memilih manusia sebagai khalifah. Hal ini juga menunjukkan bahwa jabatan khalifah yaitu mengatur segala sesuatu dan menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini memerlukan pengetahuan yang banyak dan kemampuan serta daya pikir yang kuat. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah swt menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi. | PENETAPAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI | Kosakata: Khalīfah خَلِيْفَةً (al-Baqarah/2: 30)
Kata khalīfah berakar dari kata khalafa yang berarti mengganti. Kata khalīfah secara harfiah berarti pengganti. Akar katanya adalah خلف artinya sesuatu yang ada di belakang. Khalifah diartikan pengganti, karena ia menggantikan yang di depannya. Di dalam bahasa Arab, kalimat “Allah menjadi khalīfah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengelolaan dan pemakmuran bumi—bukan secara mutlak—kepada manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah dengan arti ini dinyatakan Allah di dalam surah al-Baqarah/2:30 di mana Allah menjadikan Bani Adam sebagai khalifah di bumi. Di samping arti ini, kata khalifah juga menunjuk arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalīfah dengan arti pemimpin terdapat antara lain di dalam surah ṣād/38:26 di mana Allah mengangkat Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi (Palestina) untuk memimpin umat manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu. Khalifah pada ayat pertama bertugas mengelola dan memakmurkan bumi, sedangkan khalifah pada ayat kedua bertugas menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. | null | null |
39 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 32 | 6 | 1 | 1 | 1 | قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ | Qālū subḥānaka lā ‘ilma lanā illā mā ‘allamtanā, innaka antal-‘alīmul-ḥakīm(u). | Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” | null | null | Mereka, para malaikat, tidak sanggup menyebutkan nama benda-benda tersebut dan menjawab, “Mahasuci Engkau dari segala kekurangan, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana". Jawaban malaikat ini adalah jawaban yang penuh santun. Pertama, malaikat mengemukakan ketidakmampuan mereka untuk menyebutkan nama-nama benda itu dengan ungkapan yang menunjukkan kemahasucian Allah. Kedua, malaikat merasa bahwa pengetahuan mereka sangatlah sedikit. Pengetahuan mereka adalah pemberian dari Allah semata. Ketiga, malaikat memuji Allah dengan dua sifat yaitu Yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam semua kebijakan dan seluruh pekerjaan-Nya, termasuk pemilihan Nabi Adam, manusia, sebagai khalifah. | Setelah para malaikat menyadari kurangnya ilmu pengetahuan mereka, karena tidak dapat menyebutkan sifat makhluk-makhluk yang ada di hadapan mereka, maka mereka mengakui terus terang kelemahan diri mereka dan berkata kepada Allah bahwa Dia Mahasuci dari segala sifat-sifat kekurangan, yang tidak layak bagi-Nya, dan mereka menyatakan tobat kepada-Nya. Mereka pun yakin bahwa segala apa yang dilakukan Allah tentulah berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya yang Mahatinggi dan Mahasempurna, termasuk masalah pengangkatan Adam menjadi khalifah. Mereka mengetahui bahwa ilmu pengetahuan mereka hanyalah terbatas kepada apa yang diajarkan-Nya kepada mereka. Dengan demikian lenyaplah keragu-raguan mereka tentang hikmah Allah dalam pengangkatan Adam menjadi khalifah di bumi.
Dari pengakuan para malaikat ini, dapatlah dipahami bahwa pertanyaan yang mereka ajukan semula “mengapa Allah mengangkat Adam a.s. sebagai khalifah,” bukanlah merupakan suatu sanggahan dari mereka terhadap kehendak Allah, melainkan hanyalah sekadar pertanyaan meminta penjelasan. Setelah penjelasan itu diberikan, mereka mengakui kelemahan mereka, maka dengan rendah hati dan penuh ketaatan mereka mematuhi kehendak Allah, terutama dalam pengangkatan Adam a.s., menjadi khalifah. Mereka memuji Allah swt, karena Dia telah memberikan ilmu pengetahuan kepada mereka sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka. Selanjutnya, mereka mengakui pula dengan penuh keyakinan, dan menyerah kepada ilmu Allah yang Mahaluas dan hikmah-Nya yang Mahatinggi. Lalu mereka menegaskan bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana.
Hal ini mengandung suatu pelajaran bahwa manusia yang telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak dari yang diberikan kepada para malaikat dan makhluk-makhluk lainnya, hendaklah selalu mensyukuri nikmat tersebut, serta tidak menjadi sombong dan angkuh karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya, serta kekuatan dan daya pikirannya. Sebab, betapapun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia pada zaman kita sekarang ini, namun masih banyak rahasia-rahasia alam ciptaan Allah yang belum dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan manusia, misalnya ialah hakikat roh yang ada pada diri manusia sendiri. Allah telah memperingatkan bahwa ilmu pengetahuan yang dikaruniakan kepada manusia hanya sedikit sekali dibandingkan ilmu Allah dan hakikat-Nya.
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا ٨٥ (الاسراۤء)
“…dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit.” (a1-Isrā’/17: 85)
Selama manusia tetap menyadari kekurangan ilmu pengetahuannya, tentu dia tidak akan menjadi sombong dan angkuh, dan niscaya dia tidak akan segan mengakui kekurangan pengetahuannya tentang sesuatu apabila dia benar-benar belum mengetahuinya, dan dia tidak akan merasa malu mempelajarinya kepada yang mengetahui. Sebaliknya, apabila dia mempunyai pengetahuan tentang sesuatu yang berfaedah, maka ilmunya itu tidak akan disembunyikannya, melainkan diajarkan dan dikembangkannya kepada orang lain, agar mereka pun dapat mengambil manfaatnya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah swt menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi. | PENETAPAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI | Kosakata: Khalīfah خَلِيْفَةً (al-Baqarah/2: 30)
Kata khalīfah berakar dari kata khalafa yang berarti mengganti. Kata khalīfah secara harfiah berarti pengganti. Akar katanya adalah خلف artinya sesuatu yang ada di belakang. Khalifah diartikan pengganti, karena ia menggantikan yang di depannya. Di dalam bahasa Arab, kalimat “Allah menjadi khalīfah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengelolaan dan pemakmuran bumi—bukan secara mutlak—kepada manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah dengan arti ini dinyatakan Allah di dalam surah al-Baqarah/2:30 di mana Allah menjadikan Bani Adam sebagai khalifah di bumi. Di samping arti ini, kata khalifah juga menunjuk arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalīfah dengan arti pemimpin terdapat antara lain di dalam surah ṣād/38:26 di mana Allah mengangkat Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi (Palestina) untuk memimpin umat manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu. Khalifah pada ayat pertama bertugas mengelola dan memakmurkan bumi, sedangkan khalifah pada ayat kedua bertugas menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. | null | null |
40 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 33 | 6 | 1 | 1 | 1 | قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ | Qāla yā ādamu ambi'hum bi'asmā'ihim, falammā amba'ahum bi'asmā'ihim, qāla alam aqul lakum innī a‘lamu gaibas-samāwāti wal-arḍ(i), wa a‘lamu mā tubdūna wa mā kuntum taktumūn(a). | Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?” | null | null | Kemudian Allah memberikan kesempatan kepada Nabi Adam untuk menyebutkan nama benda-benda yang telah Allah ajarkan kepadanya. Dia berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Lalu Nabi Adam pun menyebutkan nama benda-benda itu dengan segala macam kegunaan dan manfaatnya. Pada saat itulah malaikat memahami bahwa manusialah yang pantas untuk menjadi khalifah di bumi ini. Setelah dia, Nabi Adam, menyebutkan nama-nama benda-benda tersebut dan apa manfaat dan kegunaan-nya, Allah berkata secara lebih tegas lagi tentang kebenaran rencana besar-Nya dan berfirman dengan nada pertanyaan, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” Allah memberi dua alasan tentang penunjukan Nabi Adam menjadi khalifah. Pertama, bahwa Dia mengetahui rahasia di jagat raya yaitu semua yang ada di langit dan bumi. Kedua, bahwa Allah mengetahui apa yang dipendam dalam diri malaikat dan juga hati manusia. Jika demikian, maka gagasan Allah untuk menjadikan manusia sebagai khalifah pasti mempunyai banyak hikmah. | Setelah para malaikat ternyata tidak tahu dan tidak dapat menyebutkan nama benda-benda yang diperlihatkan Allah kepada mereka, maka Allah memerintahkan kepada Adam a.s. untuk memberitahukan nama-nama tersebut kepada mereka. Adam melaksanakan perintah itu lalu diberitahukannya nama-nama tersebut kepada mereka.
Kemudian, setelah Adam a.s. selesai memberitahukan nama-nama tersebut kepada malaikat, dan diterangkannya pula sifat-sifat dan keistimewaan masing-masing makhluk itu, maka Allah berfirman kepada para malaikat bahwa Dia pernah mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya Dia mengetahui pula apa-apa yang mereka nyatakan dengan ucapan-ucapan mereka dan pikiran-pikiran yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Dia menciptakan sesuatu tidaklah dengan sia-sia, melainkan berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya.
Dalam masalah pengangkatan Adam a.s. sebagai khalifah di bumi terkan-dung suatu makna yang tinggi dari hikmah Ilahi yang tak diketahui oleh para malaikat. Mereka tidak dapat mengetahui rahasia-rahasia alam, serta ciri khas yang ada pada masing-masing makhluk, sebab para malaikat sangat berbeda keadaannya dengan manusia. Mereka tidak mempunyai kebutuhan apa-apa, seperti sandang, pangan dan harta benda. Maka seandainya malaikat yang dijadikan penghuni dan penguasa di bumi ini, niscaya tak akan ada sawah dan ladang, tak akan ada pabrik dan tambang-tambang, tak akan ada gedung-gedung yang tinggi menjulang. Juga tidak akan lahir bermacam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang telah dicapai umat manusia sampai sekarang ini, yang hampir tak terhitung jumlahnya.
Dengan kekuatan akalnya, manusia dapat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang terus berkembang serta dapat melakukan hal-hal yang hampir tak terhitung jumlahnya. Dengan kekuatan itu, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya. Dia dapat mengolah tanah yang gersang menjadi tanah yang subur. Dengan bahan-bahan yang tersedia di bumi ini manusia dapat membuat variasi-variasi baru yang belum pernah ada. Pengawinan antara kuda dengan keledai, melahirkan hewan jenis baru yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu hewan yang disebut “bagal”. Dengan mengawinkan atau menyilangkan tumbuh-tumbuhan yang berbunga putih dengan yang berbunga merah, maka lahirlah tumbuh-tumbuhan jenis baru, yang berbunga merah putih. Pengolahan logam menjadi barang-barang perhiasan yang beraneka ragam dan alat-alat keperluan hidup sehari-hari dan pengolahan bermacam-macam tumbuh-tumbuhan menjadi bahan pakaian dan makanan untuk kesejahteraan mereka. Pada zaman sekarang ini dapat disaksikan berjuta-juta macam benda hasil penemuan manusia, baik yang kecil maupun yang besar, sebagai hasil kekuatan akalnya.
Adapun para malaikat, mereka tidak mempunyai hawa nafsu yang akan mendorong mereka untuk bekerja mengolah benda-benda alam ini dan memanfaatkannya untuk kepentingan hidup mereka. Oleh karena itu, apabila mereka yang telah dikaruniai kekuatan akal serta bakat-bakat dan kemampuan yang demikian diangkat menjadi khalifah di bumi, maka hal ini adalah wajar, dan menunjukkan pula kesempurnaan ilmu dan ketinggian hikmah Allah swt dalam mengatur makhluk-Nya.
Rangkaian ayat di atas menegaskan bahwa tugas manusia di muka bumi adalah menjadi khalifah. Ketika mengetahui maksud Allah hendak menjadikan khalifah di muka bumi para malaikat bertanya-tanya mengapa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah, padahal mereka banyak berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah? Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para malaikat.
Ternyata yang menjadikan manusia patut mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi adalah karena karunia yang Allah berikan kepada manusia berupa kemampuan untuk mengetahui nama-nama benda seluruhnya serta mengingatnya dan menjelaskannya, sementara para malaikat tidak memiliki kemampuan seperti ini.
Jika ditelaah lebih dalam, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memberikan nama pada hakekatnya adalah kemampuan dasar yang sangat diperlukan manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Kegiatan analisis dan sintesis untuk menghasilkan ilmu pengetahuan tidak mungkin dapat dilakukan tanpa kemampuan untuk mengidentifikasi dan memberi nama. Oleh karena itu, bab atau topik yang menjadi bahasan awal ilmu mantik dan filsafat ilmu pengetahuan adalah tentang “nama”, tentang hakekat nama dan kaitan antara nama dengan konsep yang dirujuk olehnya. Kemampuan memberi nama, baik yang konkrit maupun yang abstrak pada hakekatnya adalah kemampuan untuk membuat konsep yang pada gilirannya memfasilitasi kemampuan untuk melihat keterkaitan antar berbagai konsep serta mensintesis berbagai konsep menjadi konsep baru. Proses ini terjadi terus menerus dan dengan cara demikian ilmu pengetahuan terus terakumulasi dan berkembang.
Sangat sulit untuk membayangkan terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan jika manusia tidak memiliki kemampuan memberi nama atau membangun konsep.
Jika kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan menjadikan manusia pantas untuk mengemban tugas khalifah di muka bumi, maka dapat dimengerti jika Allah swt memberikan derajat yang tinggi kepada manusia yang berilmu. Allah berfirman yang artinya:
… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (al-Mujādalah/58: 11)
Lebih jauh, lihat pula Surah al-Ḥijr/15: 26, 28 dan 33 yang terkait dengan penciptaan manusia, yang artinya :
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (al-Ḥijr/15: 26).
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (al-Ḥijr/15: 28).
Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. ( al-Ḥijr/15: 33).
Pertanyaannya adalah mengapa Adam mampu menjelaskan nama-nama benda-benda itu, sedangkan Malaikat tidak mampu? Dalam beberapa surah, termasuk Surah al-Ḥijr di atas, Allah swt menjelaskan bahwa manusia dibuat dari tanah. Tanah mengandung banyak atom-atom atau unsur-unsur metal (logam) maupun metalloid (seperti-logam) yang sangat diperlukan sebagai katalis dalam proses reaksi kimiawi maupun biokimiawi untuk membentuk molekul-molekul organik yang lebih kompleks. Contoh-contoh unsur-unsur yang ada di tanah itu antara lain, besi (Fe), tembaga (Cu), kobalt (Co), mangan (Mn) dll. Juga dengan adanya unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), fosfor (P) dan oksigen (O), maka unsur-unsur metal maupun metalloid diatas mampu menjadi katalis dalam proses reaksi biokimiawi untuk membentuk molekul yang lebih kompleks seperti ureum, asam amino atau bahkan nukleotida. Molekul-molekul ini dikenal sebagai molekul organik, pendukung suatu proses kehidupan. Otak manusia, yang merupakan organ penting untuk menerima informasi, kemudian menyimpannya, serta mengeluarkannya kembali; terbuat dari unsur-unsur kimiawi diatas, yang tersusun menjadi makro-molekul dan jaringan otak. Instrumen penyimpan informasi lainnya yang dipunyai oleh manusia adalah senyawa kimia yang dikenal sebagai DNA atau desoxyribonucleic acid: asam desoksi ribonukleat. Baik jaringan otak manusia maupun molekul-molekul DNA terdiri dari unsur-unsur utama C,H,O, N dan P.
Prof. Carl Sagan dari Princeton University, AS dalam bukunya The Dragon of Eden memberikan gambaran bahwa manusia memang unggul bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain ciptaan Allah swt.. Salah satu keunggulannya adalah manusia dilengkapi dengan sistem penyimpan informasi/memori. Sistem penyimpan informasi pada manusia ada dua macam, yaitu: (1) Jaringan Otak, yang menyimpan informasi apapun yang dapat direkam olehnya. Otak manusia mempunyai kemampuan untuk menyimpan informasi sebanyak 1013 bits atau 107 Gbits. Penyimpan informasi yang ke (2). DNA-Kromosomal, yaitu molekul DNA yang ada di kromosom, yang menyimpan informasi genetik manusia. Informasi ini akan dialihkan atau diturunkan kepada keturunannya. DNA-kromosomal manusia mampu menyimpan memori sebanyak 2x1010 bits atau sekitar 2x104 Gbits. Kapasitas menyimpan informasi DNA-kromosomal manusia ini sebanding dengan buku setebal 2.000.000 halaman, atau sebanding dengan 4000 jilid buku @ 500 halaman. Kedua penyimpan memori yang canggih ini terbuat dari unsur-unsur yang ada di tanah, subḥānallāh. Inilah jawabannya, mengapa Adam mampu menangkap dan mengerti semua yang diajarkan Allah swt, berupa nama-nama benda-benda; serta mengungkapkannya kembali dengan benar; karena manusia Adam dilengkapi dangan instrumen penyimpan dan pengekspresi kembali memory: jaringan Otak dan DNA yang terdiri dari unsur-unsur tanah itu; sedangkan malaikat tidak demikian halnya. Iblis menyombongkan diri, karena kebodohannya dalam memahami ciptaan Allah swt, dengan melecehkan unsur tanah. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah swt menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi. | PENETAPAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI | Kosakata: Khalīfah خَلِيْفَةً (al-Baqarah/2: 30)
Kata khalīfah berakar dari kata khalafa yang berarti mengganti. Kata khalīfah secara harfiah berarti pengganti. Akar katanya adalah خلف artinya sesuatu yang ada di belakang. Khalifah diartikan pengganti, karena ia menggantikan yang di depannya. Di dalam bahasa Arab, kalimat “Allah menjadi khalīfah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengelolaan dan pemakmuran bumi—bukan secara mutlak—kepada manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah dengan arti ini dinyatakan Allah di dalam surah al-Baqarah/2:30 di mana Allah menjadikan Bani Adam sebagai khalifah di bumi. Di samping arti ini, kata khalifah juga menunjuk arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalīfah dengan arti pemimpin terdapat antara lain di dalam surah ṣād/38:26 di mana Allah mengangkat Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi (Palestina) untuk memimpin umat manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu. Khalifah pada ayat pertama bertugas mengelola dan memakmurkan bumi, sedangkan khalifah pada ayat kedua bertugas menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. | null | null |
41 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 34 | 6 | 1 | 1 | 1 | وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ | Wa iż qulnā lil-malā'ikatisjudū li ādama fasajadū illā iblīs(a), abā wastakbara wa kāna minal-kāfirīn(a). | (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis.14) Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir. | 14 | 14) Iblis, sebagaimana malaikat, juga menerima perintah dari Allah untuk bersujud kepada Adam. Iblis berasal dari golongan jin. | Sebagai bentuk pengakuan malaikat akan keunggulan manusia atas mereka yang dinyatakan Allah pada ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud hormat kepada Nabi Adam. Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu, yakni hormatlah, kepada Adam dengan menundukkan kepala atau badan, bukan sujud ibadah!” Mendengar perintah Allah ini, maka mereka, para malaikat, pun sujud, kecuali Iblis. Iblis adalah makhluk dari jenis jin yang terbuat dari api. Iblis merasa dirinya lebih terhormat daripada Nabi Adam karena dia diciptakan dari api yang salah satu sifatnya adalah panas, membakar, dan membara. Sementara, Nabi Adam diciptakan dari tanah liat, yang kelihatan diam dan tidak bergerak. Ia, Iblis, menolak bersujud kepada Nabi Adam dan menyombongkan diri karena merasa dirinya lebih terhormat, dan, atas tindakannya ini, ia termasuk golongan yang kafir, yaitu makhluk yang menutup diri dari menerima kebenaran, ingkar terhadap kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepadanya, dan ingkar terhadap hikmah yang terkandung di balik titah Allah. | Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan kepada para malaikat agar mereka bersujud atau memberi hormat kepada Adam a.s. Maka malaikat menaati perintah itu, kecuali Iblis, artinya setelah Adam a.s. selesai memberitahukan nama makhluk-makhluk itu kepada para malaikat, Allah memerintahkan kepada mereka bersujud atau memberi hormat kepada Adam a.s. Maka sujudlah malaikat kepada Adam a.s. Perintah itu bukanlah sujud untuk beribadah kepadanya, melainkan sujud sebagai penghormatan semata-mata, dan sebagai pengakuan mereka terhadap kelebihan dan keistimewaan yang ada padanya.
Dalam agama Islam, sujud ibadah hanya diperbolehkan kepada Allah swt semata. Pada hakikatnya, sujud kepada Allah ada dua macam. Pertama, sujud manusia kepada Allah dalam beribadah, yaitu sujud salat, sujud tilawah dan sujud syukur menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam ajaran syariat. Kedua, sujud semua makhluk kepada Allah dengan arti tunduk dan patuh kepada-Nya. Arti yang asli dari kata-kata “sujud” adalah “tunduk dan patuh”.
وَّالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ ٦ (الرحمن)
Dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya). (ar-Raḥmān/55: 6)
وَلِلّٰهِ يَسْجُدُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا
Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa … (ar-Ra‘d/13: 15)
Sujud para malaikat kepada Adam a.s. sebagai penghormatan dan pernyataan tunduk kepadanya, bukan untuk beribadah. Perintah Allah swt kepada mereka untuk sujud kepada Adam menunjukkan kelebihan Adam dari mereka, sehingga ia benar-benar lebih berhak dijadikan khalifah di bumi. Mengenai asal usul kejadian Adam, malaikat dan Iblis, disebutkan bahwa Adam a.s. diciptakan Allah dari tanah dan malaikat diciptakan dari cahaya (nūr),[6] sedang jin, Iblis dan setan diciptakan dari api (nār).
Iblis dan setan selalu membisikkan kepada manusia hal-hal yang tidak benar untuk menggoda dan menyesatkannya dari jalan yang lurus. Bahkan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama telah digoda untuk melanggar larangan Allah swt.
Iblis bukanlah termasuk jenis malaikat, melainkan suatu makhluk dari bangsa jin. Iblis itu pada mulanya pernah berada dalam kalangan malaikat, bergaul dengan mereka dan mempunyai sifat-sifat seperti mereka pula, walaupun asal kejadiannya berbeda dari asal kejadian malaikat. Buktinya ialah firman Allah swt pada akhir ayat tersebut yang menerangkan bahwa ketika Allah swt memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam a.s., maka mereka semuanya patuh, kecuali Iblis. Jadi teranglah bahwa Iblis itu bukanlah dari kalangan malaikat, sebab malaikat selalu patuh dan taat kepada perintah Allah dan tidak pernah membangkang. Arti harfiah “iblis” yaitu “putus asa”, “membangkang”, “diam”, atau “menyesal”.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ اَمْرِ رَبِّهٖۗ اَفَتَتَّخِذُوْنَهٗ وَذُرِّيَّتَهٗٓ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِيْ وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّۗ بِئْسَ لِلظّٰلِمِيْنَ بَدَلًا ٥٠ (الكهف)
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ”Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya…(al-Kahf/18: 50)
Iblis, sama halnya dengan jin dan setan, diciptakan Allah dari api. Iblis menganggap bahwa api lebih mulia daripada tanah. Sebab itu ia memandang dirinya lebih mulia daripada Adam, sebab Adam diciptakan Allah dari tanah. Itulah sebabnya Iblis menolak bersujud kepada Adam.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Iblis itu termasuk jenis malaikat juga, sebab perintah Allah kepada malaikat agar bersujud kepada Adam a.s. adalah ditujukan kepada semua malaikat. Lalu disebutkan, bahwa para malaikat itu semua bersujud kepada Adam a.s., kecuali Iblis. Memang benar, bahwa sifat yang asli dari para malaikat adalah patuh dan taat kepada Allah swt. Namun demikian tidaklah mustahil bahwa sebagian atau salah satu dari mereka ada yang bersifat durhaka, sebagai sifat yang datang kemudian. Itulah Iblis.
Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah menanyakan kepada Iblis apa alasannya untuk tidak bersujud kepada Adam. Allah berfirman:
قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ ٧٥ (ص)
(Allah) berfirman, ”Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?” (ṣād/38:75)
Allah menceritakan jawaban Iblis:
قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ ٧٦ (ص)
(Iblis) berkata, ”Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Ṣād/38:76)
Iblis enggan mematuhi perintah Allah yang menyuruh sujud kepada Adam, dan ia bersikap angkuh karena ia merasa dirinya lebih mulia dan lebih berhak dari Adam untuk dijadikan khalifah. Karena Iblis menolak perintah Allah berdasarkan anggapannya itu, maka ia termasuk makhluk yang kafir kepada Allah. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa Iblis adalah makhluk yang pertama-tama mengingkari perintah Allah. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Iblis merupakan asal dari semua jin, sebagaimana Adam asal dari semua manusia. Jin itu mempunyai keturunan. Mereka penghuni bumi sebelum Adam diciptakan Allah dan mereka telah berbuat kerusakan di bumi. Itulah sebabnya, ketika Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan menjadikan Adam sebagai khalifah di bumi, para malaikat berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan khalifah di bumi orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan suka menumpahkan darah? Jadi malaikat mengira bahwa manusia pun akan berbuat seperti jin ketika mereka berkuasa di bumi. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah swt menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi. | PENETAPAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI | Kosakata: Khalīfah خَلِيْفَةً (al-Baqarah/2: 30)
Kata khalīfah berakar dari kata khalafa yang berarti mengganti. Kata khalīfah secara harfiah berarti pengganti. Akar katanya adalah خلف artinya sesuatu yang ada di belakang. Khalifah diartikan pengganti, karena ia menggantikan yang di depannya. Di dalam bahasa Arab, kalimat “Allah menjadi khalīfah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengelolaan dan pemakmuran bumi—bukan secara mutlak—kepada manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah dengan arti ini dinyatakan Allah di dalam surah al-Baqarah/2:30 di mana Allah menjadikan Bani Adam sebagai khalifah di bumi. Di samping arti ini, kata khalifah juga menunjuk arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalīfah dengan arti pemimpin terdapat antara lain di dalam surah ṣād/38:26 di mana Allah mengangkat Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi (Palestina) untuk memimpin umat manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu. Khalifah pada ayat pertama bertugas mengelola dan memakmurkan bumi, sedangkan khalifah pada ayat kedua bertugas menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. | null | 1. Allah telah menetapkan Nabi Adam menjadi khalifah di bumi. Allah telah mengaruniakan kepada manusia (yaitu Adam dan keturunannya) kekuatan akal dan daya pikir yang memungkinkannya mengembangkan ilmu pengetahuannya untuk menyelidiki dan memanfaatkan segala yang tersedia di bumi ini.
2. Apabila seseorang belum mempunyai pengetahuan tentang suatu masalah, hendaklah ia mempelajarinya dari yang sudah mengetahuinya. Demikian pula sebaliknya, apabila mempunyai ilmu, hendaklah ia mengajarkannya kepada orang lain dengan rendah hati, tulus ikhlas dan penuh rasa kasih sayang.
3. Orang-orang yang berilmu pengetahuan pantas dimuliakan.
4. Para malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada Allah, tetapi Iblis adalah makhluk yang durhaka dan pembangkang. |
42 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 35 | 6 | 1 | 1 | 1 | وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ | Wa qulnā yā ādamuskun anta wa zaujukal-jannata wa kulā minhā ragadan ḥaiṡu syi'tumā, wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takūnā minaẓ-ẓālimīn(a). | Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini,15) sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”16) | 15, 16 | 15) Setan menipu Nabi Adam a.s. bahwa siapa yang memakan buah pohon itu akan kekal di dalam surga (lihat surah Ṭāhā [20]: 120).
16) Yaitu orang yang berbuat aniaya yang mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri atau orang lain. | Setelah persoalan dengan malaikat selesai dengan sujudnya malaikat kepada Nabi Adam, dan persoalan dengan Iblis juga selesai dengan menolaknya Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam, maka pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Adam dan istrinya, Hawa, untuk menghuni surga sebagai penghormatan kepadanya. Inilah bentuk lain dari anugerah dan kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia di samping menjadi khalifah dan sujudnya malaikat kepadanya. Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga,” yakni surga yang dijanjikan Allah bagi orang mukmin di akhirat kelak, atau bisa juga berarti suatu taman. Allah melanjutkan firman-Nya, “Dan makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu secara bebas, di mana saja, dan kapan saja.” Tetapi, Allah mengingatkan mereka agar jangan memakan satu buah tertentu, bahkan melarang mereka mendekati tanaman tersebut, karena mendekatinya dapat menggoda mereka untuk memetiknya. “Janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim,” karena melanggar aturan Allah. | Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan Adam a.s. dan istrinya untuk menempati surga yang telah disediakan untuk mereka. Mengenai surga yang disebutkan dalam ayat ini, sebagian besar mufasir, mengatakan bahwa surga yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah surga di langit yang dijanjikan Allah sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Menurut mufasir lain, surga yang tersebut dalam ayat itu adalah suatu taman, tempat Adam dan istrinya berdiam dan diberi kenikmatan hidup yang cukup.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Adam a.s. dan istrinya dibolehkan menikmati makanan apa saja dan di mana saja dalam surga tersebut dengan aman dan leluasa, hanya saja Allah swt melarang mereka mendekati dan memakan buah pohon tertentu yang hanya merupakan salah satu pohon saja di antara banyak pohon yang ada dalam surga itu. Setan menamakan pohon tersebut pohon keabadian, karena menurutnya, jika Adam a.s. dan istrinya memakan buah pohon itu maka mereka akan dapat kekal selama-lamanya dalam surga. Padahal yang sebenarnya adalah sebaliknya, yaitu apabila ia dan istrinya memakan buah pohon itu maka mereka akan dikeluarkan dari surga, karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap larangan Allah swt. Jika mereka melanggar larangan itu, maka mereka termasuk golongan orang zalim terhadap diri mereka, dan akan menerima hukuman dari Allah swt yang akan mengakibatkan mereka kehilangan kehormatan dan kebahagiaan yang telah mereka peroleh.
Dalam ayat ini Allah swt tidak menjelaskan hakikat dari pohon tersebut. Seseorang tak akan dapat menentukannya tanpa ada dalil yang pasti. Lagi pula, maksud utama dari kisah ini sudah tercapai tanpa memberikan keterangan tentang hakikat pohon tersebut. Tetapi dapat dikatakan bahwa larangan Allah swt, kepada Adam a.s. dan istrinya untuk mendekati pohon itu dan memakan buahnya, tentulah berdasarkan suatu hikmah daripada-Nya, yaitu merupakan suatu ujian dari Allah swt terhadap Adam a.s. dan istrinya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan bahwa Allah telah mengangkat Adam a.s. menjadi khalifah di bumi dan bahwa Adam a.s. telah diberi-Nya ilmu pengetahuan kemudian para malaikat diperintahkan agar bersujud kepadanya (Adam a.s.) dan mereka mematuhi perintah itu, kecuali Iblis. Selanjutnya dalam ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan penempatan Adam a.s. dan istrinya di surga, godaan setan terhadap mereka, dan akibat dari godaan itu. Kemudian diakhiri-Nya dengan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya; dan ancaman terhadap orang-orang yang kafir. | PENEMPATAN ADAM DI SURGA
DAN GODAAN SETAN KEPADANYA | Kosakata: Syaiṭān شَيْطَانُ (al-Baqarah/2: 36)
Kata syaiṭān berakar dari kata syaṭana yang berarti jauh. Disebut syaiṭān karena jauh dari kebaikan, kebenaran dan perintah Allah. Jadi, setiap yang membangkang kepada Allah swt disebut syaiṭān (setan), baik dari golongan jin atau manusia—sesuai dengan surah al-An‘am/6: 112. Ambisi setan adalah menyesatkan umat manusia sehingga jauh dari kebenaran. Atau kata tersebut terambil dari kata syāṭa-yasyīṭu artinya terbakar dalam kemarahan. Syaiṭān mempunyai sifat demikian karena ia tercipta dari api (al-A‘rāf/7: 12). Di dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa di antara tingkah laku keji setan adalah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga, menakut-nakuti akan kefakiran dan menyuruh melakukan kejahatan, menakut-nakuti agar tidak berbuat kebenaran, menipu manusia dengan kata-kata indah, mengelabui manusia sehingga kejahatan dan maksiat terlihat baik di matanya, menimbulkan kebencian dan permusuhan sesama manusia, membuat manusia lupa dari mengingat Allah, dan lain-lain. Karena itu, kita diperintahkan mewaspadai bisikan-bisikan setan, tidak mengikuti langkah-langkahnya, dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan-godaannya. Di dalam surah al-A‘rāf/7: 27 dijelaskan bahwa setan dari golongan jin tidak terlihat oleh kita sementara mereka melihat kita. Itulah sebabnya mengapa kita harus selalu waspada terhadap tipu daya dan godaan setan. | null | null |
43 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 36 | 6 | 1 | 1 | 1 | فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ | Fa'azallahumasy-syaiṭānu ‘anhā fa akhrajahumā mimmā kānā fīh(i), wa qulnahbiṭū ba‘ḍukum liba‘ḍin ‘aduww(un), wa lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matā‘un ilā ḥīn(in). | Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya17) sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” | 17 | 17) Nabi Adam a.s. dan Hawa memakan buah pohon yang dilarang itu sehingga diusir Allah Swt. dari surga dan diturunkan ke dunia. | Lalu setan memperdayakan keduanya dengan berbagai macam cara agar mereka keluar dari dalam surga sehingga keduanya benar-benar dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya di sana, yakni di dalam surga. Sebagai manusia yang tercipta dari tanah liat (materi), Nabi Adam mempunyai titik lemah yaitu keinginan untuk tetap abadi di dalam surga, karena surga adalah gudangnya materi. Adanya materi berarti keabadian. Setelah Nabi Adam dan Hawa memakan buah larangan tersebut, keduanya mendapatkan sanksi berupa terlucutinya pakaian mereka sehingga mereka berdua mencari penutup auratnya dengan daun-daun pepohonan surga. Di samping itu, Allah memerintahkan mereka untuk turun ke dunia. Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, yakni antara manusia (Nabi Adam) dengan setan, atau bisa juga antarsesama manusia. Dan bagi kamu, manusia dan setan, ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan, yakni hari Kiamat.” Selanjutnya Nabi Adam dan Hawa dipersilakan Allah untuk hidup menetap di dunia, memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di bumi, baik berupa makanan, minuman, tempat tinggal, flora, fauna, dan lain-lainnya, sampai pada masa yang ditentukan, yaitu pada saat kematiannya yang tidak tahu kapan hal itu datang. Inilah babak baru bagi Adam dalam menjalani misi kekhalifahannya di bumi. | Dalam ayat ini dijelaskan, bahwa setan telah menggoda Adam a.s. dan istrinya sehingga akhirnya mereka tergoda dan melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah pohon itu. Dalam ayat lain juga disebutkan bagaimana setan itu membujuk Adam a.s. dan istrinya.
فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ الشَّيْطٰنُ قَالَ يٰٓاٰدَمُ هَلْ اَدُلُّكَ عَلٰى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلٰى ١٢٠ (طٰهٰ)
Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, ”Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Ṭāhā/20: 120)
Dalam firman-Nya yang lain disebutkan pula bujukan setan itu:
وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ
… Dan (setan) berkata, ”Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).” (al-A‘rāf/7: 20)
Dalam melakukan godaan itu, setan berusaha untuk meyakinkan Adam a.s. bahwa ia benar-benar hanya memberikan nasihat yang baik dan untuk itu ia bersumpah:
وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَۙ ٢١ (الاعراف)
”…Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu.” (al-A‘rāf/7: 21).
Karena kesalahan yang telah dilakukan Adam dan istrinya, maka Allah swt mengeluarkan mereka dari kenikmatan dan kemuliaan yang telah mereka peroleh selama ini, lalu Allah swt memerintahkan agar mereka turun dari surga itu ke bumi. Sejak itu mereka dan setan senantiasa dalam keadaan bermusuhan satu sama lain.
Selanjutnya, Allah menerangkan bahwa mereka itu akan memperoleh tempat tinggal dan kenikmatan hidup di bumi sampai kepada ajal masing-masing. Dengan demikian, tak seorang pun yang akan hidup kekal di bumi. Jelaslah kebohongan bisikan-bisikan setan kepada Adam a.s. dan istrinya, bahwa dengan memakan buah pohon itu mereka akan kekal selama-lamanya di dalam surga.
Dalam ayat tersebut terdapat isyarat, bahwa Adam a.s. dikeluarkan bersama istrinya dari surga ke bumi bukanlah untuk membinasakan mereka, melainkan agar mereka bekerja memakmurkan bumi ini, dan bukan menjauhkan mereka dari kenikmatan hidup, sebab di bumi pun mereka tetap dikaruniai kenikmatan; dan tidak pula untuk hidup kekal, karena suatu ketika mereka akan menemui ajal dan meninggalkan dunia yang fana ini. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan bahwa Allah telah mengangkat Adam a.s. menjadi khalifah di bumi dan bahwa Adam a.s. telah diberi-Nya ilmu pengetahuan kemudian para malaikat diperintahkan agar bersujud kepadanya (Adam a.s.) dan mereka mematuhi perintah itu, kecuali Iblis. Selanjutnya dalam ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan penempatan Adam a.s. dan istrinya di surga, godaan setan terhadap mereka, dan akibat dari godaan itu. Kemudian diakhiri-Nya dengan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya; dan ancaman terhadap orang-orang yang kafir. | PENEMPATAN ADAM DI SURGA
DAN GODAAN SETAN KEPADANYA | Kosakata: Syaiṭān شَيْطَانُ (al-Baqarah/2: 36)
Kata syaiṭān berakar dari kata syaṭana yang berarti jauh. Disebut syaiṭān karena jauh dari kebaikan, kebenaran dan perintah Allah. Jadi, setiap yang membangkang kepada Allah swt disebut syaiṭān (setan), baik dari golongan jin atau manusia—sesuai dengan surah al-An‘am/6: 112. Ambisi setan adalah menyesatkan umat manusia sehingga jauh dari kebenaran. Atau kata tersebut terambil dari kata syāṭa-yasyīṭu artinya terbakar dalam kemarahan. Syaiṭān mempunyai sifat demikian karena ia tercipta dari api (al-A‘rāf/7: 12). Di dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa di antara tingkah laku keji setan adalah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga, menakut-nakuti akan kefakiran dan menyuruh melakukan kejahatan, menakut-nakuti agar tidak berbuat kebenaran, menipu manusia dengan kata-kata indah, mengelabui manusia sehingga kejahatan dan maksiat terlihat baik di matanya, menimbulkan kebencian dan permusuhan sesama manusia, membuat manusia lupa dari mengingat Allah, dan lain-lain. Karena itu, kita diperintahkan mewaspadai bisikan-bisikan setan, tidak mengikuti langkah-langkahnya, dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan-godaannya. Di dalam surah al-A‘rāf/7: 27 dijelaskan bahwa setan dari golongan jin tidak terlihat oleh kita sementara mereka melihat kita. Itulah sebabnya mengapa kita harus selalu waspada terhadap tipu daya dan godaan setan. | null | null |
44 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 37 | 6 | 1 | 1 | 1 | فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ | Fatalaqqā ādamu mir rabbihī kalimātin fatāba ‘alaih(i), innahū huwat-tawwābur- raḥīm(u). | Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat18) dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. | 18 | 18) Yang dimaksud dengan beberapa kalimat pada ayat ini adalah ucapan untuk memohon ampunan (tobat) dari Allah Swt., seperti disebut dalam surah al-A‘rāf (7): 23. | Nabi Adam dan Hawa merasakan penyesalan yang sangat dalam atas kejadian yang baru saja berlalu. Keduanya tersadar telah diperdayakan oleh setan. Lalu keduanya meminta ampun kepada Allah. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat, yakni doa penyesalan dan permintaan tobat, sebagaimana tersirat dalam Surah al-A ‘raf/7: 23, dari Tuhannya, kemudian mereka bertobat, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. | Dalam ayat ini diterangkan bahwa setelah Adam a.s. dikeluarkan dari surga, dia menerima ilham dari Allah swt yang mengajarkan kepadanya kata-kata untuk bertobat. Lalu Adam bertobat dan memohon ampun kepada Allah dengan menggunakan kata-kata tersebut, yang berbunyi sebagai berikut:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٢٣ (الاعراف)
Keduanya berkata, ”Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (al-A‘rāf/7: 23)
Setelah Adam berdoa memohon ampunan kepada Allah dengan mengucapkan kata-kata tersebut, Allah pun menerima tobatnya, dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Adam. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat dan Maha Pengasih. Sebab Allah senantiasa memberikan maaf dan ampunan serta rahmat-Nya kepada orang-orang yang bertobat dari kesalahannya.
Tobat yang diterima Allah adalah tobat yang memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Menyesali dan meninggalkan segala kesalahan yang telah dilakukan.
2. Menjauhi dan tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan dan perbuatan-perbuatan semacam itu.
3. Mengiringi perbuatan dosa itu dengan perbuatan-perbuatan yang baik.
Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda:
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا (رواه الترمذي عن أبي ذر)
“Iringilah perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan dosanya”. (Riwayat at-Tirmiżi dari Abī Żarr)
Dalam ayat ini ada dua macam sifat Allah swt yang disebutkan sekaligus, yaitu “Maha Penerima tobat”, dan “Maha Pengasih”. Hal ini merupakan isyarat tentang jaminan Allah kepada setiap orang yang bertobat menurut cara-cara yang tersebut di atas, bahwa Allah swt akan melimpahkan kepadanya kebajikan dan ampunan-Nya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan bahwa Allah telah mengangkat Adam a.s. menjadi khalifah di bumi dan bahwa Adam a.s. telah diberi-Nya ilmu pengetahuan kemudian para malaikat diperintahkan agar bersujud kepadanya (Adam a.s.) dan mereka mematuhi perintah itu, kecuali Iblis. Selanjutnya dalam ayat-ayat ini Allah swt menjelaskan penempatan Adam a.s. dan istrinya di surga, godaan setan terhadap mereka, dan akibat dari godaan itu. Kemudian diakhiri-Nya dengan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya; dan ancaman terhadap orang-orang yang kafir. | PENEMPATAN ADAM DI SURGA
DAN GODAAN SETAN KEPADANYA | Kosakata: Syaiṭān شَيْطَانُ (al-Baqarah/2: 36)
Kata syaiṭān berakar dari kata syaṭana yang berarti jauh. Disebut syaiṭān karena jauh dari kebaikan, kebenaran dan perintah Allah. Jadi, setiap yang membangkang kepada Allah swt disebut syaiṭān (setan), baik dari golongan jin atau manusia—sesuai dengan surah al-An‘am/6: 112. Ambisi setan adalah menyesatkan umat manusia sehingga jauh dari kebenaran. Atau kata tersebut terambil dari kata syāṭa-yasyīṭu artinya terbakar dalam kemarahan. Syaiṭān mempunyai sifat demikian karena ia tercipta dari api (al-A‘rāf/7: 12). Di dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa di antara tingkah laku keji setan adalah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga, menakut-nakuti akan kefakiran dan menyuruh melakukan kejahatan, menakut-nakuti agar tidak berbuat kebenaran, menipu manusia dengan kata-kata indah, mengelabui manusia sehingga kejahatan dan maksiat terlihat baik di matanya, menimbulkan kebencian dan permusuhan sesama manusia, membuat manusia lupa dari mengingat Allah, dan lain-lain. Karena itu, kita diperintahkan mewaspadai bisikan-bisikan setan, tidak mengikuti langkah-langkahnya, dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan-godaannya. Di dalam surah al-A‘rāf/7: 27 dijelaskan bahwa setan dari golongan jin tidak terlihat oleh kita sementara mereka melihat kita. Itulah sebabnya mengapa kita harus selalu waspada terhadap tipu daya dan godaan setan. | null | 1. Allah swt memerintahkan Adam dan Hawa agar tetap tinggal di surga dengan ketentuan bahwa mereka tidak boleh memakan buah pohon keabadian. Tetapi setan menggodanya, sehingga mereka berdua memakan buah itu. Karena itu Allah memerintahkan mereka turun ke bumi.
2. Manusia hidup di dunia ini hanyalah untuk waktu yang terbatas, yaitu sampai pada saat datangnya ajal masing-masing. Sebab itu, umur kita yang singkat itu hendaklah digunakan sebaik-baiknya untuk berbuat amal kebajikan, guna mempersiapkan diri untuk memperoleh kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak.
3. Apabila manusia terlanjur melakukan suatu kesalahan, kemudian dia segera bertobat kepada Allah, maka Allah akan menerima tobatnya.
4. Dari kisah ini dapat diambil pelajaran bahwa manusia dalam kehidupannya akan menemui ujian yang akan membuktikan keimanannya yang sungguh-sungguh. |
45 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 38 | 7 | 1 | 1 | 1 | قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ | Qulnahbiṭū minhā jamī‘ā(n), fa'immā ya'tiyannakum minnī hudan faman tabi‘a hudāya falā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a). | Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.” | null | null | Untuk menghapus kemungkinan kesalahpahaman bahwa perintah turun itu hanya dari satu tingkat ke tingkat lain yang lebih rendah di dalam surga, Allah mengulangi lagi perintah itu pada ayat ini. Kami berfirman, “Turunlah kamu semua, yakni setan dan manusia, dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku melalui penyampaian para nabi kepadamu, wahai Adam dan pasanganmu serta anak cucumu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka terhadap hal-hal negatif yang akan terjadi dan mereka juga tidak akan bersedih hati terhadap hal-hal negatif yang sudah terjadi.” | Pada ayat ini Allah mengulangi lagi perintah-Nya agar Adam dan Hawa keluar dari surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan hidup, pindah ke bumi yang menghendaki kerja keras dan perjuangan. Kepadanya dibentangkan dua macam jalan. Pertama, adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, yaitu dengan beriman kepada Allah serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Kedua, jalan yang akan membawa manusia kepada kerugian dan kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat kelak, yaitu jalan orang kafir dan durhaka terhadap-Nya, serta menuruti bujukan-bujukan setan.
Siapa yang mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan Allah melalui rasul-rasul-Nya, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman. Mereka tidak akan merasa cemas, karena iman dan ketaatan mereka yang teguh kepada kekuasaan dan rahmat Allah. Mereka tidak akan merasa sedih dan menyesal atas kejadian-kejadian pada masa lalu yang menimbulkan kerugian harta benda atau pun kehilangan anggota keluarga dan sebagainya, karena bagi orang-orang yang beriman dan selalu berpegang kepada petunjuk-petunjuk Allah, mudah baginya menghadapi segala macam musibah dan cobaan-cobaan yang menimpa dirinya. Sebab dia percaya bahwa kesabaran dan penyerahan diri kepada Allah adalah jalan yang terbaik untuk memperoleh keridaan-Nya, di samping pahala dan ganjaran yang diperolehnya dari Allah sebagai ganti yang lebih baik dari yang hilang.
Agama mengharamkan sebagian dari makanan yang lezat untuk dinikmati oleh manusia. Larangan tersebut disebabkan karena kerusakan yang dapat ditimbulkannya, baik terhadap pribadi orang yang melakukannya, maupun terhadap orang lain dan masyarakat umum. Maka siapa yang dapat membayangkan bahaya yang mungkin timbul karena menikmati kelezatan yang telah diharamkan itu, dan dapat pula menggambarkan dalam pikirannya pengaruh-pengaruh dan bekas-bekas jelek yang akan menimpa dirinya karena perbuatan itu, baik terhadap dirinya maupun terhadap umatnya, niscaya dia menghindari setiap kelezatan yang diharamkan itu, seperti larinya orang-orang yang sehat dari penyakit kusta. Lebih-lebih orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, dia akan memandang bahwa yang dilarang agama akan menimbulkan aib dan kekotoran pada dirinya dan akan menjauhkannya dari kebahagiaan dan kemuliaan di hari kiamat kelak. Orang-orang yang bersih dari perbuatan dosa di dunia ini nanti akan kelihatan wajahnya berseri-seri, sedang orang-orang yang selalu bergelimang dosa akan kelihatan wajahnya hitam muram. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan, bahwa Allah telah memerintahkan Adam dan istrinya untuk turun dari surga ke bumi, karena mereka telah melanggar larangan-Nya. Di bumi, mereka diberi-Nya kesenangan hidup sampai kepada waktu yang ditentukan. Dia telah menerima tobatnya pula. Pada ayat-ayat ini Allah menjelaskan keuntungan yang akan diperoleh orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan kerugian yang akan diperoleh orang-orang kafir dan yang mendustakan ayat-ayat-Nya. | KEUNTUNGAN ORANG YANG MENGIKUTI
PETUNJUK ALLAH DAN KERUGIAN ORANG KAFIR | 1. Khauf خَوْفٌ (al-Baqarah/2: 38)
Khauf berarti kondisi hati tidak tenang terkait dengan perkara di masa datang. Kata khauf, khasyyah dan taqwā memiliki kedekatan makna, namun tidak sama. Khasyyah lebih tinggi tingkatannya dari khauf atau ketakutan yang sangat. Khasyyah adalah rasa takut karena kebesaran dan keagungan sesuatu yang ditokohkan, walaupun yang takut adalah juga yang kuat. Sedangkan khauf terjadi karena lemahnya mental orang yang takut walaupun yang ditakuti adalah sesuatu yang sepele. Menurut Ibnul Qayyim, orang yang mengalami khauf, merespon dengan lari dan menjauh dari obyek yang ditakuti, sedangkan orang yang mengalami khasyyah bereaksi dengan pengetahuan dan mendekat kepada obyek takut. Seperti orang awam dan dokter, reaksi orang awam terhadap penyakit adalah lari dari penyakit, dan reaksi dokter mendekati penyakit dengan penelitian dan percobaan dengan menggunakan obat-obatan. Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa orang yang mengikuti hidayah Allah tidak pernah cemas dan sedih.
2. Yaḥzanūn يَحْزَنُوْنَ (al-Baqarah/2: 38)
Yaḥzanūn terambil dari akar kata ḥazn,atau ḥuzn yang berarti sedih lawan bahagia. Sedih adalah kondisi hati tidak tenang berkaitan dengan perkara di masa lampau. Kata khauf (takut) disebut secara beriringan dengan ḥuzn dalam bentuk negatif sebanyak 16 kali, dan kesemuanya menjelaskan keadaan orang-orang mukmin yang beramal saleh di surga. Mereka tidak lagi merasa takut dan sedih seperti yang mereka alami di dunia. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bila Allah berjanji menghilangkan perasaan sedih dan takut dari orang sebagai balasan melakukan suatu perbuatan, maka janji ini menunjukkan masyrū‘iyyah (legalitas) perbuatan tersebut yang berkisar antara hukum wajib dan sunnah. | null | null |
46 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 39 | 7 | 1 | 1 | 1 | وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ | Wal-lażīna kafarū wa każżabū bi'āyātinā ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a). | (Sementara itu,) orang-orang yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. | null | null | Adapun sebaliknya, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami dan enggan bertobat, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya bukan saja karena mereka kafir, tetapi juga karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami, yakni tahu dan mengerti ayat-ayat Kami, tetapi menolaknya. | Dalam ayat ini Allah swt menegaskan bahwa orang yang tidak mau mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya, dan orang yang kafir terhadap ayat-ayat-Nya, serta mendustakan ayat-ayat itu dengan ucapannya, maka balasan bagi mereka adalah neraka. Keingkaran terhadap ayat-ayat Allah swt adalah suatu kekafiran, baik kekafiran itu disebabkan karena tidak percaya atas kebenaran Rasulullah, atau kekafiran yang disebabkan oleh kesombongan dan keangkuhan yang mendorong untuk mendustakan rasul. Mengenai mereka ini Allah swt berfirman kepada Rasul-Nya:
فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ
“… (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (al-An‘ām/6: 33)
Orang-orang mukmin mempunyai keimanan di dalam hati dan diucapkannya dengan lidahnya. Ada pula orang yang ingkar di dalam hati, tetapi lidahnya mengucapkan bahwa dia beriman. Inilah orang munafik. Lain di mulut, lain di hati dan lain pula dalam perbuatan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan, bahwa Allah telah memerintahkan Adam dan istrinya untuk turun dari surga ke bumi, karena mereka telah melanggar larangan-Nya. Di bumi, mereka diberi-Nya kesenangan hidup sampai kepada waktu yang ditentukan. Dia telah menerima tobatnya pula. Pada ayat-ayat ini Allah menjelaskan keuntungan yang akan diperoleh orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan kerugian yang akan diperoleh orang-orang kafir dan yang mendustakan ayat-ayat-Nya. | KEUNTUNGAN ORANG YANG MENGIKUTI
PETUNJUK ALLAH DAN KERUGIAN ORANG KAFIR | 1. Khauf خَوْفٌ (al-Baqarah/2: 38)
Khauf berarti kondisi hati tidak tenang terkait dengan perkara di masa datang. Kata khauf, khasyyah dan taqwā memiliki kedekatan makna, namun tidak sama. Khasyyah lebih tinggi tingkatannya dari khauf atau ketakutan yang sangat. Khasyyah adalah rasa takut karena kebesaran dan keagungan sesuatu yang ditokohkan, walaupun yang takut adalah juga yang kuat. Sedangkan khauf terjadi karena lemahnya mental orang yang takut walaupun yang ditakuti adalah sesuatu yang sepele. Menurut Ibnul Qayyim, orang yang mengalami khauf, merespon dengan lari dan menjauh dari obyek yang ditakuti, sedangkan orang yang mengalami khasyyah bereaksi dengan pengetahuan dan mendekat kepada obyek takut. Seperti orang awam dan dokter, reaksi orang awam terhadap penyakit adalah lari dari penyakit, dan reaksi dokter mendekati penyakit dengan penelitian dan percobaan dengan menggunakan obat-obatan. Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa orang yang mengikuti hidayah Allah tidak pernah cemas dan sedih.
2. Yaḥzanūn يَحْزَنُوْنَ (al-Baqarah/2: 38)
Yaḥzanūn terambil dari akar kata ḥazn,atau ḥuzn yang berarti sedih lawan bahagia. Sedih adalah kondisi hati tidak tenang berkaitan dengan perkara di masa lampau. Kata khauf (takut) disebut secara beriringan dengan ḥuzn dalam bentuk negatif sebanyak 16 kali, dan kesemuanya menjelaskan keadaan orang-orang mukmin yang beramal saleh di surga. Mereka tidak lagi merasa takut dan sedih seperti yang mereka alami di dunia. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bila Allah berjanji menghilangkan perasaan sedih dan takut dari orang sebagai balasan melakukan suatu perbuatan, maka janji ini menunjukkan masyrū‘iyyah (legalitas) perbuatan tersebut yang berkisar antara hukum wajib dan sunnah. | null | 1. Orang-orang yang mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dengan penuh keimanan dan ketaatan, tidak akan ada rasa khawatir dan sedih pada diri mereka, dan mereka yakin akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.
2. Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah akan menjadi penghuni neraka selama-lamanya. |
47 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 40 | 7 | 1 | 1 | 1 | يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَوْفُوْا بِعَهْدِيْٓ اُوْفِ بِعَهْدِكُمْۚ وَاِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ | Yā banī isrā'īlażkurū ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa aufū bi‘ahdī ūfi bi‘ahdikum, wa iyyāya farhabūn(i). | Wahai Bani Israil,19) ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan penuhilah janjimu kepada-Ku,20) niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu. Hanya kepada-Ku hendaknya kamu takut. | 19, 20 | 19) Israil adalah nama lain Nabi Ya‘qub a.s. Oleh karena itu, Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya‘qub a.s. yang sekarang dikenal sebagai bangsa Yahudi.
20) Di antara janji Bani Israil kepada Allah Swt. ialah hanya menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya, dan beriman kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat. | Ayat ini dan beberapa ayat setelahnya berbicara tentang Bani Israil, yakni anak keturunan Israil, nama lain dari Nabi Yakub, cucu Nabi Ibrahim. Mereka juga dikenal dengan sebutan Yahudi. Wahai Bani Israil! Ingatlah dan renungkanlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan nenek moyangmu seperti turunnya petunjuk-petunjuk Ilahi, penyelamatan dari musuh-musuhmu, dan lain-lain. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku yang telah kamu nyatakan di dalam jiwamu, niscaya Aku penuhi pula janji-Ku kepadamu dengan memberi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia serta pahala dan surga di akhirat nanti, dan takutlah serta tunduklah kamu hanya kepada-Ku saja. | Allah memulai ayat ini dengan menyebut Bani Israil (orang-orang Yahudi), karena merekalah bangsa yang paling dahulu mengemban kitab Samawiyah, dan karena di antara mereka terdapat pula orang-orang yang paling keras memusuhi orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw. Kalau mereka masuk Islam maka hal itu akan merupakan alasan yang kuat yang dapat diarahkan kepada orang-orang Nasrani dan orang kafir yang lain yang tidak mau beriman, karena bangsa Yahudilah yang paling dahulu berjanji kepada Allah swt bahwa mereka akan beriman kepada setiap nabi yang diutus-Nya, apabila telah ada bukti-bukti yang nyata.
Israil adalah gelar yang diberikan kepada Nabi Yakub. Karena itu keturunannya dinamakan dengan Bani Israil. Nabi Yakub terkenal sebagai hamba Allah yang amat saleh, sabar, dan tawakal. Maka Allah memanggil anak cucu Yakub dalam permulaan ayat ini dengan sebutan “Bani Israil” untuk mengingatkan kepada mereka agar mereka mencontoh nenek moyang mereka itu dalam hal keimanan, ketaatan, kesalehan, ketakwaan dan kesabaran serta sifat-sifat lain yang terpuji. Hal ini disebabkan karena pada waktu turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw, tampak gejala-gejala bahwa tingkah laku Bani Israil itu sudah melampaui batas, dan jauh menyimpang dari ajaran dan sifat-sifat nenek moyang mereka, terutama sikap mereka terhadap Al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Mereka tidak mau beriman bahwa Al-Qur’an itu adalah wahyu Allah, bahkan mereka mendustakan kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Seharusnya merekalah yang paling dahulu beriman kepada Nabi Muhammad saw, sebab berita tentang kedatangannya telah disebutkan lebih dahulu dalam kitab suci mereka, yaitu Taurat.
Dalam ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah kepada Bani Israil, yaitu:
1. Agar mereka senantiasa mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan mensyukurinya dengan lisan dan perbuatan. Wujud nikmat-nikmat tersebut memang tidak diterangkan dalam ayat ini. Tetapi yang dimaksud antara lain bahwa Allah telah memilih nabi-nabi-Nya dari kalangan mereka. Hal ini terjadi dalam masa yang cukup lama, sehingga mereka diberi julukan sebagai Sya‘bullāh al-Mukhtār yaitu “hamba-hamba Allah yang terpilih”. Semuanya itu harus mereka ingat dan mereka syukuri. Salah satu cara untuk mensyukurinya ialah beriman kepada setiap nabi yang diutus Allah untuk memberikan bimbingan kepada manusia. Tetapi dalam kenyataannya mereka menjadikan nikmat tersebut sebagai alasan untuk tidak menerima seruan Nabi Muhammad saw, malahan mengejeknya, dan mengatakan bahwa nikmat dan karunia Allah hanya tertentu untuk mereka saja.
2. Janji mereka kepada Allah ada dua macam, pertama janji yang berlaku bagi seluruh manusia, yaitu bahwa mereka harus menimbang segala masalah dengan timbangan akal dan pikiran serta penyelidikan yang akan membawa mereka mengetahui hakikat segala sesuatu, sebagai jalan untuk mengenal Allah. Kedua, janji bahwa mereka hanya akan menyembah Allah semata-mata, dan tidak akan memperserikatkan-Nya dengan sesuatu pun; dan bahwa mereka akan beriman kepada rasul-rasul-Nya. Andaikata Bani Israil yang ada pada masa itu memperhatikan janji-janji tersebut, antara lain ialah bahwa Allah akan mengutus seorang nabi yang berasal dari keturunan saudara nenek moyang mereka[7] yang menurunkan suatu bangsa yang baru, yaitu bangsa Arab, niscaya mereka beriman kepada Nabi Muhammad saw dan pasti pula mereka mengikuti petunjuk yang diturunkan Allah kepadanya. Dengan demikian mereka akan termasuk orang-orang yang memperoleh kemenangan. Sebaliknya, jika mereka memenuhi janji kepada Allah, maka Allah akan mengizinkan mereka untuk menetap di tanah suci Palestina, dan mereka akan diberi kemuliaan serta kehidupan yang makmur. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka tidak memenuhi janji-janji mereka itu, antara lain disebabkan karena rasa takut dan khawatir terhadap satu sama lainnya.
3. Agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata. Perintah ini diberikan Allah, karena kenyataan menunjukkan bahwa Bani Israil itu tidak memenuhi janji-janji mereka kepada Allah antara lain, mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad saw. Hal itu disebabkan karena rasa takut mereka terhadap satu sama lain. Maka Allah memerintahkan agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata, dan jangan takut kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah sajalah yang menguasai segala persoalan. Dialah yang telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada mereka, Dia pula yang kuasa untuk mencabut kembali nikmat itu dari tangan mereka, dan Dia pula yang akan mengazab mereka karena tidak mensyukuri nikmat itu. Mereka seharusnya tidak perlu merasa takut terhadap sesamanya karena khawatir akan hilangnya sebagian dari keuntungan-keuntungan mereka, atau akan terjadinya malapetaka atas diri mereka karena mengikuti yang hak dan menyalahi kemauan pemimpin-pemimpin mereka. Allah lebih kuasa daripada pemimpin-pemimpin itu. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan keberuntungan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, dan kerugian orang yang mengingkari dan mendustakan-Nya. Maka pada ayat-ayat ini Allah menunjukkan firman-Nya kepada Bani Israil, serta memberikan beberapa peringatan dan ancaman kepada mereka, karena banyak dari mereka melawan perintah Allah. | BEBERAPA PERINTAH DAN LARANGAN
ALLAH KEPADA BANI ISRAIL | Kosakata: Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)
Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak. | null | null |
48 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 41 | 7 | 1 | 1 | 1 | وَاٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُوْنُوْٓا اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ ۖ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ | Wa āminū bimā anzaltu muṣaddiqal limā ma‘akum wa lā takūnū awwala kāfirim bih(ī), wa lā tasytarū bi'āyātī ṡamanan qalīlā(n), wa iyyāya fattaqūn(i). | Berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku. | null | null | Tuntunan pada ayat di atas dipertegas lagi dengan mengajak mereka memeluk Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Dan berimanlah kamu kepada apa, yakni Al-Qur'an, yang telah Aku turunkan kepada Nabi Muhammad yang membenarkan apa, yakni Taurat, Zabur, dan lain-lain, yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama, yakni yang paling gigih dan paling keras mengingkari dan kafir kepadanya. Janganlah kamu jual, campakkan, atau tukar ayat-ayat Ku dengan kemegahan duniawi dan dengan harga yang pada hakikatnya murah walaupun tampak mahal, dan bertakwalah hanya kepada-Ku, sebab dengan itu kamu akan dapat menjalankan perintah-Ku dan meninggalkan larangan-Ku, sehingga kamu tidak terjerumus dalam kesesatan. | Dalam ayat ini terdapat dua macam perintah Allah dan dua larangan yang ditujukan kepada Bani Israil, yaitu:
1. Agar mereka beriman kepada Al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw, Rasul terakhir yang diutus Allah kepada seluruh umat manusia.
Walaupun keharusan ini pada hakikatnya telah termasuk dalam perintah Allah yang disebutkan pada ayat yang lalu, yaitu agar mereka memenuhi janji, yang antara lain beriman kepada setiap rasul dan kitab yang dibawanya, namun Allah menegaskan lagi perintah ini secara khusus, untuk menunjukkan bahwa beriman kepada Al-Qur’an itu adalah sangat penting, sebab Al-Qur’an itu membenarkan[8] apa-apa yang telah tercantum dalam kitab suci mereka, yaitu Taurat, dan juga membenarkan kitab-kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada nabi-nabi yang sebelumnya. Perintah-perintah yang dibawa Al-Qur’an, antara lain: perintah agar melakukan dakwah, meninggalkan perbuatan-perbuatan keji, baik yang tampak atau pun yang tidak, suruhan untuk berbuat kebajikan, larangan berbuat yang mungkar, dan mempercayai adanya hari akhirat, sebagai hari pembalasan. Hal itu sama dengan apa yang telah diserukan Nabi Musa a.s. kepada mereka, dan juga oleh nabi-nabi sebelumnya, yaitu: mengukuhkan yang hak, memberikan bimbingan kepada semua makhluk serta membasmi kesesatan yang telah mengotori akidah yang benar.
2. Agar mereka jangan tergesa-gesa mengingkari Al-Qur’an sehingga mereka menjadi orang yang pertama-tama mengingkarinya, padahal seharusnya merekalah orang yang mula-mula beriman dengannya, sebab mereka telah lebih dahulu mengetahui hal itu, karena telah diberitakan dalam kitab suci mereka.
3. Agar mereka jangan menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Maksudnya: agar mereka jangan berpaling meninggalkan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an untuk mengejar keuntungan yang sedikit, berupa harta atau pun pangkat. Keuntungan-keuntungan yang diharapkan itu adalah kecil sekali, karena dengan demikian mereka tidak akan memperoleh rida Allah, bahkan sebaliknya, mereka akan ditimpa azab-Nya di dunia ini dan di akhirat kelak.
4. Agar mereka bertakwa hanya kepada Allah semata, yaitu dengan beriman kepada-Nya serta mengikuti yang benar, dan meninggalkan kelezatan duniawi apabila ternyata kelezatan duniawi itu menghalangi perbuatan dan pekerjaan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan keberuntungan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, dan kerugian orang yang mengingkari dan mendustakan-Nya. Maka pada ayat-ayat ini Allah menunjukkan firman-Nya kepada Bani Israil, serta memberikan beberapa peringatan dan ancaman kepada mereka, karena banyak dari mereka melawan perintah Allah. | BEBERAPA PERINTAH DAN LARANGAN
ALLAH KEPADA BANI ISRAIL | Kosakata: Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)
Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak. | null | null |
49 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 42 | 7 | 1 | 1 | 1 | وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ | Wa lā talbisul-ḥaqqa bil-bāṭili wa taktumul-ḥaqqa wa antum ta‘lamūn(a). | Janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan21) dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya). | 21 | 21) Yang dimaksud dengan kebatilan adalah kesalahan, kejahatan, kemungkaran, dan sebagainya. | Pada ayat ini, Allah memberikan larangan kepada Bani Israil untuk tidak mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Dan janganlah kamu, wahai Bani Israil, campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dengan memasukkan apa yang bukan firman Allah ke dalam Kitab Taurat, dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran firman-firman Allah seperti berita akan datangnya Nabi Muhammad, sedangkan kamu mengetahuinya. Orang-orang Yahudi menyembunyikan berita tentang kedatangan Nabi Muhammad yang termaktub di dalam Taurat dengan maksud untuk menghalangi manusia beriman kepadanya. | Dalam ayat ini terdapat dua macam larangan Allah yang ditujukan kepada Bani Israil, yaitu:
1. Agar mereka jangan mencampuradukkan yang hak dengan yang batil. Maksudnya, pemimpin-pemimpin Bani Israil suka memasukkan pendapat-pendapat pribadi ke dalam Kitab Taurat, sehingga sukarlah untuk membedakan mana yang benar. Terutama dalam penolakan mereka untuk beriman kepada Nabi Muhammad saw, mereka membuat-buat alasan untuk menjelek-jelekkannya, dan menyalahtafsirkan ucapan-ucapan nenek moyang mereka, sehingga mereka lebih berpegang kepada ucapan para pemimpin dan tradisi mereka, daripada menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Walaupun perintah itu ditujukan kepada Bani Israil, namun isinya dapat pula ditujukan kepada kaum Muslim dari segala lapisan, terutama para pemimpin dan orang-orang yang memegang kekuasaan, sehingga ayat ini seakan-akan mengatakan, “Hai orang-orang yang memegang kekuasaan, janganlah kamu campur adukkan antara keadilan dan kezaliman, hai para hakim, janganlah kamu campur adukkan antara hukum dan suap; hai para pejabat, janganlah kamu campur adukkan antara tugas dan korupsi; hai para sarjana, janganlah kamu campur adukkan antara ilmu dan harta, dan sebagainya.”[9]
2. Agar mereka tidak menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahuinya. Maksudnya: Bani Israil itu telah menyembunyikan kebenaran yang telah mereka ketahui dari kitab suci mereka. Antara lain ialah berita dari Allah tentang Nabi Muhammad saw yang akan diutus sebagai penutup dari semua rasul Allah untuk seluruh umat manusia. Hal ini sengaja mereka tutupi dari masyarakat umum, bahkan mereka berusaha menjelekkan Nabi Muhammad saw, untuk menghalangi manusia beriman kepadanya. Ayat ini mencela perbuatan mereka yang demikian itu, dan setiap orang yang dengan sengaja menyembunyikan sesuatu yang benar. Sesudah Allah menyampaikan seruan kepada mereka untuk beriman kepada Al-Qur’an, lalu pada ayat berikut ini Allah memerintahkan agar mereka senantiasa melaksanakan apa-apa yang telah ditentukan oleh syariat terutama melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan tunduk serta taat kepada perintah-perintah Allah. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan keberuntungan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, dan kerugian orang yang mengingkari dan mendustakan-Nya. Maka pada ayat-ayat ini Allah menunjukkan firman-Nya kepada Bani Israil, serta memberikan beberapa peringatan dan ancaman kepada mereka, karena banyak dari mereka melawan perintah Allah. | BEBERAPA PERINTAH DAN LARANGAN
ALLAH KEPADA BANI ISRAIL | Kosakata: Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)
Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak. | null | null |
50 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 43 | 7 | 1 | 1 | 1 | وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ | Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta warka‘ū ma‘ar-rāki‘īn(a). | Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. | null | null | Setelah mengajak Bani Israil untuk memeluk Islam dan meninggalkan kesesatan, perintah utama yang disampaikan kepada mereka setelah larangan di atas adalah perintah untuk melaksanakan salat. Dan laksanakanlah salat untuk memohon petunjuk dan pertolongan Allah, tunaikanlah zakat untuk menyucikan hatimu dan menyatakan syukur kepada-Nya atas segala nikmat-Nya, dan rukuklah beserta orang yang rukuk, yakni kaum muslim yang beriman dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad . Penambahan perintah untuk rukuk setelah ada perintah untuk melaksanakan salat itu mengisyaratkan ajakan agar mereka memeluk Islam dan melaksanakan salat seperti salatnya umat Islam. Dalam tata cara salat orang Yahudi tidak dikenal gerakan rukuk. | Pada ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah yang ditujukan kepada Bani Israil, ialah:
1. Agar mereka melaksanakan salat setiap waktu dengan cara yang sebaik-baiknya, melengkapi segala syarat dan rukunnya, serta menjaga waktu-waktunya yang telah ditentukan, menghadapkan seluruh hati kepada Allah dengan tulus dan khusyuk, sesuai dengan syariat yang dibawa Nabi Musa a.s.
2. Agar mereka menunaikan zakat, karena zakat merupakan salah satu pernyataan syukur kepada Allah atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya, dan menumbuhkan hubungan yang erat antarsesama manusia, dan menyucikan hati, karena zakat itu merupakan pengorbanan harta benda untuk membantu fakir miskin, dan dengan zakat itu pula dapat dilakukan kerja sama dan saling membantu dalam masyarakat, di mana orang-orang yang miskin memerlukan bantuan dari yang kaya dan sebaliknya, yang kaya memerlukan pertolongan orang-orang yang miskin. Dalam hubungan ini Rasulullah saw. telah bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضاً (رواه البخاري ومسلم)
“Orang Mukmin terhadap Mukmin yang lain tak ubahnya seperti sebuah bangunan, masing-masing bagiannya saling menguatkan.” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim).
3. Agar mereka rukuk bersama orang-orang yang rukuk. Maksudnya ialah agar mereka masuk Islam dan melaksanakan salat berjamaah seperti halnya kaum Muslimin. Dalam hubungan ini Rasulullah telah bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً (رواه البخاري ومسلم)
“Salat berjamaah itu lebih utama dengan dua pulu tujuh derajat daripada salat seorang diri”. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim).
Kita telah mengetahui, bahwa salat menurut agama Islam terdiri dari bermacam-macam gerakan jasmaniyah, seperti rukuk, sujud, iktidal, dan sebagainya. Tetapi pada akhir ayat ini salat tersebut hanya diungkapkan dengan kata-kata “rukuk.’’ Hal ini dimaksudkan untuk menekankan agar mereka menunaikan salat dengan benar seperti yang dikehendaki syariat Islam seperti yang diajarkan Rasulullah saw, bukan salat menurut cara mereka dahulu, yaitu salat tanpa rukuk. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan keberuntungan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, dan kerugian orang yang mengingkari dan mendustakan-Nya. Maka pada ayat-ayat ini Allah menunjukkan firman-Nya kepada Bani Israil, serta memberikan beberapa peringatan dan ancaman kepada mereka, karena banyak dari mereka melawan perintah Allah. | BEBERAPA PERINTAH DAN LARANGAN
ALLAH KEPADA BANI ISRAIL | Kosakata: Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)
Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak. | null | null |
51 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 44 | 7 | 2 | 1 | 1 | ۞ اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ | Ata'murūnan-nāsa bil-birri wa tansauna anfusakum wa antum tatlūnal-kitāb(a), afalā ta‘qilūn(a). | Mengapa kamu menyuruh orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab suci (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? | null | null | Selanjutnya, setelah memerintahkan salat dan zakat, ayat ini mengecam pemuka-pemuka Yahudi yang sering kali memberi tuntunan kepada orang lain agar berbuat baik, tetapi melakukan sebaliknya dan melupakan diri mereka. Mengapa kamu, Bani Israil atau pemuka-pemuka Yahudi, menyuruh orang lain, baik yang seagama dengan kamu maupun orang-orang musyrik atau siapa saja, untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri dan tidak menyuruh dirimu untuk melakukan kebajikan itu? Kamu melakukan hal itu, padahal kamu membaca Kitab Taurat? Tidakkah kamu mengerti dan berakal sehingga memiliki kendali yang menghalangi kamu terjerumus ke dalam dosa dan kesulitan? Meski pembicaraan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi, nasihat yang terkandung di dalamnya juga berlaku bagi kaum muslim, apalagi para pemuka agama, yakni hendaknya mengingatkan diri sendiri lebih dahulu sebelum mengajak orang lain berbuat baik. | Latar belakang ayat ini menurut Ibnu ‘Abbās adalah di antara orang-orang Yahudi di Medinah ada yang memberi nasihat kepada keluarga dan kerabat dekatnya yang sudah masuk Islam supaya tetap memeluk agama Islam. Yang diperintahkan orang ini adalah benar yaitu menyuruh orang lain untuk berbuat benar tetapi mereka sendiri tidak mengamalkannya. Maka pada ayat ini Allah mencela tingkah laku dan perbuatan mereka yang tidak baik dan membawa kepada kesesatan. Di antara kesesatan-kesesatan yang telah dilakukan bangsa Yahudi ialah mereka menyatakan beriman kepada kitab suci mereka yaitu Taurat, tetapi ternyata mereka tidak membacanya dengan baik.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka “melupakan” diri mereka. Maksudnya ialah “membiarkan” diri mereka rugi, sebab biasanya manusia tidak pernah melupakan dirinya untuk memperoleh keuntungan, dan dia tak rela apabila orang lain mendahuluinya mendapat kebahagiaan. Ungkapan “melupakan” itu menunjukkan betapa mereka melalaikan dan tidak mempedulikan apa yang sepatutnya mereka lakukan, seakan-akan Allah berfirman, “Jika benar-benar kamu yakin kepada Allah bahwa Dia akan memberikan pahala atas perbuatan yang baik, dan mengancam akan mengazab orang-orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan yang baik itu, mengapakah kamu melupakan kepentingan dirimu sendiri?”
Cukup jelas bahwa susunan kalimat ini mengandung celaan yang tak ada taranya, karena barang siapa menyuruh orang lain untuk melakukan perbuatan kebajikan tetapi dia sendiri tidak melakukannya, berarti dia telah menyalahi ucapannya sendiri. Para pendeta yang selalu membacakan kitab suci kepada orang-orang lain, tentu lebih mengetahui isi kitab itu daripada orang-orang yang mereka suruh untuk mengikutinya. Besar sekali perbedaan antara orang yang melakukan suatu perbuatan padahal dia belum mengetahui benar faedah dari perbuatan itu, dengan orang yang meninggalkan perbuatan itu padahal dia mengetahui benar faedah dari perbuatan yang ditinggalkannya itu. Oleh sebab itu, Allah memandang bahwa mereka seolah-olah tidak berakal, sebab orang yang berakal, betapapun lemahnya, tentu akan mengamalkan ilmu pengetahuannya.
Firman Allah ini, walaupun ditujukan kepada Bani Israil, namun menjadi pelajaran pula bagi yang lain. Setiap bangsa, baik perseorangan maupun keseluruhannya, hendaklah memperhatikan keadaan dirinya, dan berusaha untuk menjauhkan diri dari keadaan dan sifat- sifat seperti yang terdapat pada bangsa Yahudi yang dikritik dalam ayat tersebut di atas, agar tidak menemui akibat seperti yang mereka alami. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan keberuntungan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, dan kerugian orang yang mengingkari dan mendustakan-Nya. Maka pada ayat-ayat ini Allah menunjukkan firman-Nya kepada Bani Israil, serta memberikan beberapa peringatan dan ancaman kepada mereka, karena banyak dari mereka melawan perintah Allah. | BEBERAPA PERINTAH DAN LARANGAN
ALLAH KEPADA BANI ISRAIL | Kosakata: Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)
Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak. | null | null |
52 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 45 | 7 | 2 | 1 | 1 | وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ | Wasta‘īnū biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh(ti), wa innahā lakabīratun illā ‘alal-khāsyi‘īn(a). | Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, | null | null | Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan penuh sabar, dengan memelihara keteguhan hati dan menjaga ketabahan, serta menahan diri dari godaan dalam menghadapi hal-hal yang berat, dan juga dengan melaksanakan salat. Dan salat itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk dan tunduk hatinya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. | Setelah menjelaskan betapa jeleknya keadaan dan sifat-sifat Bani Israil, sehingga akal mereka tidak bermanfaat bagi diri mereka dan kitab suci yang ada di tangan mereka pun tidak mendatangkan faedah apa pun bagi mereka, maka Allah memberikan bimbingan kepada mereka menuju jalan yang paling baik, yaitu agar mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan salat.
Yang dimaksud dengan “sabar” di sini ialah sikap dan perilaku sebagai berikut:
1. Tabah menghadapi kenyataan yang terjadi, tidak panik, tetapi tetap mampu mengendalikan emosi.
2. Dengan tenang menerima kenyataan dan memikirkan mengapa hal itu terjadi, apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasinya dengan sebaik-baiknya.
3. Dengan tenang dan penuh perhitungan serta tawakal melakukan perbaikan dengan menghindari sebab-sebab kegagalan dan melakukan antisipasi secara lebih tepat berdasar pengalaman.
Bersikap sabar berarti mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya, dengan cara mengekang syahwat dan hawa nafsu dari semua perbuatan yang terlarang. Melakukan salat dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan dengan salat itu pula kita selalu ingat kepada Allah, sehingga hal itu akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang jelek, baik diketahui orang lain, maupun tidak. Salat adalah ibadah yang sangat utama di mana kita dapat bermunajat kepada Allah lima kali setiap hari.
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى (رواه أحمد)
“Rasulullah saw, apabila menghadapi masalah berat, beliau salat”. (Riwayat Aḥmad).
Melakukan salat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta memelihara diri dari azab-Nya. Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan salat tidaklah dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya. Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِى الصَّلاَةِ (رواه أحمد و النسائي)
“Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam salat” (Riwayat Aḥmad dan an-Nasā’ī).
Ini disebabkan karena ketekunannya dalam melakukan salat merupakan sesuatu yang amat menyenangkan baginya, sedang urusan-urusan duniawi dianggap melelahkan.
Di samping itu mereka penuh pengharapan menanti-nanti pahala dari Allah atas ibadah tersebut sehingga berbagai kesukaran dalam melaksanakannya dapat diatasi dengan mudah. Hal ini tidak mengherankan, sebab orang yang mengetahui hakikat dari apa yang dicarinya niscaya ringan baginya untuk mengorbankan apa saja untuk memperolehnya. Orang yang yakin bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih besar dari apa yang telah diberikannya niscaya ia merasa ringan untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang dimilikinya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan keberuntungan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, dan kerugian orang yang mengingkari dan mendustakan-Nya. Maka pada ayat-ayat ini Allah menunjukkan firman-Nya kepada Bani Israil, serta memberikan beberapa peringatan dan ancaman kepada mereka, karena banyak dari mereka melawan perintah Allah. | BEBERAPA PERINTAH DAN LARANGAN
ALLAH KEPADA BANI ISRAIL | Kosakata: Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)
Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak. | null | null |
53 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 46 | 7 | 2 | 1 | 1 | الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ | Allażīna yaẓunnūna annahum mulāqū rabbihim wa annahum ilaihi rāji‘ūn(a). | (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan hanya kepada-Nya mereka kembali. | null | null | Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan penuh sabar, dengan memelihara keteguhan hati dan menjaga ketabahan, serta menahan diri dari godaan dalam menghadapi hal-hal yang berat, dan juga dengan melaksanakan salat. Dan salat itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk dan tunduk hatinya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. | Orang-orang yang khusyuk benar-benar yakin bahwa mereka pasti akan kembali kepada Allah dan menemui-Nya pada hari akhirat nanti, di mana semua amalan manusia akan diteliti, dan setiap orang akan menerima balasan atas semua perbuatan yang telah dilakukannya selama di dunia. Berdasarkan keyakinan semacam itu, dia akan selalu taat kepada peraturan-peraturan Allah serta khusyuk dalam menjalankan ibadah dan amal kebajikan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan keberuntungan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, dan kerugian orang yang mengingkari dan mendustakan-Nya. Maka pada ayat-ayat ini Allah menunjukkan firman-Nya kepada Bani Israil, serta memberikan beberapa peringatan dan ancaman kepada mereka, karena banyak dari mereka melawan perintah Allah. | BEBERAPA PERINTAH DAN LARANGAN
ALLAH KEPADA BANI ISRAIL | Kosakata: Banī Isrā’īl بَنِيْ اِسْرَاءِيْلَ (al-Baqarah/2: 40)
Banī adalah bentuk jamak dari ibn (jamak banūn/banīn, dibuang n karena disambungkan dengan kata berikutnya), artinya “anak-anak”. Isra’il dalam bahasa Ibrani terdiri dua kata: isrā artinya “hamba” dan īl artinya “Tuhan”. Jadi Isrā’īl berarti “hamba Tuhan” (‘abd Allāh dalam bahasa Arab). Itu adalah gelar Nabi Yakub a.s. putra Nabi Ishak bin Ibrahim a.s. Jadi “Bani Isra’il” maksudnya adalah anak-anak Nabi Yakub. Jumlah mereka dua belas orang yang menurunkan dua belas suku Bani Isra’il itu. Di dalam Al-Qur’an nama “Bani Isra’il” digunakan untuk umat Nabi Musa a.s. (al-Baqarah/2: 47). Nabi Isa a.s. juga memanggil mereka demikian (aṣ-ṣaff/61: 6), begitu juga Nabi Muhammad saw (al-Baqarah/2: 40). Itu tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dengan Nabi Muhammad saw sebenarnya satu nenek moyang yaitu Nabi Ibrahim a.s., karena Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishak (putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah) dan Nabi Muhammad adalah turunan Nabi Isma‘il (putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang lain, Hajar). Di dalam Al-Qur’an, mereka juga dipanggil dengan “Ahlul-Kitab”, tampaknya untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga memiliki Kitab Suci (Taurat) yang pokok-pokok ajarannya sama dengan Al-Qur’an (iman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan, berbuat baik, dan percaya pada Hari Kemudian, tempat mereka akan menerima imbalan perbuatan baik dan ganjaran perbuatan jahat). Kitab Suci itu mereka simpan saja (Āli ‘Imrān/3: 187), mereka ubah-ubah (an-Nisā’/4: 46), dan banyak pula yang mereka sembunyikan (al-An‘ām/6: 91). Oleh karena adanya hubungan darah dan kesamaan pokok-pokok ajaran itu, Nabi Muhammad seharusnya tidak mereka musuhi dan ajaran-ajarannya tidak mereka tolak. | null | Allah memperingatkan Bani Israil yang pada hakikatnya juga kepada seluruh umat manusia, agar:
1. Selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka, serta mengharapkan tambahan nikmat tersebut dengan memanjatkan doa ke hadirat-Nya dengan hati yang tulus dan jiwa yang khusyuk.
2. Beriman kepada rasul-rasul Allah serta kitab-kitab yang telah diturunkan kepada mereka, dengan tidak mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil.
3. Beriman yang diikuti dengan ibadah agar iman tersebut bertambah subur dan kukuh. Sebaliknya, ibadah haruslah berlandaskan iman, agar ibadah tersebut menjadi kuat dan kukuh.
4. Melakukan salat berjamaah dan menunaikan zakat. Kedua ibadah itu adalah ibadah-ibadah yang mengandung unsur-unsur pendidikan yang tinggi, untuk mewujudkan hubungan yang kukuh antara sesama manusia.
5. Melaksanakan perintah-perintah agama dengan baik, di samping menganjurkan orang lain untuk melakukannya.
6. Dalam menghadapi persoalan hidup agar tetap bersikap tabah dan senantiasa melaksanakan salat.
7. Khusyuk dalam beribadah, dan taat kepada Allah, serta yakin bahwa dia akan menemui-Nya kelak di akhirat, dan akan menerima pahala atas semua amal salehnya. Dengan demikian melakukan salat dan segala kewajiban lainnya terasa ringan baginya. |
54 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 47 | 7 | 2 | 1 | 1 | يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ | Yā banī isrā'īlażkurū ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa annī faḍḍaltukum ‘alal- ‘ālamīn(a). | Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini (pada masa itu). | null | null | Pada ayat ini, Allah kembali mengingatkan Bani Israil tentang nikmat-Nya agar lebih mendorong mereka untuk bersyukur. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan nenek moyang kamu, dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini yang memiliki peradaban maju seperti bangsa Mesir atau penduduk Palestina pada masa itu. Allah memanggil mereka dengan panggilan “Bani Israil” untuk mengingatkan bahwa pada masa nenek moyang merekalah terdapat kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada bangsa ini. Allah mengingatkan mereka agar mensyukuri nikmat itu antara lain dengan mempercayai datangnya Nabi yang telah diberitakan di dalam kitab sucinya. | Allah telah melebihkan Bani Israil dari bangsa-bangsa lain yang pada masa itu telah mempunyai peradaban dan kebudayaan yang tinggi, misalnya bangsa Mesir dan penduduk tanah suci Palestina. Allah kembali memanggil mereka pada permulaan ayat ini dengan menyebut nama nenek moyang mereka “Israil”, ialah Nabi Yakub a.s. karena dialah yang menjadi asal kebangsaan, dan sumber kemuliaan mereka. Nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya dapat dinikmati oleh mereka semuanya.
Kelebihan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka dahulunya adalah karena nenek moyang mereka sangat berpegang teguh kepada sifat-sifat yang mulia, dan menjauhi sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan jelek, karena setiap orang yang mulia dan diutamakan dari orang-orang lain tentu ingin menjaga kehormatan itu, sehingga ia menjauhi sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan yang hina.
Bani Israil yang ada pada masa turunnya ayat ini telah jauh menyimpang dari sifat-sifat mulia yang dipegang teguh oleh nenek moyang mereka. Oleh karena itu, Allah memperingatkan mereka kepada nikmat dan keutamaan yang telah diberikan itu untuk menyadarkan mereka bahwa Allah yang telah memberikan kelebihan kepada mereka tentu berhak pula suatu ketika untuk memberikannya kepada orang lain, misalnya kepada Nabi Muhammad saw, dan umatnya. Bani Israil itu sepatutnya lebih memperhatikan ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Seseorang yang diberi kelebihan sepatutnya lebih dahulu berbuat keutamaan daripada orang lain.
Apabila keutamaan yang diberikan kepada Bani Israil itu disebabkan karena banyaknya para nabi dipilih dari kalangan mereka, maka hal itu tidaklah menjamin bahwa setiap pribadi dari Bani Israil itu lebih utama dari orang yang berada di luar lingkungan mereka. Bahkan ada kemungkinan bahwa orang lain lebih mulia dari mereka apabila mereka sendiri telah meninggalkan sunah dan ajaran-ajaran nabi-nabi mereka. Sementara orang lain menjadikannya petunjuk dan pedoman hidup mereka dengan sebaik-baiknya.
Apabila keutamaan mereka itu disebabkan kedekatan mereka kepada Allah, bahkan mereka pernah menganggap dirinya sebagai sya‘bullāh al-mukhtār, karena mereka dulunya mengikuti syariat-Nya, maka hal itu hanya berlaku pada diri nabi-nabi bersama orang-orang yang menjalankan syariat-syariatnya tanpa menyimpang dari ajaran-ajaran tersebut, dan tetap berjalan pada jalan yang benar, sehingga mereka berhak menerima kelebihan dan keutamaan itu. Tetapi mereka yang sudah meninggalkan ajaran-ajaran para nabi tentu tidak dapat lagi dipandang sebagai “orang-orang yang dekat” kepada Allah. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat 40 yang lalu Allah memperingatkan Bani Israil kepada nikmat yang telah dilimpahkan kepada mereka dan nenek moyang mereka. Allah memerintahkan agar mereka memenuhi janji kepada-Nya. Pada ayat 47 ini Allah, kembali mengingatkan mereka kepada nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat berikutnya Dia memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka tentang azab-Nya di hari kiamat nanti. | SYAFAAT DI AKHIRAT | Kosakata: Syafā‘at شَفَاعَةٌ (al-Baqarah/2: 48)
Syafā‘at adalah memberikan bantuan atau meminta seseorang untuk memberikan bantuan kepada orang lain di depan Allah. Kata itu secara harfiyah berarti “genap”, yaitu bahwa seorang hamba dalam menghadap Allah untuk memohon penghapusan atau keringanan hukuman atas dosanya bisa dibantu orang lain dengan syarat orang yang diberi bantuan adalah orang yang diberikan izin oleh Allah dan yang memberi syafaat adalah orang-orang yang diridai oleh Allah. Menurut Al-Qur’an yang diberi hak untuk mengajukan permohonan itu hanyalah nabi-nabi, terutama Nabi Muhammad saw. (Saba’/34: 23 dan al-Anbiyā’/21: 28), dan malaikat (an-Najm/53: 26) dan orang-orang saleh. Golongan Mu‘tazilah menolak adanya syafaat itu berdasarkan antara lain al-Baqarah/2:48 yang meniadakan segala bentuk syafaat, sesuai keumuman (nakirah/indefinite) kata syafaat dalam ayat itu, dan bagi orang berdosa besar sesuai surah al-Mu’min/40: 18. Ahlusunah mempercayai adanya syafaat karena adanya beberapa ayat dan hadis yang menyatakan demikian. | null | null |
55 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 48 | 7 | 2 | 1 | 1 | وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ | Wattaqū yaumal lā tajzī nafsun ‘an nafsin syai'aw wa lā yuqbalu minhā syafā‘atuw wa lā yu'khażu minhā ‘adluw wa lā hum yunṣarūn(a). | Takutlah kamu pada suatu hari (kiamat) yang seseorang tidak dapat membela orang lain sedikit pun, syafaat22) dan tebusan apa pun darinya tidak diterima, dan mereka tidak akan ditolong. | 22 | 22) Syafaat ialah pertolongan yang, antara lain, diberikan oleh malaikat, para nabi, atau orang-orang mukmin pilihan atas izin Allah Swt. untuk meringankan azab seseorang atau bebannya di akhirat. | Dan takutlah kamu serta jagalah dirimu dari kesulitan pada hari Kiamat, ketika tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Jangan kamu menduga bahwa orang tua, betapa pun terhormat dan taatnya dia kepada Allah, berkesempatan untuk membela atau memberi syafaat, sedangkan syafaat dan tebusan apa pun darinya tidak diterima dan mereka tidak akan ditolong. Syafaat (Arab: syafa'ah) secara harfiah berarti genap (syaf'), lawan dari ganjil (witr). Orang yang meminta syafaat menggenapkan dirinya dengan orang lain, meminta pertolongan, untuk memperoleh sesuatu, sehingga ia tidak lagi sendiri (ganjil) di dalam pengharapan itu. Ayat ini memberikan kesan bahwa orang-orang Yahudi tidak mensyukuri nikmat Allah. Pada ayat ini Allah mengingatkan mereka agar takut kepada siksaan Allah pada hari Kiamat. Pada hari itu, tidak ada syafaat yang dapat menolong mereka, dan tidak ada tebusan apa pun yang dapat menggantikan siksaan Allah yang ditimpakan kepada mereka. | Allah memperingatkan kepada Bani Israil yang ada pada waktu turunnya ayat ini, agar mereka kembali ke jalan yang benar, mengikuti agama Allah, yang telah disempurnakan dengan wahyu-wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan jalan itu mereka dapat menjaga diri mereka dari azab hari Kiamat, yang tak akan dapat dibendung oleh siapa pun juga, tak seorang pun dapat menyelamatkan diri dari padanya kecuali orang-orang yang beriman dan bertakwa serta mengikuti syariat dan petunjuk-petunjuk Allah.
Allah swt menjelaskan bahwa pada hari Kiamat nanti tak seorang pun dapat memberikan pertolongan kepada orang lain agar terbebas dari azab-Nya, dan setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Seseorang tidak dapat memikul dosa orang lain, walaupun dia bersedia. Hal ini merupakan ketegasan dari Allah atas ketidakbenaran anggapan mereka bahwa berdasarkan keutamaan yang ada pada mereka, mereka akan memperoleh syafaat. Padahal anggapan itu tidak benar, karena orang-orang yang berimanlah yang akan memperoleh syafaat dari Allah.
Syafaat ialah pertolongan yang diberikan oleh rasul atau orang-orang tertentu untuk meringankan azab atau beban seseorang di akhirat, atas izin Allah. Dalam hubungan ini Allah swt berfirman:
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى
Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. (al-An‘ām/6:164)
وَاِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ اِلٰى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۗ
Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu, tidak akan dipikulkan untuknya sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fāṭir/35:18).
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ ٣٤ وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ ٣٥ وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ ٣٦ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ ٣٧ (عبس)
Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (‘Abasa/80:34-37).
Walau peringatan ini ditujukan kepada Bani Israil, namun berlaku juga bagi umat Islam, agar mereka selama hidup di dunia berusaha mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, agar kelak pada hari Kiamat terhindar dari azab Allah. Caranya ialah dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan melaksanakan syariat-syariat-Nya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat 40 yang lalu Allah memperingatkan Bani Israil kepada nikmat yang telah dilimpahkan kepada mereka dan nenek moyang mereka. Allah memerintahkan agar mereka memenuhi janji kepada-Nya. Pada ayat 47 ini Allah, kembali mengingatkan mereka kepada nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat berikutnya Dia memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka tentang azab-Nya di hari kiamat nanti. | SYAFAAT DI AKHIRAT | Kosakata: Syafā‘at شَفَاعَةٌ (al-Baqarah/2: 48)
Syafā‘at adalah memberikan bantuan atau meminta seseorang untuk memberikan bantuan kepada orang lain di depan Allah. Kata itu secara harfiyah berarti “genap”, yaitu bahwa seorang hamba dalam menghadap Allah untuk memohon penghapusan atau keringanan hukuman atas dosanya bisa dibantu orang lain dengan syarat orang yang diberi bantuan adalah orang yang diberikan izin oleh Allah dan yang memberi syafaat adalah orang-orang yang diridai oleh Allah. Menurut Al-Qur’an yang diberi hak untuk mengajukan permohonan itu hanyalah nabi-nabi, terutama Nabi Muhammad saw. (Saba’/34: 23 dan al-Anbiyā’/21: 28), dan malaikat (an-Najm/53: 26) dan orang-orang saleh. Golongan Mu‘tazilah menolak adanya syafaat itu berdasarkan antara lain al-Baqarah/2:48 yang meniadakan segala bentuk syafaat, sesuai keumuman (nakirah/indefinite) kata syafaat dalam ayat itu, dan bagi orang berdosa besar sesuai surah al-Mu’min/40: 18. Ahlusunah mempercayai adanya syafaat karena adanya beberapa ayat dan hadis yang menyatakan demikian. | null | 1. Allah telah memberikan nikmat yang banyak dan keutamaan kepada Bani Israil, tetapi keturunan mereka kemudian melupakan nikmat tersebut.
2. Pada hari kiamat nanti, setiap orang bertanggung jawab terhadap perbuatannya masing-masing. Tak ada pertolongan dari orang lain, dan tidak akan diterima tebusan dan sebagainya. Hanya keimanan, ketakwaan dan amal saleh yang dapat menyelamatkannya dari azab Kiamat. Sedangkan syafaat (pertolongan) yang diberikan oleh para malaikat, nabi dan orang-orang saleh kepada sejumlah orang, dilakukan setelah adanya izin dari Allah. |
56 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 49 | 8 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ نَجَّيْنٰكُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْۤءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُوْنَ اَبْنَاۤءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْ ۗ وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ | Wa iż najjainākum min āli fir‘auna yasūmūnakum sū'al-‘ażābi yużabbiḥūna abnā'akum wa yastaḥyūna nisā'akum, wa fī żālikum balā'um mir rabbikum ‘aẓīm(un). | (Ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun.23) Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Pada yang demikian terdapat cobaan yang sangat besar dari Tuhanmu. | 23 | 23) Fir‘aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir Kuno. Menurut sebagian ahli sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa a.s. adalah Menepthan (1232–1224 SM) yang dikenal dengan Ramses II. | Di ayat-ayat yang lalu, Allah mengingatkan Bani Israil tentang anugerah yang mereka terima yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat yang lain, ayat berikut mengingatkan mereka tentang penyelamatan dari malapetaka yang akan menimpa. Dan ingatlah peristiwa ketika Kami menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir'aun, penguasa Mesir. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu, yakni mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada peristiwa yang demikian itu merupakan cobaan dan ujian yang sangat besar dari Tuhan-Mu. | Peringatan lain kepada Bani Israil tentang nikmat Allah yang lain, yaitu mereka telah diselamatkan dari kesengsaraan yang mereka alami, akibat kekejaman Fir‘aun, raja Mesir, pada waktu Bani Israil bertempat tinggal di sana. Orang pertama dari kalangan Bani Israil yang masuk ke Mesir ialah Nabi Yusuf. Kemudian saudara-saudaranya datang pula ke sana dan tinggal bersamanya. Selanjutnya, mereka berkembang biak di sana, sehingga dalam masa + 400 tahun (dari masa Nabi Yusuf sampai dengan Nabi Musa) jumlah mereka telah mencapai ratusan ribu orang. Penduduk asli semakin terdesak, karena Bani Israil itu giat bekerja dan memiliki pikiran yang lebih cerdas. Di samping itu, mereka sangat mementingkan diri sendiri, karena mereka masih tetap menganggap diri mereka sebagai sya‘bullāh al-mukhtār. Sebab itu, mereka tidak mau bersatu dengan penduduk asli, dan tidak mau bekerja sama dan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat keadaan yang demikian, penduduk asli negeri itu semakin khawatir, sebab apabila Bani Israil itu semakin banyak jumlahnya, maka mereka akan menguasai keadaan dan penduduk asli akan semakin terdesak. Oleh sebab itu, mereka berusaha untuk melemahkan kekuatan Bani Israil. Mula-mula dengan mewajibkan kerja paksa kepada mereka. Kemudian semakin meningkat dengan pembunuhan anak-anak lelaki mereka, dan hanya anak-anak perempuan mereka yang dibiarkan hidup. Sekitar peristiwa ini bandingkan dengan Kitab Keluaran i.16 ; perintah Fir‘aun kepada para bidan. Penyiksaan dan penderitaan Bani Israil tergambar dalam Keluaran i.22, dan pada beberapa bagian lagi dalam Perjanjian Lama. Fir‘aun memerintahkan kepada setiap suku rakyatnya untuk membunuh setiap lelaki Bani Israil, walaupun anak-anak kecil mereka.
Penderitaan yang dialami Bani Israil itu merupakan ujian bagi mereka karena mereka telah melupakan nikmat-Nya dan telah melakukan bermacam-macam dosa. Kemudian Allah swt mengampuni dan menerima tobat mereka, dan dikaruniakan-Nya pula nikmat yang besar, yaitu diselamatkan dari kesengsaraan yang mereka alami dari kekejaman Fir‘aun. Tetapi rahmat ini pun merupakan ujian bagi mereka, apakah nantinya mereka akan mensyukuri nikmat itu, atau tidak.
Umat Islam dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari kisah Bani Israil itu. Allah swt, mula-mula telah melimpahkan bermacam-macam nikmat-Nya kepada umat Islam, sehingga umat telah bersatu di bawah panji-panji Islam dan hidup dalam persaudaraan yang kukuh, serta berhasil membangun negara Islam yang kuat. Tetapi kemudian terjadilah perpecahan di antara umat Islam, sehingga Allah swt mendatangkan malapetaka kepada mereka.
Khilafah Abbasiyah di Bagdad diruntuhkan oleh bangsa Tartar. Kemudian terjadi Perang Salib dalam waktu yang panjang sekitar 200 tahun. Sementara itu bangsa-bangsa barat menyusup ke negeri-negeri Islam, menguasai sumber-sumber kekayaan mereka sehingga umat Islam di mana-mana menjadi lemah. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu Allah mengingatkan Bani Israil kepada nikmat-Nya dan kelebihan yang diberikan kepada mereka dibanding umat-umat yang lain. Pada ayat-ayat berikutnya disebutkan kembali nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka. | PEMBEBASAN BANI ISRAIL DARI
KEKEJAMAN FIR‘AUN | Kosakata: Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)
Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya. | null | null |
57 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 50 | 8 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ | Wa iż faraqnā bikumul-baḥra fa'anjainākum wa agraqnā āla fir‘auna wa antum tanẓurūn(a). | (Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya).24) | 24 | 24) Allah Swt. memberikan mukjizat kepada Nabi Musa a.s. dengan memberinya jalan untuk dilintasi melalui tersibaknya laut. Belum ada penjelasan ilmiah tentang mekanismenya. Bisa jadi, Nabi Musa a.s. dan kaumnya menyeberang melintasi celah teluk yang sempit tepat saat laut surut maksimum akibat purnama atau bulan baru sehingga memunculkan daratan untuk dilintasi. Sekitar 6 jam kemudian, rombongan Fir‘aun mengejar. Saat di tengah, air laut mulai pasang dan menenggelamkan mereka semua. | Penyelamatan lain adalah terbelahnya Laut Merah (dahulu Laut Qulzum. Dan ingatlah ketika Kami membelah laut Merah untukmu, wahai Bani Israil yang ketika itu bersama Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Sinai. Ketika rombongan kamu sampai di tepi Laut Merah, Allah memberi perintah kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke Laut Merah, sehingga laut itu pun terbelah. Dengan demikian, kamu, wahai Bani Israil, bersama Nabi Musa dapat melewati laut, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dari kejaran Firaun dan tentara-tentaranya. Akan tetapi, ketika Firaun dan tentara-tentaranya masuk ke dalam laut yang terbelah itu, air laut kemudian bertemu kembali, dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikut-pengikut Fir'aun, sehingga mereka semua mati tenggelam, sedang kamu, wahai Bani Israil, menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala kamu sendiri. Sementara itu, mayat Firaun diselamatkan agar menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya (Lihat: Surah Yunus/10: 92). | Dalam ayat ini disebutkan nikmat lain yang diberikan kepada Bani Israil, yaitu Allah telah menyelamatkan mereka ketika meninggalkan Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa a.s. dari kejaran Fir‘aun bersama tentaranya.
Setelah Allah mengangkat Musa menjadi Rasul, Dia memerintahkan agar menyeru Fir‘aun dan kaumnya untuk beriman kepada-Nya, menuntut Fir‘aun agar membebaskan Bani Israil yang berada di negeri itu, dan menghentikan kekejaman yang dilakukan terhadap mereka. Sebagai jawabannya, Fir‘aun memperhebat siksaan dan kekejamannya terhadap Bani Israil dan memerintahkan rakyatnya untuk meningkatkan kerja paksa yang ditimpakan kepada mereka.
Kemudian Allah memberikan berbagai mukjizat kepada Musa a.s. dan saudaranya, Nabi Harun, antara lain tongkat Nabi Musa yang dapat berubah menjadi ular dan dapat menelan ular-ular yang dijelmakan oleh para pesihir yang dikerahkan Fir‘aun untuk melawan mukjizat Nabi Musa a.s.
Melihat kenyataan itu, para pesihir itu pun mengakui kekalahan mereka, lalu menyatakan beriman kepada Tuhan. Akhirnya Fir‘aun mengusir dan mengejar-ngejar mereka. Maka berangkatlah mereka meninggalkan negeri itu di bawah pimpinan Nabi Musa a.s., sedangkan Fir‘aun dan bala tentaranya mengejar mereka.
Ketika mereka sampai di tepi Laut Merah yang membatasi kota Suez dengan Semenanjung Sinai, Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Lalu Musa a.s. melakukannya. Maka terbelahlah air laut dan terbentanglah dua belas jalur jalan raya yang akan dilalui Nabi Musa a.s. bersama pengikut-pengikutnya yang terdiri dari dua belas rombongan, sehingga selamatlah mereka sampai ke seberang.
Sementara itu Fir‘aun bersama rombongannya terus mengejar mereka. Tetapi ketika mereka sampai di tengah-tengah laut itu, air laut kembali bertaut, sehingga mereka semuanya tenggelam ditelan air laut. Kejadian itu disaksikan oleh Bani Israil yang telah selamat sampai ke seberang.
Terbelahnya laut merupakan salah satu dari berbagai mukjizat Nabi Musa a.s. untuk membuktikan kepada manusia bahwa Allah adalah Mahakuasa. Dialah yang menciptakan alam ini dan Dia pula yang menetapkan undang-undang alam yang berlaku sepanjang masa, dan Dia berkuasa pula mengubah atau membatalkan undang-undang alam tersebut apabila dikehendaki-Nya.
Hukum alam yang berlaku pada air ialah bahwa air sebagai salah satu benda cair tidak dapat terpisah tanpa adanya benda lain yang memisahkannya. Undang-undang inilah yang diubah dan dibatalkan-Nya ketika terbelahnya air laut itu. Air laut tersibak dan berdiri seperti dinding-dinding yang tegak lurus tanpa ada sesuatu yang menahannya, sehingga terbentanglah jalan di antara dinding-dinding tersebut.
Demikian besarnya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada Bani Israil. Mereka telah dibebaskan dari kekejaman Fir‘aun dan rakyatnya. Kemudian mereka diselamatkan pula ketika menyeberang laut. Sesudah itu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tenggelamnya musuh-musuh mereka di tengah laut yang tentu saja menggembirakan hati mereka. Sepatutnyalah mereka mensyukuri nikmat-nikmat tersebut. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu Allah mengingatkan Bani Israil kepada nikmat-Nya dan kelebihan yang diberikan kepada mereka dibanding umat-umat yang lain. Pada ayat-ayat berikutnya disebutkan kembali nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka. | PEMBEBASAN BANI ISRAIL DARI
KEKEJAMAN FIR‘AUN | Kosakata: Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)
Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya. | null | null |
58 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 51 | 8 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ وٰعَدْنَا مُوْسٰىٓ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَنْتُمْ ظٰلِمُوْنَ | Wa iż wā‘adnā mūsā arba‘īna lailatan ṡummattakhażtumul-‘ijla mim ba‘dihī wa antum ẓālimūn(a). | (Ingatlah) ketika Kami menjanjikan (petunjuk Taurat) kepada Musa (melalui munajat selama) empat puluh malam.25) Kemudian, kamu (Bani Israil) menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)-nya, dan kamu (menjadi) orang-orang zalim. | 25 | 25) Allah Swt. menjanjikan bahwa waktu munajat Nabi Musa a.s. untuk menerima petunjuk (Taurat) adalah empat puluh malam. Akan tetapi, umatnya tidak sabar menunggunya sehingga mereka menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri. | Setelah menerima nikmat dalam bentuk penyelamatan dari dua bencana pembunuhan dan tenggelam di Laut Merah, Allah kemudian menyuruh Bani Israil agar mengingat lagi peristiwa penurunan wahyu kepada Nabi Musa. Dan ingatlah, wahai Bani Israil, ketika Kami menjanjikan kepada Musa empat puluh malam, waktu yang dijanjikan Allah untuk menerima wahyu. Sayang kamu tidak sabar menunggunya. Kemudian kamu menjadikan patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri sebagai sesembahan setelah kepergian-nya (Musa). Dan dengan perbuatan menyembah patung anak sapi itu, kamu, wahai Bani Israil, menjadi orang yang zalim yang kezalimannya itu terhunjam di dalam jiwa. | Pada ayat ini Allah swt mengingatkan mereka kepada nikmat yang lain sesudah nikmat-nikmat-Nya yang tersebut di atas, yaitu Allah menjanjikan kepada Musa a.s. akan memberikan Taurat kepadanya, dan Allah menentukan waktunya yaitu selama 40 malam. Mereka menganggap bahwa waktu yang ditetapkan itu terlalu lama maka mereka membuat patung anak sapi dari emas dan mereka sembah. Dengan demikian mereka telah menganiaya diri mereka sendiri karena perbuatan syirik yang mereka lakukan.
Sikap mereka itu sangat mengherankan, sebab janji Allah kepada Nabi Musa a.s. akan menurunkan Kitab Taurat sebenarnya merupakan nikmat dan keutamaan yang amat besar bagi Bani Israil, tetapi mereka balas dengan perbuatan yang amat keji, yaitu kekafiran dan kebodohan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu Allah mengingatkan Bani Israil kepada nikmat-Nya dan kelebihan yang diberikan kepada mereka dibanding umat-umat yang lain. Pada ayat-ayat berikutnya disebutkan kembali nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka. | PEMBEBASAN BANI ISRAIL DARI
KEKEJAMAN FIR‘AUN | Kosakata: Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)
Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya. | null | null |
59 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 52 | 8 | 2 | 1 | 1 | ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ | Ṡumma ‘afaunā ‘ankum mim ba‘di żālika la‘allakum tasykurūn(a). | Setelah itu, Kami memaafkan kamu agar kamu bersyukur. | null | null | Walaupun kedurhakaan Bani Israil sudah berlipat-lipat, namun Allah memberikan maaf kepada mereka. Kemudian Kami memaafkan kamu atas berbagai kedurhakaan dan ketidaksyukuran yang kamu lakukan setelah itu, agar kamu kembali ke jalan lurus dan bersyukur atas nikmat yang telah dicurahkan oleh Allah. Dengan demikian, semoga kamu dapat memperbaiki diri. | Allah Maha Pengasih dan Maha Pengampun kepada hamba-Nya. Walaupun Bani Israil telah melakukan kekafiran dan kemusyrikan sedemikian rupa, namun Allah masih memberikan maaf dan ampunan kepada mereka, agar mereka mensyukuri-Nya. Allah tidak segera menimpakan azab kepada mereka melainkan ditangguhkan-Nya sampai datangnya Nabi Musa a.s. dan memberitahukan kepada mereka cara menebus dosa, agar selanjutnya mereka mensyukuri nikmat-Nya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu Allah mengingatkan Bani Israil kepada nikmat-Nya dan kelebihan yang diberikan kepada mereka dibanding umat-umat yang lain. Pada ayat-ayat berikutnya disebutkan kembali nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka. | PEMBEBASAN BANI ISRAIL DARI
KEKEJAMAN FIR‘AUN | Kosakata: Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)
Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya. | null | null |
60 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 53 | 8 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ | Wa iż ātainā mūsal-kitāba wal-furqāna la‘allakum tahtadūn(a). | (Ingatlah) ketika Kami memberikan kitab (Taurat) dan furqān kepada Musa agar kamu memperoleh petunjuk.26) | 26 | 26) Yang dimaksud adalah kumpulan wahyu yang disebut Taurat dan berfungsi sebagai furqān, yaitu pembeda antara hak dan batil. | Nikmat berikut yang diberikan kepada Bani Israil adalah kitab Taurat dan al-Furqan. Dan ingatlah lagi, ketika Kami memberikan kepada Musa Kitab kumpulan dari wahyu dan berfungsi sebagai Furqan, pembeda antara yang hak dengan yang batil, agar kamu memperoleh petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. | Dalam ayat ini Allah swt mengingatkan lagi kepada mereka tentang nikmat-Nya yang lain yaitu Kitab Taurat yang diturunkan kepada mereka sebagai bukti untuk menguatkan kerasulan Nabi Musa a.s. Kitab tersebut diturunkan kepada mereka melalui Nabi Musa a.s. untuk mereka jadikan petunjuk. Dengan memahami isinya serta mengamalkan syariat dan petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalamnya, diharapkan mereka kembali menjadi orang baik-baik, dan tidak lagi terjerumus kepada kesesatan yang lain, misalnya menyembah patung-patung, dan sebagainya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu Allah mengingatkan Bani Israil kepada nikmat-Nya dan kelebihan yang diberikan kepada mereka dibanding umat-umat yang lain. Pada ayat-ayat berikutnya disebutkan kembali nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka. | PEMBEBASAN BANI ISRAIL DARI
KEKEJAMAN FIR‘AUN | Kosakata: Fir‘aun فِرْعَوْن (al-Baqarah/2: 49)
Fir‘aun adalah gelar raja-raja Mesir sebelum Islam, sebagaimana orang-orang Arab menyebut gelar Kisra untuk raja-raja Persia dan Kaisar untuk raja-raja Romawi. Secara harfiah kata itu berarti “tiran yang kejam”. Menurut catatan sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa adalah Mineptah (1232-1224 SM) anak Ramses II. Ketiraniannya dilukiskan Al-Qur’an, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Apakah kamu tidak melihat?” (az-Zukhruf/43: 51). Kekejamannya adalah bahwa ia sering menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak perempuan (al-Baqarah/2: 49). Tidak hanya demikian, Fir‘aun bahkan menganggap dirinya Tuhan (al-Qaṣaṣ/28: 38). Dalam ayat itu juga diceritakan bagaimana pembantunya yang setia, Hāmān, diperintahkannya untuk membangun menara yang menjulang ke angkasa untuk melihat Tuhan yang disembah Musa. Al-Qur’an juga mengisahkan (Yūnus/10: 90-92) bahwa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman Fir‘aun, Nabi Musa a.s. memimpin pelarian Bani Israil keluar dari Mesir, tetapi Fir‘aun dan pasukannya mengejar mereka. Ketika mereka terdesak tidak mungkin menyeberangi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut itu. Laut terbelah, Bani Israil selamat sampai ke seberang, sedangkan Fir‘aun dan pasukannya yang mengejar mereka tenggelam di dalam laut, karena laut itu dipertautkan kembali oleh Allah. Di tengah upaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam dalam air itulah Fir‘aun menyatakan imannya, “Saya beriman bahwa tiada tuhan selain Tuhan yang diimani Bani Israil.” Tetapi iman dalam keadaan terdesak seperti itu tidak diterima oleh Allah. “Mengapa baru sekarang, sedangkan engkau amat durhaka sebelumnya dan termasuk orang yang melakukan kerusakan?” jawab Allah. Tubuh Fir‘aun diselamatkan oleh Allah untuk menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka yang membangkang, bagaimanapun kuasanya, akan mengalami nasib yang tragis di akhir hayatnya. | null | 1. Bani Israil telah menerima nikmat yang amat banyak dari Allah antara lain mereka diselamatkan dari kekejaman Fir‘aun, namun demikian mereka tidak mensyukuri, bahkan melupakan nikmat-nikmat tersebut, bahkan mereka balas dengan keingkaran dan kemusyrikan kepada-Nya.
2. Bani Israil telah ditimpa azab sengsara karena mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkannya kepada mereka.
3. Nikmat dan musibah merupakan ujian dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya.
4. Ketika Musa a.s. meninggalkan mereka untuk menerima wahyu dari Allah selama 40 malam, berupa Kitab Taurat yang fungsinya diharapkan menjadi petunjuk, Bani Israil tidak sabar menunggu. Mereka justru mambuat patung anak sapi dan menyembahnya. Ini adalah salah satu dari kezaliman mereka.
5. Allah Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Dia memaafkan kesalahan hamba-Nya apabila benar-benar bertobat kepada-Nya dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. |
61 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 54 | 8 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ اَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوْبُوْٓا اِلٰى بَارِىِٕكُمْ فَاقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِنْدَ بَارِىِٕكُمْۗ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ | Wa iż qāla mūsā liqaumihī yā qaumi innakum ẓalamtum anfusakum bittikhāżikumul- ‘ijla fatūbū ilā bāri'ikum faqtulū anfusakum, żālikum khairul lakum ‘inda bāri'ikum, fatāba ‘alaikum, innahū huwat-tawwābur-raḥīm(u). | (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan). Oleh karena itu, bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu.27) Itu lebih baik bagimu dalam pandangan Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. | 27 | 27) Menurut sebagian mufasir, perintah untuk membunuh diri pada ayat ini berarti perintah bagi orang yang tidak menyembah patung anak sapi untuk membunuh orang yang menyembahnya. Namun, perintah itu bisa pula dipahami sebagai perintah kepada orang-orang yang menyembah patung anak sapi itu untuk saling membunuh atau membunuh diri mereka sendiri sebagai bentuk tobat kepada Allah. | Bila peringatan pada ayat-ayat yang lalu langsung disampaikan oleh Allah kepada Bani Israil, maka sekarang peringatan itu disampaikan melalui Nabi Musa. Perubahan siapa yang menyampaikan peringatan ini memberikan sinyal bahwa kedurhakaan Bani Israil itu sudah sangat keterlaluan sehingga seolah-olah Allah tidak mau lagi memedulikan mereka dan sekarang diberikan wewenang itu kepada Nabi Musa. Dan ingatlah ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah melakukan kedurhakaan kepada Allah. Itu berarti kamu telah menzalimi dirimu sendiri. Perbuatan kamu dengan menjadikan patung anak sapi se-bagai sesembahan kamu adalah perbuatan yang telah mensyirikkan Allah yang membuat kamu layak diberi hukuman. Oleh karena itu, bertobatlah dengan memohon ampun kepada Penciptamu, Allah Yang Maha Pencipta, dan bunuhlah dirimu. Sejak dulu sampai sekarang terdapat tradisi bangsa-bangsa yang rela mengorbankan nyawa dengan membunuh diri sendiri demi untuk tujuan yang lebih luhur, seperti yang terdapat dalam tradisi masyarakat Jepang. Membunuh diri dengan tujuan luhur itu adalah lebih baik bagimu, wahai Bani Israil, di sisi Allah Penciptamu dengan sangat sempurna. Dengan demikian, Dia Allah akan menerima tobatmu dan permohonan ampunmu. Sungguh, yakinilah bahwa Dialah Zat Yang Maha Penerima tobat dosa hamba-hamba-Nya, lagi Maha Penyayang. | Dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada Bani Israil yang hidup semasanya pada waktu itu bahwa Musa a.s. sekembali dari munajat dengan Tuhannya, mendapati kaumnya menyembah patung anak sapi, lalu dia berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, sesungguhnya dengan perbuatan kamu menjadikan anak sapi itu sebagai tuhanmu, kamu telah membinasakan diri kamu sendiri, dan telah melenyapkan pahala yang sedianya akan kamu terima di sisi Tuhanmu. Alangkah baiknya, seandainya kamu menepati janji yang telah diikrarkan, dan kamu mengikuti syariatku[10] Oleh sebab itu, bertobatlah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu, dan janganlah berbuat kebodohan semacam itu, dimana kamu telah meninggalkan Tuhanmu yang sesungguhnya, lalu kamu mengambil anak sapi sebagai sembahanmu.”
Musa a.s. juga memerintahkan kepada mereka, “Bunuhlah diri kamu.” Maksudnya, agar orang-orang yang tidak berbuat kejahatan di antara mereka membunuh mereka yang telah bersalah itu, atau mereka yang telah berbuat kejahatan itu saling membunuh, atau mereka disuruh membunuh diri mereka sendiri sebagai pernyataan tobat kepada Allah. Dalam Perjanjian Lama Kitab Keluaran xxxii.27-28 disebutkan yang mati akibat pembunuhan itu 3000 orang.
Kemudian Musa a.s. mengatakan kepada mereka bahwa bertobat dan membunuh diri sebagai pernyataan tobat itu lebih baik bagi mereka di sisi Allah daripada terus-menerus berbuat kedurhakan yang menyebabkan mereka ditimpa azab. Apabila mereka telah bersih dari dosa itu, barulah mereka patut menerima pahala dan ganjaran.
Abdullah Yusuf Ali berpendapat “bunuhlah nafsumu”; anfusakum dalam ayat ini berarti nafsu, bukan pribadi. Hampir sejalan dengan pendapat al-Qasimi, Muhammad Asad, dan lain-lain.
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah mereka melakukan yang diperintahkan Musa, Allah menerima tobat dan memaafkan kesalahan mereka, karena Dialah yang memberikan jalan kepada orang-orang yang berdosa itu untuk bertobat, dan Dia menerima tobat mereka. Sebab Dia Maha Pengasih kepada orang-orang yang mau bertobat kepada-Nya. Seandainya tidak demikian, tentulah segera ditimpakan kebinasaan kepada mereka karena dosa-dosa besar yang mereka lakukan itu. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | KEDURHAKAAN BANI ISRAIL | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | null | Pada ayat-ayat yang lalu disebutkan berbagai nikmat yang telah dilimpahkan kepada Bani Israil, yang menjadi sumber kebanggaan, kesombongan dan keangkuhan mereka. Pada ayat ini dijelaskan tentang kedurhakaan mereka, yaitu menjadikan patung anak sapi sebagai tuhan dan mensyaratkan keimanan dengan melihat Allah, dan kufur-kufur nikmat lainnya. |
62 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 55 | 8 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَخَذَتْكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ | Wa iż qultum yā mūsā lan nu'mina laka ḥattā narallāha jahratan fa'akhażatkumuṣ-ṣā‘iqatu wa antum tanẓurūn(a). | (Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan kamu menyaksikan(-nya). | null | null | Kedurhakaan Bani Israil lebih meningkat lagi. Bukan hanya menyembah patung anak sapi, tetapi malah mereka meminta Allah agar dapat dilihat dengan mata kepala. Dengan nada yang sangat kasar, mereka memanggil Nabi Musa dengan menyebut nama, Musa. Dan ingatlah wahai Bani Israil ketika kamu berkata kepada Nabi Musa, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu, dan kepada apa yang kamu sampaikan, sebelum kami melihat Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta itu, dengan jelas.” Tentu permintaan ini sudah melampaui batas kewajaran. Bukankah mereka sudah menerima nikmat yang sangat banyak dari Allah, tetapi tetap masih durhaka. “Disebabkan kedurhakaanmu yang sudah sangat berlipat-lipat, maka halilintar menyambarmu sebagai hukuman bagi kamu. Semua peristiwa itu kamu sadari terjadinya, sedang kamu menyaksikan dengan mata kepala kamu sendiri.” | Dalam ayat ini Allah mengingatkan Bani Israil kepada sifat-sifat dan keingkaran nenek moyang mereka kepada Nabi Musa, yaitu mereka pernah berkata kepada Nabi Musa. “Kami tidak akan beriman kepadamu sampai kami dapat melihat Allah secara kasat mata.” Karena sikap dan kelakuan mereka itu Allah menurunkan azab kepada mereka, yaitu halilintar yang menyambar mereka.
Nabi Musa memilih tujuh puluh orang yang akan pergi bersamanya ke bukit Sinai untuk meminta ampun atas kesalahan mereka menyembah anak sapi. Mereka mengatakan kepada Nabi Musa a.s. bahwa sebelum mereka dapat melihat Allah dengan mata kepala mereka sendiri, mereka tidak akan beriman, tidak akan membenarkan ucapan Nabi Musa a.s. bahwa Taurat itu adalah Kitab Allah. Mereka juga tidak akan percaya bahwa Musa telah mendengar perkataan Allah, dan mereka juga tidak akan percaya bahwa Allah memerintahkan untuk menerima perkataan-Nya dan mengamalkannya. Lalu datanglah halilintar menyambar mereka, sedang yang lain menyaksikan peristiwa itu dengan jelas (lihat pula al-A‘rāf/7:156).
Demikianlah sikap Bani Israil terhadap Nabi Musa, mereka selalu bertingkah dan membangkang. Maka datanglah azab Allah kepada mereka. Bermacam-macam penyakit menimpa mereka. Binatang-binatang kecil yang menyebarkan berbagai penyakit telah membinasakan sejumlah besar dari mereka. Maka tidaklah mengherankan ketika Nabi Muhammad saw datang menyeru mereka kepada agama lslam, mereka bersikap menentang dan menolak seruan itu. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | KEDURHAKAAN BANI ISRAIL | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | null | null |
63 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 56 | 8 | 2 | 1 | 1 | ثُمَّ بَعَثْنٰكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ | Ṡumma ba‘aṡnākum mim ba‘di mautikum la‘allakum tasykurūn(a). | Kemudian, Kami membangkitkan kamu setelah kematianmu agar kamu bersyukur. | null | null | Peristiwa disambar halilintar itu adalah peristiwa dahsyat sehingga layak sekali bila dikatakan itu adalah peristiwa kematian yang dapat menghancurkan kehidupan generasi mereka secara keseluruhan. Namun demikian, Allah masih tetap mencurahkan rahmat-Nya. Sesudah peristiwa halilintar itu, generasi kaum Bani Israil masih dibangkitkan lagi di dunia ini oleh Allah. “Kemudian, setelah terjadinya peristiwa halilintar tersebut, Kami membangkitkan kamu, yakni generasi yang selamat dari peristiwa, setelah sebagian besar dari kamu mati, agar kamu bersyukur atas nikmat Allah tersebut.” | Dalam ayat ini Allah mengingatkan kepada Bani Israil yang ada pada masa Nabi Muhammad saw bahwa setelah banyak di antara mereka itu mati karena azab tersebut di atas, maka keturunan mereka yang masih tinggal kembali berkembang biak, padahal tadinya mereka mengira jumlah mereka akan semakin berkurang. Allah telah menakdirkan mereka berkembang kembali, agar mereka dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang pahit itu, sehingga mereka mau mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
Allah menceritakan hal itu kepada kita dengan menghadapkan pembicaraan kepada Bani Israil yang ada ketika datangnya Nabi Muhammad saw untuk menunjukkan bahwa umat manusia ini pada hakikatnya adalah satu. Segala cobaan yang telah diturunkan-Nya, berupa kebaikan atau musibah, nikmat atau kesengsaraan, semuanya merupakan pelajaran bagi umat yang datang kemudian dengan menerangkan yang telah terjadi atas umat-umat terdahulu, agar manusia mengetahui bahwa semua bangsa di dunia ini mempunyai tanggung jawab terhadap sesamanya. Kebahagiaan seseorang sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan orang lain. Demikian pula kesengsaraan yang dideritanya. Setiap pribadi akan tertimpa kesengsaraan akibat perbuatan dosa yang telah meluas di lingkungannya, walaupun ia sendiri tidak ikut melakukan dosa-dosa tersebut. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | KEDURHAKAAN BANI ISRAIL | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | null | null |
64 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 57 | 8 | 2 | 1 | 1 | وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَاَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰى ۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ ۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ | Wa ẓallalnā ‘alaikumul-gamāma wa anzalnā ‘alaikumul-manna was-salwā, kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum, wa mā ẓalamūnā wa lākin kānū anfusahum yaẓlimūn(a). | Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa.28) Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri. | 28 | 28) Manna ialah sejenis madu, sedangkan salwa ialah sejenis burung puyuh. | Generasi tersisa Bani Israil yang dibangkitkan itu diriwayatkan terse-sat selama 40 tahun di padang pasir dataran Sinai yang sangat panas. Mereka tersesat karena enggan memerangi orang-orang yang durhaka di Syam. “Dan Kami menaungi kamu dengan awan, sehingga kamu ti-dak merasa kepanasan lagi di tengah padang pasir yang terik itu, dan Kami menurunkan kepadamu mann, makanan sejenis madu, dan salwa, burung kecil sejenis puyuh yang dapat dibakar untuk dimakan. Ma-kanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sehingga kamu tidak perlu lagi bersusah-payah mencari bahan makanan di padang pasir itu. “Kedurhakaan yang dilakukan oleh Bani Israil itu sedikit pun tidak mencederai Allah. Mereka tidak menzalimi Kami, dan bahkan sedikit pun tidak menodai keagungan Allah. Ditaati atau tidak ditaati, didurhakai atau tidak didurhakai, Allah tetap Allah dengan Kemahaagungan-Nya. Oleh sebab itu, bukan Allah yang teraniaya, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri karena merekalah yang akan menanggung akibat kedurhakaan mereka itu. | Dalam ayat ini Allah mengingatkan lagi kepada Bani Israil tentang nikmat-Nya yang lain yang dilimpahkan-Nya kepada nenek moyang mereka, yakni Allah telah menaungi mereka dengan awan mendung dari terik panas matahari yang menimpa mereka. Hal ini terjadi ketika mereka meninggalkan Mesir, dan menyeberangi Laut Merah. Mereka sampai ke gurun pasir dan ditimpa panas terik yang amat sangat. Lalu mereka mengadu kepada Nabi Musa. Begitu dia berdoa kepada Allah, memohon pertolongan untuk mereka, Allah mengirim awan mendung untuk menaungi mereka, hingga mereka dapat berjalan sampai ke negeri yang mereka tuju. Di samping itu Allah mengaruniakan pula makanan untuk mereka yaitu makanan yang disebut mann yang manis seperti madu, yang turun terus-menerus sejak terbit fajar sampai matahari terbenam, serta bahan makanan lain yang disebut salwā, yaitu semacam burung puyuh. Masing-masing mereka mengambil secukupnya untuk makan sampai keesokan harinya.
Menghadapi suhu udara yang sangat panas di tengah gurun pasir orang mudah terkuras habis energi dan tenaga yang dimilikinya. Oleh karena itu sebagai pengganti energi yang hilang diperlukan makanan dan minuman yang banyak mengandung zat gula. Mann adalah sejenis makanan yang manis atau minuman berenergi seperti madu yang sangat dibutuhkan di daerah gurun pasir. Jika seseorang memakan makanan yang mengandung banyak zat gula kecuali meningkatkan energi dan memberi dampak rasa senang, juga membuat orang lebih bersemangat.
Di samping makanan yang kandungan gulanya tinggi juga dibutuhkan daging yang mengandung protein dan lemak. Salwā adalah sejenis burung puyuh yang dagingnya memiliki kandungan protein dan lemak yang sangat tinggi, makanan ini dibutuhkan oleh orang-orang yang berada di gurun pasir yang panas sekali. Allah Mahamengetahui dan Mahabijaksana dengan memberikan makanan Mann dan Salwā kepada Bani Israil yang melakukan perjalanan panjang dan berat dari Mesir ke Syria.
Allah memerintahkan agar mereka memakan makanan yang baik, dari rezeki yang telah dilimpahkan-Nya. Makanan yang baik ialah makanan yang halal dan bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan badan. Ini menunjukkan bahwa apa pun yang diperintahkan Allah kepada manusia, manfaatnya adalah untuk diri mereka sendiri, bukan untuk-Nya. Sebaliknya, apa pun yang dilarang-Nya agar dijauhi oleh manusia, semua itu adalah untuk menyelamatkan mereka sendiri dari malapetaka yang akan menimpa mereka karena perbuatan itu.
Seorang ahli kimia bahan alam dari Belgia, Dr. Errera (1893) menduga bahwa manna merupakan jenis tumbuhan rendah, yang termasuk ‘lumut kerak’ (lichenes) dari golongan unattached lichens (lumut kerak yang tidak melekat, mudah lepas). Setelah melakukan pengamatan, Errera menduga bahwa manna sangat mungkin merupakan spesies lumut kerak yang dikenal dengan nama saintifik: Aspicilia esculenta. Lumut kerak aspicilia esculenta ini sangat mudah terbawa oleh angin atau badai, sehingga nampak seolah-oleh diturunkan (anzalnaa, diturunkan) dari langit. Lumut kerak ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan mengandung pula zat antibiotika (thayyib, makanan yang baik-baik). Sedangkan salwa, kemungkinan besar adalah burung puyuh. Dapatlah dimengerti bahwa Bani Israil dapat bertahan lama (sekitar 40 th) di belantara Sinai, karena mendapatkan rahmat dari Allah swt., berupa makanan manna, yang merupakan sumber karbohidrat dengan gizi tinggi dan terkandung pula antibiotik di dalamnya. Sedangkan untuk sumber protein didapat dari salwā. Wallāhu a‘lam biṣ-ṣawāb. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | KEDURHAKAAN BANI ISRAIL | Kosakata: Jahrah جَهْرَةً (al-Baqarah/2: 55)
Kata jahrah berasal dari kata jahara-yajharu-jahran atau jahrah, dikatakan mengandung arti tampaknya sesuatu dengan jelas baik dengan menggunakan organ telinga seperti firman Allah pada surah ar-Ra‘d/13: 10 atau dengan menggunakan organ mata seperti pada surah al-Baqarah/2: 55. Maksudnya “melihat Allah secara kasat mata”. Itu adalah permintaan Bani Israil (umat Nabi Musa a.s.), untuk memenuhi permintaan Nabi Musa kepada mereka untuk beriman. Permintaan itu menunjukkan keingkaran mereka, karena Allah tidak sama dengan apapun dan tidak mungkin dapat dilihat. Supaya manusia beriman, Allah mengemukakan tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu alam semesta ini, dan menyampaikan bukti-bukti kebenaran-Nya (bayyināt) yaitu ayat-ayat Al-Qur’an. Allah hanya dapat dilihat nanti di akhirat di dalam surga sebagaimana diinformasikan (al-Qiyāmah/75:22-23). | null | 1. Perbuatan Bani Israil menyembah patung anak sapi merupakan suatu keingkaran terhadap Allah, dan juga suatu kezaliman terhadap diri sendiri.
2. Tuntutan mereka untuk dapat melihat Allah sebagai prasyarat untuk beriman, merupakan suatu kedurhakaan kepada Allah, dan patut mendapat hukuman.
3. Allah memerintahkan Bani Israil untuk memakan makanan yang halal dan baik.
4. Kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia tidak akan merugikan Allah, melainkan akan merugikan diri manusia sendiri. |
65 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 58 | 9 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ قُلْنَا ادْخُلُوْا هٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوْا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَّادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُوْلُوْا حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطٰيٰكُمْ ۗ وَسَنَزِيْدُ الْمُحْسِنِيْنَ | Wa iż qulnadkhulū hāżihil-qaryata fakulū minhā ḥaiṡu syi'tum ragadaw wadkhulul- bāba sujjadaw wa qūlū ḥiṭṭatun nagfir lakum khaṭāyākum, wa sanazīdul-muḥsinīn(a). | (Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” | null | null | Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan beragam anugerah yang terlimpah kepada Bani Israil, sedang ayat ini menerangkan nikmat-nikmat yang lain. Dan selain anugerah yang telah dilimpahkan, ingatlah juga ketika Kami berfirman kepada Bani Israil, “Masuklah ke negeri ini, yaitu Baitulmaqdis setelah dapat mengalahkan lawan-lawanmu. Sesudah itu maka makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu. Dan selanjutnya masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk sebagai tanda kerendahan hati dan penyesalan atas semua dosa yang telah diperbuat masa lalu, dan kemudian katakanlah dengan penuh harap, ‘Bebaskanlah kami dari dosa-dosa kami yang demikian banyak.’ Bila hal ini kamu lakukan dengan penuh kesadaran, niscaya Kami ampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahanmu. Dan selain dari yang telah dianugerahkan, Kami juga akan menambah karunia dan nikmat, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak, bagi orang-orang yang benar-benar selalu berbuat kebaikan.” | Pada permulaan ayat ini, Allah swt memerintahkan Bani Israil untuk memasuki suatu daerah (Baitulmakdis) dan menikmati makanan-makanan yang ada di sana dan mensyukuri nikmat-Nya, karena mereka telah diselamatkan dari pengejaran musuh dalam perjalanan yang amat sulit. Mereka diperintahkan untuk mengucapkan doa kepada Allah, agar mereka diampuni dari segala dosa yang telah mereka lakukan. Allah menegaskan bahwa jika mereka mematuhi perintah tersebut, Dia akan mengampuni semua kesalahan mereka, dan akan memberikan tambahan pahala dan karunia kepada orang-orang yang berbuat kebajikan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu telah diterangkan kedurhakaan yang dilakukan Bani Israil, dan pada ayat-ayat ini akan diterangkan lagi kedurhakaan Bani Israil yang lain, yaitu pembangkangan masuk Baitulmakdis dan mengubah ucapan yang maknanya berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, sebagai tanda keingkaran mereka. | KEDURHAKAAN BANI ISRAIL
KETIKA MASUK KE BAITULMAKDIS | Kosakata: al-Qaryah اَلْقَرْيَةٌ (al-Baqarah/2: 58)
Al-qaryah secara bahasa berasal dari kata kerja qarā-yaqrī yang maknanya “berkumpul” atau “mengumpulkan”. Al-qaryah diartikan sebagai kumpulan manusia, suatu kota yang menyeluruh, atau tempat berkumpulnya sesuatu. Dalam pengertian sehari-hari, al-qaryah diberi makna sebagai desa atau negeri. Yang dimaksud dengan al-qaryah dalam ayat ini adalah Baitulmakdis, yang oleh orang Yahudi dinamakan Yerusalem lama. Kawasan ini merupakan suatu daerah yang subur yang dipenuhi oleh hasil bumi yang melimpah. Keadaan yang demikian diisyaratkan oleh kelanjutan dari ayat ini (al-qaryah) yang menunjukkan betapa subur tanah negeri itu dan betapa banyak dan terpencar hasil buminya, sehingga mereka dipersilahkan untuk menikmati produk yang banyak itu di mana saja yang masih termasuk kawasan ini. Demikian keadaan yang sesungguhnya dengan negeri (al-qaryah) yang dimaksud, yaitu Baitulmakdis dan daerah-daerah di sekitarnya. Kondisi yang demikian tetap seperti yang diungkap Al-Qur’an sampai saat ini. Sebagai tambahan, kemungkinan besar karena keadaannya yang subur di tengah-tengah gurun pasir yang gersang dan tandus, negeri ini selalu menjadi rebutan berbagai suku bangsa sejak zaman dahulu hingga sekarang. | null | null |
66 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 59 | 9 | 2 | 1 | 1 | فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ فَاَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزًا مِّنَ السَّمَاۤءِ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ ࣖ | Fabaddalal-lażīna ẓalamū qaulan gairal-lażī qīla lahum fa anzalnā ‘alal-lażīna ẓalamū rijzam minas-samā'i bimā kānū yafsuqūn(a). | Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka, Kami menurunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka selalu berbuat fasik. | null | null | Setelah mengenyam berbagai kenikmatan itu, ternyata Bani Israil tetap ingkar kepada Allah. Sebagai balasan dari beragam anugerah tersebut, lalu orang-orang yang zalim itu bahkan mengganti perintah Allah yang disyariatkan untuk kebaikan mereka dengan mengerjakan sesuatu yang justru tidak diperintahkan kepada mereka. Di antara perbuatan yang mereka lakukan adalah mengganti perintah sujud dengan mengangkat kepala, tunduk sebagai bukti ketaatan dengan pembangkangan, dan rendah hati dengan sikap angkuh serta sombong. Maka, akibat dari keingkaran dan kesombongan ini, Allah menegaskan, “Kami, melalui para malaikat atau bencana, turunkan malapetaka yang merupakan siksa yang amat pedih dari langit yang datangnya tidak terduga kepada orang-orang yang zalim itu.” Hal yang sedemikian ini karena mereka selalu berbuat fasik, yaitu tidak pernah bersyukur dan selalu menyiratkan pembangkangan dan kesombongan. | Dalam ayat ini diterangkan, bahwa Bani Israil tidak mau melaksanakan perintah dan petunjuk-petunjuk Allah, bahkan sebaliknya mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah-perintah tersebut, seolah-olah mereka tidak mengakui adanya segala perintah itu. Mereka mengatakan bahwa hal-hal sebaliknyalah yang diperintahkan kepada mereka. Demikianlah orang yang fasik dengan mudah memutarbalikkan kenyataan. Orang-orang yang durhaka senantiasa menyalahi perintah, apabila mereka ditugaskan melakukan pekerjaan yang terasa berat bagi mereka.
Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa karena sikap mereka yang ingkar dan tidak mematuhi perintah itu, Allah menurunkan azab kepada mereka. Dalam ayat ini tidak dijelaskan macam azab yang diturunkan itu. Allah menguji Bani Israil dengan bermacam-macam cobaan setiap kali mereka melakukan kefasikan dan kezaliman. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu telah diterangkan kedurhakaan yang dilakukan Bani Israil, dan pada ayat-ayat ini akan diterangkan lagi kedurhakaan Bani Israil yang lain, yaitu pembangkangan masuk Baitulmakdis dan mengubah ucapan yang maknanya berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, sebagai tanda keingkaran mereka. | KEDURHAKAAN BANI ISRAIL
KETIKA MASUK KE BAITULMAKDIS | Kosakata: al-Qaryah اَلْقَرْيَةٌ (al-Baqarah/2: 58)
Al-qaryah secara bahasa berasal dari kata kerja qarā-yaqrī yang maknanya “berkumpul” atau “mengumpulkan”. Al-qaryah diartikan sebagai kumpulan manusia, suatu kota yang menyeluruh, atau tempat berkumpulnya sesuatu. Dalam pengertian sehari-hari, al-qaryah diberi makna sebagai desa atau negeri. Yang dimaksud dengan al-qaryah dalam ayat ini adalah Baitulmakdis, yang oleh orang Yahudi dinamakan Yerusalem lama. Kawasan ini merupakan suatu daerah yang subur yang dipenuhi oleh hasil bumi yang melimpah. Keadaan yang demikian diisyaratkan oleh kelanjutan dari ayat ini (al-qaryah) yang menunjukkan betapa subur tanah negeri itu dan betapa banyak dan terpencar hasil buminya, sehingga mereka dipersilahkan untuk menikmati produk yang banyak itu di mana saja yang masih termasuk kawasan ini. Demikian keadaan yang sesungguhnya dengan negeri (al-qaryah) yang dimaksud, yaitu Baitulmakdis dan daerah-daerah di sekitarnya. Kondisi yang demikian tetap seperti yang diungkap Al-Qur’an sampai saat ini. Sebagai tambahan, kemungkinan besar karena keadaannya yang subur di tengah-tengah gurun pasir yang gersang dan tandus, negeri ini selalu menjadi rebutan berbagai suku bangsa sejak zaman dahulu hingga sekarang. | null | 1. Allah memerintahkan kepada Bani Israil memasuki Baitulmakdis dan menikmati makanan yang terdapat di sana dengan mematuhi segala perintah-Nya.
2. Bani Israil tetap mengingkari nikmat Allah, dan tidak mau mematuhi perintah-perintah-Nya. Oleh sebab itu mereka ditimpa azab karena kesalahan-kesalahan yang telah berulang kali mereka lakukan. |
67 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 60 | 9 | 2 | 1 | 1 | ۞ وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ | Wa iżistasqā mūsā liqaumihī faqulnaḍrib bi‘aṣākal-ḥajar(a), fanfajarat minhuṡnatā ‘asyrata ‘ainā(n), qad ‘alima kullu unāsim masyrabahum, kulū wasyrabū mir rizqillāhi wa lā ta‘ṡau fil-arḍi mufsidīn(a). | (Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan. | null | null | Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan tentang beragam anugerah yang dilimpahkan kepada Bani Israil. Selanjutnya pada ayat ini diingatkan pula tentang nikmat lain yang merupakan mukjizat Nabi Musa, yaitu ketersediaan air yang sangat diperlukan semua makhluk hidup. Dan sejalan dengan hal ini, ingatlah kamu sekalian ketika Musa memohon air untuk kaumnya pada saat mereka sedang kehausan di gurun Sinai, lalu Kami berfirman kepadanya, “Pukullah batu yang ada di hadapanmu itu dengan tongkatmu yang merupakan mukjizatmu!” Maka seketika itu memancarlah daripadanya, yaitu dari batu yang dipukul itu, dua belas mata air, sesuai dengan jumlah suku yang ada pada Bani Israil, yang merupakan keturunan dari dua belas anak Nabi Yakub. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing, seperti yang disebutkan dalam Surah al-Araf /7 : 160, yaitu bahwa setiap suku dari 12 suku dari Bani Israil mengetahui mata air mana yang menjadi bagian mereka. Karena itu, wahai Bani Israil, makan-lah dari anugerah Allah yang berupa al-mann dan as-salwa, dan minumlah air yang memancar dari batu sebagai rezeki yang diberikan Allah kepada kamu semua, dan janganlah kamu berkeliaran di bumi dengan tanpa tujuan yang jelas, apalagi dengan berbuat kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian dan hal-hal negatif bagi makhluk lainnya. | Pada permulaan ayat ini, Allah swt mengisahkan bagaimana Nabi Musa a.s. berdoa kepada Allah untuk mendapatkan air minum bagi para pengikutnya yang terdiri dari dua belas suku. Allah mengabulkan doa tersebut, lalu memerintahkan Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke sebuah batu besar yang ada di padang pasir itu. Tiba-tiba memancarlah air dari batu itu sebanyak dua belas sumber, sehingga masing-masing suku dari kaum Nabi Musa itu mendapatkan air minum secukupnya. Kejadian ini merupakan mukjizat bagi Musa untuk membuktikan kerasulannya, dan untuk menunjukkan kekuasaan Allah.
Sesungguhnya Allah kuasa memancarkan air dari batu, tanpa dipukul dengan tongkat lebih dahulu, tetapi Allah hendak memperlihatkan kepada hamba-Nya hubungan sebab dengan akibat. Apabila mereka menginginkan sesuatu harus berusaha dan bekerja untuk mendapatkannya sesuai proses hubungan antara sebab dan akibat. Allah telah menyediakan rezeki untuk setiap makhluk-Nya yang hidup di bumi ini, tetapi rezeki itu tidak datang sendiri, melainkan harus diusahakan, dan harus ditempuh cara-caranya. Siapa yang malas berusaha tentu tidak akan mendapatkan rezeki yang diperlukan.
Di samping itu Allah telah menciptakan manusia mempunyai pikiran dan perasaan yang terbatas, sehingga dia hanya dapat memahami yang berada dalam daerah jangkauan indera, pikiran, dan perasaannya. Apabila dia melihat adanya sesuatu yang berada di luar kemampuannya, dia berusaha untuk mengembalikan persoalannya kepada yang telah diketahuinya. Bila dia tidak dapat memahaminya sama sekali, dia menjadi bingung, apalagi hal itu terjadi di hadapannya berulang kali. Maka Allah memperlihatkan mukjizat melalui para nabi sesuai dengan keadaan umat pada masa nabi itu. Allah menyuruh mereka makan dan minum dari rezeki yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan mereka dilarang untuk berbuat kezaliman. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu disebutkan segala nikmat yang telah diberikan kepada Bani Israil, tetapi mereka tidak mensyukuri bahkan mengingkarinya. Dalam ayat ini Allah menyebutkan lagi nikmat-Nya yang lain kepada Bani Israil, namun mereka tetap mengingkari-Nya, yaitu ketika mereka meninggalkan Mesir dalam keadaan tersesat dalam perjalanan mereka di padang pasir, mereka menderita haus yang amat sangat karena teriknya matahari, sedang air amat sulit didapat. Mereka meminta air minum kepada Nabi Musa a.s.. Maka berdoalah ia kepada Allah, mohon diberi air minum, dan Allah mengabulkan doa tersebut. | KELUARNYA AIR DARI BATU
SEBAGAI MUKJIZAT NABI MUSA | Kosakata: Infajarat اِنْفَجَرَتْ (al-Baqarah/2: 60)
Kata infajarat berasal dari kata al-fajru, artinya terbelahnya sesuatu dengan sangat luas seperti orang yang membelah bendungan di sungai. Fajartuhu-fanfajara, berarti “saya pecahkan, maka terpecahlah”. Firman Allah pada ayat ini, fanfajarat dan seterusnya, berarti memancarlah. Waktu subuh dikatakan sebagai fajar karena waktu subuh yang terang memecah kegelapan malam. Yang dimaksud dengan kata ini sesuai dengan konteks ayat ini adalah memancarnya air. Memancarnya air yang diungkap dalam ayat ini menunjukkan suatu mukjizat yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Musa. Mukjizat itu dapat ditujukan kepada Nabi Musa sebab dari memancarnya air karena pukulan tongkat yang menunjukkan luar biasanya tongkat itu, dan dapat pula diungkapkan bahwa kehadiran air yang di luar kebiasaan, yaitu tidak turun dari langit, tetapi memancar dari sesuatu yang selama ini tidak pernah menjadi sumber air, yakni batu. Namun demikian, ada juga yang berpendapat bahwa memancarnya air dari batu bukan sebagai mukjizat. Hal yang demikian karena sering kali kita juga melihat keluarnya air dari sebuah batu. Sebenarnya air itu bukan berasal dari batu, tetapi dari mata air yang sebenarnya tertutup oleh batu tersebut. Ketika tanah digali, dan batu dipecahkan dengan tongkat, maka air pun memancar. Pendapat ini merupakan upaya untuk merasionalkan pemahaman ayat, hanya saja hal ini mengurangi fungsi tongkat Nabi Musa a.s., yang secara tegas dinyatakan sebagai mukjizat Ilahi (lihat Ṭāhā/20:17-20). | null | 1. Keluarnya air dari batu setelah Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya adalah salah satu mukjizat yang dilimpahkan Allah kepadanya, untuk membuktikan kerasulannya dan untuk menunjukkan kekuasaan-Nya serta untuk menyelamatkan Bani Israil dari kehausan.
2. Perintah untuk menikmati rezeki yang diberikan oleh Allah dan larangan berbuat kerusakan di bumi. |
68 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 61 | 9 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ | Wa iż qultum yā mūsā lan naṣbira ‘alā ṭa‘āmiw wāḥidin fad‘u lanā rabbaka yukhrij lanā mimmā tumbitul-arḍu mim baqlihā wa qiṡṡā'ihā wa fūmihā wa ‘adasihā wa baṣalihā, qāla atastabdilūnal-lażī huwa adnā bil-lażī huwa khair(un), ihbiṭū miṣran fa inna lakum mā sa'altum, wa ḍuribat ‘alaihimuż-żillatu wal-maskanatu wa bā'ū bigaḍabim minallāh(i), żālika bi'annahum kānū yakfurūna bi'āyātillāhi wa yaqtulūnan- nabiyyīna bi gairil-ḥaqq(i), żālika bimā ‘aṣaw wa kānū ya‘tadūn(a). | (Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. | null | null | Dan ingatlah pula sikap-sikap yang tidak menyenangkan, yaitu ketika kamu berkata kepada Nabi Musa, “Wahai Musa! Kami sudah tidak tahan lagi bila hanya makan dengan satu macam makanan saja yang tetap dan tidak berubah-ubah yaitu al-mann dan as-salwa, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu Yang Maha Pemurah untuk kami, agar Dia memberi kami yang sudah jenuh dengan makanan yang sama, apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia, Nabi Musa, dengan nada marah, menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik dengan menukar al-mann dan as-salwa yang merupakan anugerah Allah dengan jenis-jenis makanan yang disebutkan itu? Bila itu yang kamu kehendaki, tinggalkanlah tempat ini dan pergilah ke suatu kota yang kamu inginkan, pasti kamu di tempat itu akan memperoleh apa saja sesuai yang kamu minta.” Akibat tidak adanya rasa syukur itu, kemudian mereka ditimpa kenistaan dalam hidup dan kemiskinan dari rezeki atau harta, dan mereka selanjutnya kembali mendapat kemurkaan dari Allah yang tidak senang dengan keingkaran mereka. Hal itu, yakni kenistaan dan kemiskinan dapat terjadi karena mereka tidak mau mensyukuri nikmat yang dianugerahkan, bahkan sering mengingkari ayat-ayat Allah yang ada di sekitarnya dan membunuh para nabi tanpa hak atau alasan yang benar. Yang demikian itu sebagai akibat dari sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji, selain karena mereka juga selalu durhaka dan melampaui batas dalam segala tindak-tanduknya. | Ketika Bani Israil tersesat di padang pasir Sinai, mereka berkata kepada Nabi Musa bahwa mereka tidak tahan terhadap satu jenis makanan saja, sedang yang ada hanya mann dan salwā saja (al-Baqarah/2:57). Mereka berkata demikian karena keingkaran mereka terhadap Nabi Musa a.s. dan kebanggaan terhadap kehidupan mereka dahulu.
Bani Israil kemudian meminta kepada Musa a.s. agar berdoa kepada Tuhan semoga Dia mengeluarkan sayur-sayuran yang ditumbuhkan bumi sebagai ganti mann dan salwā. Mereka tidak mau berdoa sendiri, tetapi mengharapkan Musa yang berdoa kepada Tuhan, karena mereka memandang Musa orang yang dekat kepada Tuhan dan lagi pula dia seorang Nabi yang dapat bermunajat kepada Allah. Sayur-mayur dan lain-lain yang mereka minta itu banyak terdapat di kota-kota, tapi tidak terdapat di padang pasir. Sebenarnya permintaan itu tidak sukar dicari, karena mereka dapat memperolehnya asal saja mereka pergi ke kota. Nabi Musa menolak permintaan itu dengan penuh kekecewaan dan kejengkelan serta mencela sikap mereka karena mereka menolak mann dan salwā, makanan yang sebenarnya mengandung nilai gizi yang tinggi dan sangat diperlukan oleh tubuh, diganti dengan sayur-mayur yang lebih rendah gizinya.
Kemudian Nabi Musa menyuruh mereka keluar dari gurun Sinai dan pergi menuju kota. Di sana mereka akan mendapatkan yang mereka inginkan, sebab gurun Sinai tempat mereka tinggal sampai batas waktu yang telah ditentukan Allah, tidak dapat menumbuhkan sayur-sayuran. Mereka tinggal di gurun Sinai itu karena mereka lemah dan tidak tabah untuk mengalahkan penduduk negeri yang dijanjikan bagi mereka. Mereka akan lepas dari hal yang tidak mereka sukai, bilamana mereka memiliki keberanian memerangi orang-orang yang di sekitar mereka, yaitu penduduk bumi yang dijanjikan Allah dan menjamin memberi pertolongan kepada mereka. Oleh sebab itu, hendaknya mereka mencari jalan untuk mendapatkan kemenangan dan keuntungan.
Setelah Allah menceritakan penolakan Musa terhadap permintaan mereka dan sebelumnya telah membentangkan pula segala nikmat yang dikaruniakan kepada mereka, dalam ayat ini Allah mengemukakan beberapa kejahatan keturunan Bani Israil yang datang kemudian, yaitu mereka mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh nabi-nabi dan pelanggaran mereka terhadap hukum Allah. Oleh sebab itu, Allah menimpakan kepada mereka kehinaan dan kemiskinan sebagai wujud kemurkaan-Nya.
Sudah semestinya mereka menerima murka Ilahi, menanggung bencana dan siksaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Demikian pula mereka mendapatkan kehinaan dan kemiskinan karena mereka selalu menolak ayat-ayat Allah yang telah diberikan kepada Nabi Musa berupa mukjizat yang telah mereka saksikan sendiri. Kedurhakaan dan penolakan mereka terhadap Nabi Musa adalah suatu bukti bahwa ayat-ayat Allah tidak berpengaruh pada jiwa mereka. Mereka tetap mengingkarinya.
Mereka membunuh para nabi dari golongan mereka, tanpa alasan yang benar. Memang sesungguhnya orang yang berbuat kesalahan kadang-kadang meyakini bahwa yang diperbuatnya adalah benar. Perbuatan mereka yang demikian itu bukanlah karena salah dalam memahami atau menafsirkan hukum, tetapi memang dengan sengaja menyalahi hukum-hukum Allah yang telah disyariatkan di dalam agama mereka.
Kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan kelancangan mereka membunuh para nabi, karena mereka banyak melampaui batas ketentuan agama mereka. Seharusnya agama mempunyai pengaruh yang besar pada jiwa manusia, sehingga penganutnya takut menyalahi perintah Allah. Apabila seseorang melampaui peraturan-peraturan atau batas-batas agamanya berarti pengaruh agama pada jiwanya sudah lemah. Semakin sering dia melanggar batas hukum agama itu semakin lemah pulalah pengaruh agama pada jiwanya. Sampai akhirnya pelanggaran ketentuan-ketentuan agama itu menjadi kebiasaannya, seolah-olah dia lupa akan adanya batas-batas agama dan peraturan-peraturannya. Akhirya lenyaplah pengaruh agama dalam hatinya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu diterangkan nikmat-nikmat yang diberikan kepada Bani Israil dan melarang mereka berbuat kerusakan di bumi. Pada ayat ini diterangkan bahwa mereka telah berbuat kesalahan dan ingkar atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka. | PEMBALASAN TERHADAP SIKAP
DAN PERBUATAN BANI ISRAIL | Kosakata: aż-Żillah wal-Maskanah اَلذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ (al-Baqarah/2: 61)
Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu aż-żillah dan al-maskanah. Yang pertama (aż-żillah) berasal dari kata kerja żalla-yażillu yang maknanya hina atau lawan dari mulia. Dengan demikian aż-żillah dapat diartikan kehinaan atau lawan dari kemuliaan. Sedang yang kedua (al-maskanah) berasal dari kata kerja sakana-yaskunu yang artinya diam tidak bergerak. Seseorang disebut miskin karena ia tidak berdaya. Dengan demikian al-maskanah dapat diartikan sebagai kemiskinan, kehinaan, dan kelemahan. Dua kata ini memiliki arti yang hampir mirip, yaitu menunjukkan keadaan kehinaan. Namun demikian, di antara keduanya ada pula perbedaannya. Aż-żillah, yang juga dapat diartikan sebagai nista, merupakan suatu keadaan jiwa yang berkaitan dengan rasa rendah diri karena penindasan. Keadaan ini merupakan akibat dari jauhnya jiwa dari kebenaran, dan adanya ketamakan untuk meraih kegemerlapan duniawi. Sedang al-maskanah adalah keadaan yang menunjuk kepada kerendahan yang berkaitan dengan bentuk dan penampilan. Misalnya, orang-orang kaya pada saat itu berkewajiban membayar upeti, namun karena keengganannya untuk membayar, mereka sengaja menampilkan diri seperti orang miskin, yaitu dengan berpakaian lusuh dan sangat sederhana. Selain penjelasan di atas, ada juga yang memahami kata aż-żillah dengan arti nista yang berarti kehinaan, sedang al-maskanah dipahami sebagai suatu kehinaan akibat dari keinginan untuk meraih sesuatu yang menyenangkan tetapi tidak dapat dicapainya, sehingga hal itu hanya melahirkan suatu kesedihan. Keadaan mereka yang digambarkan sebagai aż-żillah dan al-maskanah pada ayat ini adalah hukuman Allah terhadap Bani Israil yang tidak pernah bersyukur atas karunia Allah, kufur, membunuh para nabi dan lain-lain. | null | 1. Orang-orang Yahudi menuntut kepada Nabi Musa tuntutan yang sangat banyak, sengaja untuk melemahkan dan mendurhakainya, karena itu mereka ditimpa kehinaan.
2. Mereka ditimpa kehinaan dan laknat Allah karena mereka durhaka dan membunuh para nabi. |
69 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 62 | 10 | 2 | 1 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ | Innal-lażīna āmanū wal-lażīna hādū wan-naṣārā waṣ-ṣābi'īna man āmana billāhi wal- yaumil-ākhiri wa ‘amila ṣāliḥan fa lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a). | Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin,29) siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.30) | 29, 30 | 29) Sabiin adalah umat terdahulu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak memeluk agama tertentu.
30) Ayat ini merupakan ketentuan umum bagi setiap umat pada masa mereka masing-masing. Misalnya, umat Yahudi pada masa Nabi Musa a.s. dan umat Nasrani pada masa Nabi Isa a.s. | Ayat ini menunjukkan betapa Allah Maha Pengampun lagi Maha Pemberi rahmat bagi semua manusia, karena sesungguhnya orang-orang yang beriman, yaitu umat Nabi Muhammad, orang-orang Yahudi yang merupakan umat Nabi Musa, orang-orang Nasrani yang merupakan umat Nabi Isa, dan orang-orang Sabi'in, yaitu umat sebelum Nabi Muhammad yang mengetahui adanya Tuhan Yang Maha Esa dan mempercayai adanya pengaruh bintang-bintang, tentunya siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari Akhir dengan sebenar-benar iman sebelum diutusnya Nabi Muhammad , dan selalu melakukan kebajikan yang memberikan manfaat bagi yang lainnya, mereka pasti akan mendapat pahala dari Tuhannya berupa surga, selain itu tidak ada rasa takut pada mereka dalam menghadapi kehidupan di dunia maupun akhirat, dan mereka tidak pula bersedih hati ketika menghadapi beragam cobaan. | Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa tiap-tiap umat atau bangsa pada masa itu yang benar-benar berpegang pada ajaran para nabi mereka serta beramal saleh akan memperoleh ganjaran di sisi Allah, karena rahmat dan magfirah-Nya selalu terbuka untuk seluruh hamba-hamba-Nya.
“Orang-orang mukmin” dalam ayat ini ialah orang yang mengaku beriman kepada Muhammad Rasulullah saw dan menerima segala yang diajarkan olehnya sebagai suatu kebenaran dari sisi Allah. ṣābi’īn ialah umat sebelum Nabi Muhammad saw yang mengetahui adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan mempercayai adanya pengaruh bintang-bintang. Pengertian beriman ialah seperti yang dijelaskan Rasul saw ketika Jibril a.s. menemuinya. Nabi berkata:
اَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاْليَوْمِ اْلاٰخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ (رواه مسـلم عن عمر)
Agar kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Kiamat, dan kamu percaya qadar baik atau buruk. (Riwayat Muslim dari ‘Umar r.a.).
Orang Yahudi ialah semua orang yang memeluk agama Yahudi. Mereka dinamakan Yahudi karena kebanyakan mereka dari keturunan Yahudi, salah seorang keturunan Yakub (Israil). Orang-orang Nasrani ialah orang-orang yang menganut agama Nasrani. Kata Nasrani diambil dari nama suatu daerah Naṣirah (Nazareth) di Palestina, tempat Nabi Isa dilahirkan. Siapa saja di antara ketiga golongan di atas yang hidup pada zamannya, sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw dan benar-benar beragama menurut agama mereka, membenarkan dengan sepenuh hati akan adanya Allah dan hari Kiamat, mengamalkan segala tuntutan syariat agamanya, mereka mendapat pahala dari sisi Allah. Sesudah kedatangan Nabi Muhammad saw, semua umat manusia diwajibkan beriman kepadanya dan seluruh ajaran yang dibawanya, yakni dengan menganut lslam. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu, Allah menerangkan keingkaran dan kesalahan-kesalahan orang Yahudi, yang menyebabkan mereka mendapat kemurkaan Tuhan dan menderita kehinaan dan kemiskinan. Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa semua golongan agama lain pada masanya, jika mereka beriman dan bertobat, tentulah mereka mendapat pahala di dunia dan akhirat, seperti yang diperoleh orang-orang mukmin lainnya. | PAHALA BAGI ORANG YANG BERIMAN | Kosakata: aṣ-ṣābi’īn اَلصَّابِئِيْنَ (al-Baqarah/2: 62).
Aṣ-ṣābi’īn berasal dari kata kerja ṣaba’a-yaṣba’u yang artinya berpindah dari satu agama ke agama lain. Dengan demikian, ṣābi’īn berarti orang-orang yang berpindah dari satu agama ke agama lain. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang yang beragama ṣābi’ah, yaitu agama yang mengajarkan ibadah dengan penyembahan kepada bintang. Agama ini merupakan salah satu agama kuno yang saat ini sudah hilang dan tidak berkembang lagi. Selain itu, penganutnya juga sudah tidak dapat ditemukan. Pada masanya, kata ini dipergunakan untuk menyebut penduduk Mesopotamia, Irak, yang menyembah bintang. Keterkaitannya juga karena penduduk Mesopotamia kuno adalah penyembah bintang. | null | 1. Orang-orang Islam, orang Yahudi, orang Nasrani dan orang Sabiin yang beriman dan beramal saleh sesuai dengan masa berlakunya syariat masing-masing memperoleh pahala dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Sesudah kedatangan Nabi Muhammad saw, semua umat manusia wajib mengikuti agama yang dibawanya. |
70 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 63 | 10 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ | Wa iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa‘nā fauqakumuṭ-ṭūr(a), khużū mā ātainākum biquwwatiw ważkurū mā fīhi la‘allakum tattaqūn(a). | (Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.” | null | null | Pada ayat yang lalu dijelaskan tentang pahala bagi orang yang beriman. Selanjutnya pada ayat-ayat ini diterangkan tentang pelanggaran Bani Israil terhadap perjanjian yang diikrarkan dengan Tuhan. Karena itu, dalam kaitan dengan sikap dan keingkaran ini, ingatlah ketika Kami mengambil janji kamu dengan perantaraan Nabi Musa agar kamu semua melaksanakan tuntunan syariat yang terdapat dalam Taurat, dan Kami angkat gunung Sinai sejalan dengan kekuasaan Kami, atau Kami goncangkan gunung itu sehingga seperti akan terangkat di atasmu seraya berfirman, “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dengan kesungguhan yang sebenarnya dan ingatlah apa yang ada di dalamnya, yakni dalam Taurat yang merupakan petunjuk bagi kehidupanmu. Yang sedemikian ini agar kamu bertakwa, dengan selalu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.” | Allah mengingatkan kembali kesalahan lain dari nenek moyang orang Yahudi ketika Allah mengambil janji dari mereka, yaitu bahwa mereka akan beriman dan akan mengamalkan apa yang ada dalam Taurat. Ternyata mereka tidak mengamalkannya, bahkan mengingkarinya. Lalu Allah mengangkat bukit (Gunung Sinai) ke atas kepala mereka untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya agar mereka beriman kepada-Nya dan berpegang teguh kepada kitab Taurat itu. Isi perjanjian tersebut berupa perintah Allah kepada mereka, “Peganglah kitab Taurat dengan sungguh-sungguh dan tetaplah mengerjakan isinya, pelajarilah Taurat itu, perhatikan isinya dan amalkan hukum-hukum yang termaktub di dalamnya.”
Ayat ini memberi pengertian bahwa orang yang meninggalkan syariat dan meremehkan hukum Allah disamakan dengan orang yang mengingkari dan menentangnya. Maka sudah sepatutnya dia pada hari Kiamat nanti dikumpulkan dalam keadaan buta. Dia tidak dapat melihat jalan kemenangan dan jalan kebahagiaan.
قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا ١٢٥ قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى ١٢٦ (طٰهٰ)
Dia berkata, ”Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?” Dia (Allah) berfirman, ”Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.” (Ṭāhā/20: 125 dan 126).
Apabila seseorang mengingkari syariat Allah dan menyia-nyiakan hukum-Nya, berarti syariat itu tidak mempunyai pengaruh apa-apa pada jiwanya. Sehubungan dengan pengertian ayat ini dapat dikatakan bahwa orang-orang yang hanya membaca Al-Qur’an tanpa mengamalkan isinya mereka tidak mendapat manfaat dari kandungan Al-Qur’an itu. Maksud mengikuti kitab-kitab suci ialah mengamalkan isinya, bukan hanya sekadar membaca dan melagukannya dengan macam-macam lagu yang merdu. Kemudian Allah memerintahkan agar Bani Israil berpegang teguh dengan Taurat, selalu mempelajarinya, dan mengamalkan isinya agar mereka menjadi orang yang bertakwa. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah akan memberi pahala kepada orang Yahudi atas iman dan amal yang telah mereka lakukan sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. Dalam ayat-ayat ini diceritakan kembali kisah orang-orang Yahudi, kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, dan hukuman yang dijatuhkan atas mereka. | PEMBALASAN TERHADAP BANI ISRAIL
YANG MELANGGAR PERJANJIAN DENGAN ALLAH | null | null | null |
71 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 64 | 10 | 2 | 1 | 1 | ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَكُنْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ | Ṡumma tawallaitum mim ba‘di żālika falau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū lakuntum minal-khāsirīn(a). | Setelah itu, kamu berpaling. Maka, seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk orang yang rugi. | null | null | Pada awalnya kamu, Bani Israil, taat dengan ajakan Allah melalui Nabi Musa ini, namun kemudian setelah itu, yaitu pada saat kamu semua tidak lagi merasakan murka-Nya, kamu berpaling dan tidak lagi menaati ajaran ini. Maka sekiranya bukan karena karunia Allah berupa anugerah yang lebih dari semestinya dan bukan pula karena rahmat-Nya kepadamu dengan selalu membuka pintu tobat, pasti kamu akan langsung diazab karena keingkaran yang kamu perbuat. Bila ini terjadi, sudah pasti kamu semua termasuk orang yang rugi di dunia maupun di akhirat. | Sesudah Bani Israil mengambil perjanjian dari Allah seperti disebutkan pada ayat yang lalu, mereka berpaling dan tidak menepati perjanjian itu. Mereka banyak melanggar ketentuan-ketentuan dalam Taurat, baik oleh nenek moyang mereka zaman dahulu maupun oleh mereka yang hidup kemudian. Umpamanya pada zaman mereka hidup di padang pasir yang tandus, mereka menentang Nabi Musa, menyakitinya, dan melawan segala perintahnya. Pada masa berikutnya mereka membunuh Nabi Yahya, mengingkari Nabi Isa bahkan merencanakan akan membunuhnya. Keingkaran mereka terhadap Nabi Muhammad saw, termasuk bukti penyelewengan mereka dari Taurat. Maka sudah sewajarnya mereka mendapat azab dari Allah, atau Allah melenyapkan nikmat dari mereka untuk selama-lamanya. Tetapi Allah tidak berbuat demikian, karena kasih sayang-Nya. Mereka tidak dibinasakan, dan Allah selalu membuka pintu tobat bagi yang ingin kembali ke jalan yang benar. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | PEMBALASAN TERHADAP BANI ISRAIL
YANG MELANGGAR PERJANJIAN DENGAN ALLAH | null | null | null |
72 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 65 | 10 | 2 | 1 | 1 | وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٕيْنَ | Wa laqad ‘alimtumul-lażīna‘tadau minkum fis-sabti faqulnā lahum kūnū qiradatan khāsi'īn(a). | Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” | null | null | Ayat ini menjelaskan tentang sikap dan keingkaran Bani Israil. Sejalan dengan hal itu, Allah menegur dan memurkai mereka. Sungguh, kamu, wahai Bani Israil, telah mengetahui hukuman yang diterima oleh orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu dengan tetap mencari ikan pada hari Sabat, yakni hari Sabtu, hari khusus untuk beribadah bagi orang Yahudi, padahal kamu semua sudah sepakat untuk menjadikannya sebagai hari ibadah dan tidak melakukan pekerjaan lain. Karena itu lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina.” Pada saat itu berubahlah fisik dan atau sikap mereka seperti kera. | Dalam ketentuan syariat agama Yahudi, pada hari ketujuh, Sabat (dari bahasa Ibrani, shabbath, berarti “istirahat”) orang dilarang mengerjakan apa pun, karena hari itu khusus untuk ibadah. Dalam bahasa Arab sabt (Sabtu), dari kata sabata, yasbitu, sabtan, juga berarti “istirahat” atau “tenang.” Pada hari itu setelah “langit, bumi, dan segala isinya diselesaikan” Tuhan beristirahat. “Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya” (Kejadian ii. 1-3), yang juga dipakai untuk merayakan terbebasnya orang Israil dari perbudakan di Mesir. Menurut Perjanjian Lama, mereka yang melanggar kekudusan Sabat, termasuk menangkap ikan pada hari itu, dapat dijatuhi hukuman mati: “Siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu pastilah ia dihukum mati, sebab orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya”. (Kitab Keluaran 31. 14).
Pada hari yang sangat dihormati itu biasanya ikan-ikan bebas bermunculan sehingga menutupi permukaan air laut, karena hari itu tidak ada orang yang berani mengganggunya. Di luar hari Sabtu ikan-ikan itu menghilang lagi (al-A‘rāf/7 : 163). Banyak mufasir menyebutkan, larangan ini oleh mereka diakali; pada hari-hari sebelum Sabat mereka membuat kolam besar dan air laut dialirkan ke dalamnya. Pada hari Ahad mereka bekerja mengambil ikan yang sudah terjaring itu. Tetapi dalam hukum Tuhan mereka tetap melanggar, maka Allah menjatuhkan hukuman dengan menjadikan mereka kera, sehingga mereka jauh dari kebajikan serta hina dan rendah.
Menurut Mujāhid, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr, “Fisik mereka tidak ditukar menjadi kera, tetapi hati, jiwa, dan sifat merekalah yang dijadikan seperti kera, sehingga mereka tidak dapat menerima pengajaran dan tidak dapat memahami ancaman.” Pada ayat ini mereka diserupakan dengan kera dan pada ayat yang lain mereka diserupakan dengan keledai, sesuai dengan firman Allah:
مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًا
Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.….(al-Jumu‘ah/62:5)
Jumhur ulama berpendapat bahwa mereka benar-benar bertukar wujud menjadi kera sebagai hukuman terhadap keingkaran mereka. Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka yang diubah menjadi kera tidak beranak, tidak makan, tidak minum, dan tidak dapat hidup lebih dari tiga hari. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang serupa maksudnya:
وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ
… Dan di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Tagut.”…(al-Mā’idah/5:60). | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | PEMBALASAN TERHADAP BANI ISRAIL
YANG MELANGGAR PERJANJIAN DENGAN ALLAH | null | null | null |
73 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 66 | 10 | 2 | 1 | 1 | فَجَعَلْنٰهَا نَكَالًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِيْنَ | Faja‘alnāhā nakālal limā baina yadaihā wa mā khalfahā wa mau‘iẓatal lil-muttaqīn(a). | Maka, Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. | null | null | Selanjutnya, untuk menimbulkan efek jera, maka Kami jadikan yang demikian itu, yaitu hukuman atau kutukan menjadi kera, sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu, yaitu orang-orang Yahudi, dan bagi mereka yang datang kemudian, termasuk juga umat Nabi Muhammad, serta secara khusus menjadi pelajaran penting dan mesti diperhatikan bagi orang-orang yang bertakwa. | Pada ayat ini Allah menerangkan maksud dari hukuman yang dijatuhkan kepada Bani Israil, untuk menjadi pelajaran bagi manusia agar mencegah perbuatan-perbuatan yang melampaui ketentuan-ketentuan Allah, baik untuk orang yang hidup pada waktu itu maupun yang hidup sesudahnya sampai hari kiamat. Hukuman itu juga menjadi pelajaran yang baik bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka senantiasa mengambil pelajaran dengan segala macam kejadian dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang melampaui batas. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | null | PEMBALASAN TERHADAP BANI ISRAIL
YANG MELANGGAR PERJANJIAN DENGAN ALLAH | null | null | 1. Allah menerima janji dari Bani Israil bahwa mereka akan berpegang teguh dengan Kitab Taurat, mempelajari dan mengamalkan isinya.
2. Bani Israil patut mendapat siksaan Allah di dunia karena mereka tidak menepati janjinya, tetapi Allah Maha Pengasih dan Penyayang tidak membinasakannya.
3. Di antara dosa mereka adalah melanggar larangan Allah menangkap ikan pada hari Sabat, yang pada hari itu seharusnya mereka melakukan ibadah kepada Allah.
4. Segala yang dialami Bani Israil pada zaman dahulu, hendaknya menjadi pelajaran bagi kita pada masa sekarang. |
74 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 67 | 10 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖٓ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تَذْبَحُوْا بَقَرَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۗ قَالَ اَعُوْذُ بِاللّٰهِ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ | Wa iż qāla mūsā liqaumihī innallāha ya'murukum an tażbaḥū baqarah(tan), qālū atattakhiżunā huzuwā(n), qāla a‘ūżu billāhi an akūna minal-jāhilīn(a). | (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi.” Mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Dia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang jahil.”31) | 31 | 31) Kata jahil bisa berarti ‘bodoh’, ‘meyakini sesuatu yang tidak benar’, atau ‘melakukan perbuatan yang tidak layak dikerjakan’. | Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang keingkaran Bani Israil terhadap perintah Allah, sedang pada ayat-ayat berikut diterangkan keingkaran mereka terhadap perintah Nabi Musa. Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya yang meminta agar ia memohon pada Tuhan agar memberi solusi dari masalah pembunuhan di kalangan mereka, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina,” yang dimaksudkan agar mereka menghapus sisa syirik karena pernah menyembah anak sapi dan siap kembali pada akidah yang benar. Perintah ini dinilai sebagai bentuk ketidakseriusan Musa, karena itu mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Pertanyaan ini sungguh tidak pada tempatnya, karena mereka tahu sifat Musa yang tidak pernah main-main. Dengan sikap prihatin, dia, Musa, menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh yang sering menjadikan ajaran agama sebagai permainan.” | Ketika Nabi Musa memerintahkan Bani Israil untuk menyembelih sapi, mereka berkata kepada Nabi Musa, “Apakah kamu mempermainkan kami? Kami bertanya kepadamu tentang perkara pembunuhan, lalu kamu menyuruh kami menyembelih seekor sapi. Ini ganjil sekali dan jauh daripada yang kami maksudkan.” Seharusnya Bani Israil menjalankan perintah Nabi Musa itu dan menyambutnya dengan patuh dan taat, kemudian mereka menunggu apa yang akan terjadi sesudah itu, tetapi mereka berbuat sebaliknya.
Perkataan mereka itu sebagai bukti bahwa mereka sangat kasar tabiatnya dan tidak mengakui kekuasaan Allah. Nabi Musa menjawab, “Saya berlindung kepada Allah dari memperolok-olokkan manusia karena perbuatan itu termasuk perbuatan orang jahil, lebih-lebih bagi seorang rasul yang akan menyampaikan risalah dan hukum-hukum Allah kepada manusia.” | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan sikap keras kepala Bani Israil dalam menunaikan perintah-perintah Allah yakni kewajiban mereka mengamalkan isi Taurat dan beribadah pada hari Sabat. Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap keras kepala mereka terhadap perintah Nabi Musa untuk menyembelih sapi. | KISAH PENYEMBELIHAN SAPI | Kosakata: Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi. | null | null |
75 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 68 | 10 | 2 | 1 | 1 | قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَ ۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا فَارِضٌ وَّلَا بِكْرٌۗ عَوَانٌۢ بَيْنَ ذٰلِكَ ۗ فَافْعَلُوْا مَا تُؤْمَرُوْنَ | Qālud‘u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiy(a), qāla innahū yaqūlu innahā baqaratul lā fāriḍuw wa lā bikr(un), ‘awānum baina żālik(a), faf‘alū mā tu'marūn(a). | Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi) itu.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman bahwa sapi itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” | null | null | Syarat untuk mengungkap pembunuhan hanya dengan menyembelih seekor sapi. Akan tetapi, orang Yahudi justru mempersulit diri dengan mengajukan beragam pertanyaan. Hal ini diawali ketika mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu (ungkapan ini mengisyaratkan pada Tuhan itu hanya Tuhan Musa, bukan Tuhan mereka) untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang sapi betina itu, apakah sapi itu masih muda atau yang tua. “Mendengar pertanyaan ini, dia, Musa, menjawab, “Dia berfirman bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, tetapi pertengahan antara itu. Setelah penjelasan ini, maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” Tetapi tampaknya mereka masih tidak puas, dan kemudian mengajukan pertanyaan lain, yaitu seperti yang diungkapkan pada ayat berikutnya. | Bani Israil berkata lagi kepada Nabi Musa, “Tanyakanlah kepada Tuhanmu agar diterangkan kepada kami tanda-tanda sapi yang dimaksudkan itu.” Nabi Musa menjawab, “Sapi yang harus disembelih itu bukan yang tua dan bukan pula yang muda, tetapi yang sedang umurnya. Turutilah perintah itu dan laksanakanlah segera.”
Mereka disuruh segera menaati perintah itu dan dilarang berkeras kepala. Sebenarnya mereka dapat melaksanakan penyembelihan sapi itu dengan keterangan yang sudah diberikan. Tetapi mereka membandel dan terus melanjutkan dan memperbanyak pertanyaan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan sikap keras kepala Bani Israil dalam menunaikan perintah-perintah Allah yakni kewajiban mereka mengamalkan isi Taurat dan beribadah pada hari Sabat. Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap keras kepala mereka terhadap perintah Nabi Musa untuk menyembelih sapi. | KISAH PENYEMBELIHAN SAPI | Kosakata: Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi. | null | null |
76 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 69 | 10 | 2 | 1 | 1 | قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاۤءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النّٰظِرِيْنَ | Qālud‘u lanā rabbaka yubayyil lanā mā launuhā, qāla innahū yaqūlu innahā baqaratun ṣafrā'u fāqi‘ul launuhā tasurrun-nāẓirīn(a). | Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi yang warnanya kuning tua, yang menyenangkan orang-orang yang memandang(-nya).” | null | null | Setelah dijawab, mereka mengajukan pertanyaan lain yang berkaitan dengan warna sapi dengan berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dengan gemas dia, Musa, menjawab, Dia berfirman bahwa sapi itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya-padahal warna ini sangat sulit ditemukan-dan sapi itu mesti yang menyenangkan orang-orang yang memandang-nya.” Penjelasan ini sebenarnya semakin menyulitkan mereka, tetapi mereka belum juga puas dengan keterangan tersebut, dan masih mengajukan pertanyaan lain, seperti yang diungkap pada ayat berikutnya. | Sesudah menanyakan umur sapi itu, mereka berkata, “Terangkanlah kepada kami, bagaimana warna sapi itu.” Mereka diberi jawaban yang cukup jelas yang dapat membedakan sapi yang dimaksud. Musa mengatakan bahwa warna sapi itu kuning tua dan menyenangkan orang yang melihatnya. Tetapi mereka tidak puas dengan jawaban tersebut. Mereka terus bertanya dan menambah pertanyaan yang mempersulit diri mereka sendiri. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan sikap keras kepala Bani Israil dalam menunaikan perintah-perintah Allah yakni kewajiban mereka mengamalkan isi Taurat dan beribadah pada hari Sabat. Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap keras kepala mereka terhadap perintah Nabi Musa untuk menyembelih sapi. | KISAH PENYEMBELIHAN SAPI | Kosakata: Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi. | null | null |
77 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 70 | 11 | 2 | 1 | 1 | قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَۙ اِنَّ الْبَقَرَ تَشٰبَهَ عَلَيْنَاۗ وَاِنَّآ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَمُهْتَدُوْنَ | Qālud‘u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiy(a), innal-baqara tasyābaha ‘alainā, wa innā in syā'allāhu lamuhtadūn(a). | Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi) itu. (Karena) sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami, dan jika Allah menghendakinya, niscaya kami mendapat petunjuk.” | null | null | Ketidakpuasan mereka atas jawaban Nabi Musa diungkapkan dengan berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami keterangan lebih lengkap agar Dia menjelaskan kepada kami secara lebih detail tentang keadaan sapi betina itu. Yang sedemikian ini karena sesungguhnya sapi itu masih juga belum begitu jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki dan berkenan memberikan keterangan selengkapnya, niscaya kami mendapat petunjuk tentang sapi itu, sehingga kami dapat menemukannya dan melaksanakan perintah dengan tepat seperti yang dijelaskan.” | Pada ayat ini mereka menanyakan lagi tentang apa yang telah mereka tanyakan sebelumnya, “Sapi apakah itu, karena sapi itu masih samar bagi kami.” Semua itu sebenarnya sudah diterangkan. Tetapi mereka merasa belum sempurna penjelasan yang telah diberikan, bahkan bagi mereka masih samar-samar karena ciri-ciri sapi itu hampir serupa sehingga tidak dapat menemukan mana yang akan disembelih. Dengan pertanyaan yang terakhir, mereka mengharapkan mendapat petunjuk tentang sapi yang dibutuhkan atau petunjuk kepada hikmah dan rahasia perintah penyembelihan sapi itu. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan sikap keras kepala Bani Israil dalam menunaikan perintah-perintah Allah yakni kewajiban mereka mengamalkan isi Taurat dan beribadah pada hari Sabat. Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap keras kepala mereka terhadap perintah Nabi Musa untuk menyembelih sapi. | KISAH PENYEMBELIHAN SAPI | Kosakata: Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi. | null | null |
78 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 71 | 11 | 2 | 1 | 1 | قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا ذَلُوْلٌ تُثِيْرُ الْاَرْضَ وَلَا تَسْقِى الْحَرْثَۚ مُسَلَّمَةٌ لَّاشِيَةَ فِيْهَا ۗ قَالُوا الْـٰٔنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوْهَا وَمَا كَادُوْا يَفْعَلُوْنَ ࣖ | Qāla innahū yaqūlu innahā baqaratul lā żalūlun tuṡīrul-arḍa wa lā tasqil-ḥarṡ(a), musallamatul lā syiyata fīhā, qālul-'āna ji'ta bil-ḥaqqi fażabaḥūhā wa mā kādū yaf‘alūn(a). | Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya.” Lalu, mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melaksanakan (perintah) itu. | null | null | Karena permintaan-permintaan itu, kemudian Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberi keterangan lanjutan. Dan dia, Musa, kemudian menjawab, “Dia berfirman dan menerangkan bahwa sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula pernah dipergunakan mengangkut air untuk mengairi tanaman, badannya sehat tidak berpenyakit, dan tanpa belang.” Sesudah itu, kemudian mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan hal yang sebenarnya tentang sapi itu.” Lalu mereka menyembelihnya setelah menemukan sapi dengan ciri-ciri yang dijelaskan, dan nyaris mereka tidak dapat melaksanakan perintah itu karena sulitnya menemukan sapi dengan segala ciri yang mereka tanyakan. | Seekor sapi yang diperintahkan untuk disembelih itu ialah seekor sapi yang belum pernah dipergunakan untuk membajak dan mengangkut air, sehat, dan tidak cacat sedikit pun. Setelah mendapat keterangan ini, mereka menyatakan sekarang barulah jelas buat mereka. Akhirnya mereka pun mendapatkannya dan kemudian mereka menyembelihnya. Hampir-hampir mereka tidak sanggup mengerjakannya, karena terlalu sukar untuk mendapatkan sapi yang dimaksud.
Dalam suatu hadis disebutkan, “Kalau sekiranya mereka langsung menyembelih saja seekor sapi betina pada waktu mereka menerima perintah, cukuplah sudah. Tetapi mereka mengajukan pertanyaan yang memberatkan mereka sendiri, maka Allah pun memberatkannya.” (Riwayat Ibnu Jarīr dari Ibnu ‘Abbās)
Permintaan Nabi Musa atas perintah Allah kepada kaumnya itu (ayat 67) sederhana sekali: “Sembelihlah seekor sapi betina”. Selesai, tanpa harus banyak bertanya. Tetapi mereka sudah biasa cerewet dan mengajukan pertanyaan macam-macam sekitar sapi itu—yang maksudnya hendak mengejek—padahal soalnya sudah jelas. Karena mereka keras kepala, maka akibatnya menyulitkan mereka sendiri, seperti dilukiskan dalam ayat 71 dan dipertegas dalam hadis di atas. Cara-cara bertanya demikian itu kemudian menjadi ungkapan dalam bahasa Arab, ditujukan kepada mereka yang cerewet dengan pertanyaan yang dicari-cari: Mā hiya wa mā lawnuhā, (Yang bagaimana dan apa warnanya?).
Ayat-ayat di atas (67-71) merupakan satu kesatuan. Peristiwanya erat hubungannya dengan ayat 72 di bawah. Menurut tradisi Yahudi dalam syariat Musa a.s., apabila terjadi suatu pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, maka para sesepuh dan hakim harus keluar mengukur jarak ke kota-kota sekeliling orang yang terbunuh; mereka harus mengambil seekor lembu betina muda yang belum pernah dipakai membajak; mereka harus mematahkan leher lembu itu di suatu lembah; semua sesepuh dari kota terdekat harus membasuh tangannya ke atas lembu muda yang lehernya sudah dipatahkan di lembah itu, dan mereka harus menyatakan, bahwa tangan mereka tidak mencurahkan darah dan mata mereka tidak melihatnya; maka diadakan perdamaian dan mereka mengimbaunya untuk tidak menimpakan darah kepada orang yang tidak bersalah (Kitab Ulangan xxi. 1-9). | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan sikap keras kepala Bani Israil dalam menunaikan perintah-perintah Allah yakni kewajiban mereka mengamalkan isi Taurat dan beribadah pada hari Sabat. Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap keras kepala mereka terhadap perintah Nabi Musa untuk menyembelih sapi. | KISAH PENYEMBELIHAN SAPI | Kosakata: Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi. | null | null |
79 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 72 | 11 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادّٰرَءْتُمْ فِيْهَا ۗ وَاللّٰهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ ۚ | Wa iż qultum nafsan faddāra'tum fīhā, wallāhu mukhrijum mā kuntum taktumūn(a). | (Ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang lalu kamu saling tuduh tentang itu. Akan tetapi, Allah menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan. | null | null | Latar belakang dari perintah penyembelihan sapi ini adalah terbunuhnya seorang tua yang kaya di kalangan Bani Israil yang belum terungkap pelakunya. Karena permohonan yang diajukan, maka Allah mengingatkan mereka dengan mengatakan dan ingatlah ketika salah seorang dari kamu membunuh seseorang yang tidak bersalah, lalu kamu tuduh-menuduh tentang peristiwa misterius itu. Akan tetapi, Allah dengan kehendak-Nya kemudian menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah itu Maha Mengetahui apa saja yang tampak jelas atau yang disembunyikan. | Allah swt mengungkapkan dalam ayat ini kejahatan yang berkenaan dengan pembunuhan terhadap seseorang kemudian mereka saling tuduh-menuduh mengenai pelaku pembunuhan itu sehingga perkara ini menjadi kabur. Tetapi Allah tidak membiarkan perkara ini tetap kabur dan tertutup. Untuk membuka rahasia pembunuhan itu Allah memerintahkan kepada mereka agar menyembelih sapi, sebagaimana disebutkan dalam ayat 67 yang lalu.
Bila diperhatikan urutan cerita seperti yang tercantum di awal kelompok ayat ini maka ayat 72 terletak di depan ayat 67, sebab peristiwa pembunuhan inilah yang mengakibatkan adanya perintah Allah untuk menyembelih sapi. Tetapi di dalam urutan ayat peristiwa penyembelihan sapi itulah yang didahulukan, karena yang diperintahkan ialah pengusutan perkara pembunuhan itu dengan mencari lebih dahulu pembunuhnya dengan jalan menyembelih sapi. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan sikap keras kepala Bani Israil dalam menunaikan perintah-perintah Allah yakni kewajiban mereka mengamalkan isi Taurat dan beribadah pada hari Sabat. Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap keras kepala mereka terhadap perintah Nabi Musa untuk menyembelih sapi. | KISAH PENYEMBELIHAN SAPI | Kosakata: Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi. | null | null |
80 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 73 | 11 | 2 | 1 | 1 | فَقُلْنَا اضْرِبُوْهُ بِبَعْضِهَاۗ كَذٰلِكَ يُحْيِ اللّٰهُ الْمَوْتٰى وَيُرِيْكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ | Faqulnaḍribūhu biba‘ḍihā, każālika yuḥyillāhul-mautā wa yurīkum āyātihī la‘allakum ta‘qilūn(a). | Lalu, Kami berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!” Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti. | null | null | Sesudah sapi yang ditetapkan itu disembelih, lalu Kami berfirman,” Pukullah mayat itu dengan bagian dari potongan atau daging sapi itu!” Dengan izin-Nya hiduplah orang yang sudah terbunuh itu. Demikianlah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya dengan menghidupkan kembali orang yang telah mati untuk mengungkap pelaku pembunuhan, dan Dia dengan peristiwa ini memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti dan percaya akan adanya hari Kebangkitan yang pasti akan terjadi kelak. | Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar orang yang terbunuh itu dipukul dengan sebagian anggota tubuh sapi itu agar orang itu hidup kembali. Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan menjadi saksi atas kematiannya sehingga si pembunuh terbongkar sesuai dengan tradisi Israil.
Diriwayatkan bahwa ketika Bani Israil memukul orang yang terbunuh itu, maka dengan izin Allah berdirilah dia. Urat-urat lehernya mengucurkan darah seraya berkata, "Saya dibunuh oleh si Anu dan si Anu.” Kedua pembunuh itu adalah anak paman orang yang dibunuh. Kemudian dia pun mati kembali. Maka kedua pembunuh tersebut ditangkap dan dibunuh.
Nabi Musa a.s. menyuruh mereka memukulkan sebagian tubuh sapi itu dan bukan Nabi Musa sendiri yang melakukannya. Hal itu dilakukan untuk menghindari tuduhan bahwa ia berbuat sihir. Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada bangsa Yahudi agar mereka memahami rahasia syariat agama sehingga mereka tunduk kepada syariat itu, agar mereka mencegah diri dari mengikuti hawa nafsu dan agar mereka menaati Allah dalam semua perintah-Nya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan sikap keras kepala Bani Israil dalam menunaikan perintah-perintah Allah yakni kewajiban mereka mengamalkan isi Taurat dan beribadah pada hari Sabat. Pada ayat ini, Allah menerangkan sikap keras kepala mereka terhadap perintah Nabi Musa untuk menyembelih sapi. | KISAH PENYEMBELIHAN SAPI | Kosakata: Baqarah بَقَرَةٌ (al-Baqarah/2: 67)
Baqarah artinya sapi. Pendapat yang masyhur mengatakan maksudnya ialah sapi betina, karena adanya ta’ marbūṭah, tetapi pendapat lain mengatakan ta’ marbūṭah di sini berarti seekor sapi. Surah kedua dalam Al-Qur’an ini disebut al-Baqarah karena adanya kisah penyembelihan sapi betina pada ayat-ayat ini. Ketika Bani Israil ditinggalkan Nabi Musa ke Bukit Sinai untuk menerima petunjuk Allah, mereka membuat patung anak sapi dari emas lalu disembah oleh mereka. Ketika ada perkara pembunuhan yang tidak diketahui siapa pembunuhnya, Nabi Musa menyuruh untuk menyembelih seekor sapi, kemudian lidah sapi itu dipukulkan kepada tubuh orang yang terbunuh. Seketika itu, orang tersebut hidup kembali dan menyebutkan siapa pembunuhnya lalu mati kembali. Mengapa sapi yang terpilih untuk dijadikan sarana menghidupkan kembali korban pembunuhan, maksudnya agar mereka juga mengingat kesalahan mereka pada masa lalu, yaitu bahwa sapi yang mereka buat dari emas adalah sesuatu yang tidak pantas mereka sembah. Penyembelihan sapi yang diperintahkan oleh Allah pada ayat ini selain untuk mengungkap sang pembunuh juga dalam rangka mengkritik penyembahan mereka terhadap sapi. | null | 1. Penyembelihan sapi yang diperintahkan kepada Bani Israil itu dimaksudkan untuk mengungkapkan rahasia pembunuhan.
2 Bani Israil waktu itu tidak segera menanggapi perintah Allah dan mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang perkara yang mudah dan sederhana dengan maksud memperolok-olokan Nabi Musa, yang akibatnya mempersulit diri mereka sendiri.
3. Menghidupkan orang yang terbunuh dengan jalan memukulkan sebagian tubuh sapi yang disembelih itu merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Musa dan salah satu tanda kekuasaan-Nya. |
81 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 74 | 11 | 2 | 1 | 1 | ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ | Ṡumma qasat qulūbukum mim ba‘di żālika fahiya kal-ḥijārati au asyaddu qaswah(tan), wa inna minal-ḥijārati lamā yatafajjaru minhul-anhār(u), wa inna minhā lamā yasysyaqqaqu fayakhruju minhul-mā'(u), wa inna minhā lamā yahbiṭu min khasy-yatillāh(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a). | Setelah itu, hatimu menjadi keras sehingga ia (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, dan ada lagi yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. | null | null | Ayat-ayat berikut menerangkan respons kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad tentang kisah kakek moyangnya. Kemudian setelah kamu, kaum Yahudi, mendengar kisah dan mengetahui sikap mereka itu, hatimu menjadi keras, sehingga menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras dari batu. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap tidak mau beriman walaupun telah mengetahui bukti-bukti kekuasaan Allah, seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, bahkan mereka justru bertambah ingkar kepada Tuhan. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya, sementara dari celah hatimu tidak ada setitik cahaya ketakwaan yang memancar. Di antara batu itu ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, tetapi hatimu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya Ilahi yang terserap. Dan ada pula di antara batu itu yang meluncur jatuh karena tunduk dan takut kepada azab Allah, sedangkan hatimu semakin menunjukkan kesombongan yang tampak dari sikap dan tingkah lakumu. Bila kamu tidak mengubah sikap dan terus dalam keangkuhan, ketahuilah bahwa Allah tidaklah lengah atau lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah pasti mengetahui semua yang kamu perbuat, karena Dia selalu mengawasimu setiap saat. | Dalam ayat ini diungkapkan watak orang-orang Yahudi. Sesudah mereka diberi petunjuk ke jalan yang benar dan sudah pula memahami kebenaran, hati mereka keras membatu bahkan lebih keras lagi. Allah mengumpamakan hati orang Yahudi itu dengan batu yang dalam istilah geologi digunakan untuk menyebut segala macam benda yang merupakan spesies dari karang, atau materi seperti karang yang bersifat keras, untuk menunjukkan kekerasan hati mereka untuk menerima petunjuk Allah. Bahkan mungkin lebih keras lagi. Walaupun batu itu keras, tetapi pada suatu saat dan oleh suatu sebab dapat terbelah atau retak. Dari batu yang retak itu memancarlah air, dan kemudian berkumpul menjadi anak-anak sungai. Kadang-kadang batu-batu itu jatuh dari gunung karena patuh kepada kekuasaan Allah. Demikianlah halnya hati orang Yahudi lebih keras dari batu bagaikan tak mengenal retak sedikit pun. Hati mereka tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama ataupun nasihat-nasihat yang biasanya dapat menembus hati manusia. Namun demikian, di antara hati yang keras membatu itu terdapat hati yang disinari iman, sehingga hati itu berubah dari keras menjadi lembut karena takut kepada Allah.
Yang demikian itu banyak disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang tadinya biasa membangkang menentang agama akhirnya menjadi lembut, orang yang biasanya berbuat maksiat menjadi orang yang taat berkat petunjuk Allah.
وَاِنَّ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَمَنْ يُّؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ خٰشِعِيْنَ لِلّٰهِ ۙ لَا يَشْتَرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ١٩٩ (اٰل عمران)
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Āli ‘Imrān/3:199)
Demikian pula pada ayat lain, Allah berfirman:
وَمِنَ الْاَعْرَابِ مَنْ يُّؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ قُرُبٰتٍ عِنْدَ اللّٰهِ وَصَلَوٰتِ الرَّسُوْلِ ۗ
Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul. (at-Taubah/9:99)
Menurut saintis, kata “hati” tidak menunjuk pada organ hati (liver), melainkan umumnya mengacu kepada jantung. Jantung adalah suatu organ bagian dalam, terletak di bagian dada dan berukuran sebesar kepalan tangan. Jantung terbagi dalam dua sisi, yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Setiap sisi terbagi lagi menjadi dua ruang, yaitu ruang atas (atrium) dan ruang bawah (Ventrikel). Ruang-ruang itu berdenyut sebanyak 70 kali per menit untuk menjaga aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila dihitung, maka jantung akan berdenyut sebanyak lebih dari 30 juta kali dalam setahunnya. Perjalanan darah, apabila diukur dan dimulai dari paru-paru dan jantung, akan mengalir melalui urat darah di seluruh tubuh sepanjang 96.000 km. Jarak tersebut ditempuh dalam 23 detik setiap kali putaran. Terlihat bagaimana pentingnya peran jantung dalam kehidupan manusia.
Kata jantung dalam bahasa Arab adalah ‘qalb’. Kata tersebut juga digunakan untuk maksud lain, yaitu untuk mengartikan perasaan atau kalbu. Kalbu, sebagaimana jantung, dalam kehidupan juga sangat penting. Nabi Muhammad saw, setelah mencontohkan banyak hal mengenai kebaikan dan keburukan, mengatakan mengenai kalbu dalam artian pusat rasa atau pusat kepekaan, demikian:
“ ..... Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal daging sebesar kunyahan, apabila baik, baiklah seluruh jasad dan apabila rusak, rusaklah seluruh jasad. Ia adalah kalbu.” (Riwayat al-Bukhārī melalui Nu‘mān bin Basyīr)
Jantung atau kalbu sering juga disandingkan dengan “hati”. Seringkali disatukan dan menjadi jantung-hati. Ada beberapa ayat terkait mengenai hati dan kepekaan, dua di antaranya adalah Surah al-Isrā'/17: dan Qāf/50: 37 yang artinya sebagai berikut:
“Dan Kami jadikan hati mereka terutup dan telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Quran, mereka berpaling ke belakang melarikan diri (karena benci).” (al-Isrā'/17: 46)
“Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengaran, sedang dia menyangsikannya.” (Qāf/50: 37)
Dalam bahasa Al-Qur’an, disebutkan bahwa hati yang ditutup akan menjadikan pemiliknya tidak dapat menerima kebenaran apalagi mengikutinya. Ia hanya dapat mengikuti hal-hal yang tidak sejalan dengan yang hak, yakni hawa nafsu. Penutupan hati yang dilakukan Allah adalah sebagai dampak dari perbuatan mereka sendiri. Mereka enggan menggunakan pendengaran, penglihatan dan hatinya, sehingga pada akhirnya hati berkarat dan tertutup.
Secara tradisional, orang menganggap bahwa komunikasi antara kepala/otak (akal) dan jantung/hati (perasaan) berlangsung satu arah, yaitu bagaimana hati bereaksi terhadap apa yang diperintahkan otak. Akan tetapi, sekarang terungkap bahwa komunikasi antara hati dan otak berlangsung sangat dinamis, terus menerus, dua arah, dan setiap organ tersebut saling mempengaruhi fungsi mereka satu sama lain.
Suatu penelitian mengungkap bahwa hati melakukan komunikasi ke otak dalam empat jalan, yaitu (1) transmisi melalui syaraf, (2) secara biokimia melalui hormon dan transmiter syaraf, (3) secara biofisik melalui gelombang tekanan, dan (4) secara energi melalui interaksi gelombang elektromagnetik. Semua bentuk komunikasi tersebut mengakibatkan terjadinya aktivitas di otak. Penelitian mengungkapkan bahwa pesan yang disampaikan hati kepada otak akan mempengaruhi perilaku.
Selama ini para ahli mempercayai bahwa medan elektromagnetik hati adalah medan yang paling kuat yang dimiliki manusia. Medan ini tidak hanya mempengaruhi setiap sel yang ada dalam tubuhnya, akan tetapi juga mencakup ke segala arah ruang di sekitarnya. Diduga bahwa medan elektromagnetik adalah pembawa informasi yang sangat penting. Bahkan dapat dibuktikan pula bahwa medan elektromagnetik seseorang dapat mempengaruhi cara kerja otak orang lain. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
82 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 75 | 11 | 2 | 1 | 1 | ۞ اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلَامَ اللّٰهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهٗ مِنْۢ بَعْدِ مَا عَقَلُوْهُ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ | Afa taṭma‘ūna ay yu'minū lakum wa qad kāna farīqum minhum yasma‘ūna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifūnahū mim ba‘di mā ‘aqalūhu wa hum ya‘lamūn(a). | Maka, apakah kamu (muslimin) sangat mengharapkan mereka agar percaya kepadamu, sedangkan segolongan mereka mendengar firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahui(-nya)? | null | null | Sesudah menjelaskan sikap orang Yahudi, maka kemudian mengingatkan Nabi Muhammad dan umat Islam dengan mengajukan pertanyaan, yaitu apakah kamu, kaum muslim, sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, meyakini kerasulan Nabi Muhammad, dan beriman pada petunjuk Al-Qur'an? Hal seperti ini mustahil dapat terwujud, sedangkan segolongan dari mereka sudah mendengar dan mengetahui firman Allah yang terdapat pada kitab Taurat lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya dan menafsirkannya sekehendak hati, padahal mereka, yaitu kaum Yahudi Madinah, mengetahuinya bahwa Taurat itu berisi petunjuk bagi mereka. | Dalam ayat ini Allah mengarahkan kembali firman-Nya kepada orang-orang mukmin agar mereka jangan terlalu banyak mengharapkan akan berimannya orang-orang Yahudi, karena watak mereka tidaklah jauh berbeda dengan watak nenek moyang mereka.
Hal yang demikian itu disebabkan adanya pendeta-pendeta Yahudi pada zaman dahulu yang mempelajari Taurat dan memahaminya kemudian mengubah pengertiannya, bahkan mengganti ayat-ayatnya dengan sengaja, terutama yang berkenaan dengan kedatangan Nabi Muhammad. Mereka sebenarnya menyadari bahwa mereka telah melakukan penyelewengan dengan memutarbalikkan isi Taurat itu. Pelajaran agama yang sudah diputarbalikkan itulah yang diajarkan kepada keturunannya. Orang Yahudi pada zaman Rasul saw berpegang teguh dengan ajaran nenek moyang mereka yang keliru. Keinginan yang besar dari Nabi saw dan kaum Muslimin agar orang Yahudi beriman dan mengikuti ajaran Islam, sebab agama mereka paling dekat dengan Islam. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
83 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 76 | 11 | 2 | 1 | 1 | وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّاۚ وَاِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ قَالُوْٓا اَتُحَدِّثُوْنَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاۤجُّوْكُمْ بِهٖ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ | Wa iżā laqul-lażīna āmanū qālū āmannā, wa iżā khalā ba‘ḍuhum ilā ba‘ḍin qālū atuḥaddiṡūnahum bimā fataḥallāhu ‘alaikum liyuḥājjūkum bihī ‘inda rabbikum, afalā ta‘qilūn(a). | Apabila berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi, apabila kembali kepada sesamanya, mereka bertanya, “Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepadamu sehingga mereka dapat menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu? Apakah kamu tidak mengerti?” | null | null | Keingkaran kaum Yahudi tidak saja tecermin pada keingkaran mereka terhadap kerasulan Nabi Muhammad, tetapi juga pada sikap munafiknya. Karakter ini nyata dan jelas apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman dari kelompok sahabat Nabi, mereka berkata, "Kami telah beriman sebagaimana kalian meyakini kerasulan Muhammad.” Tetapi apabila mereka kembali kepada sesamanya, mereka bertanya kepada kelompoknya, “Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka yang menjadi pengikut Muhammad apa yang telah diterangkan Allah kepadamu di dalam Taurat tentang akan datangnya seorang rasul yang bernama Ahmad--nama lain Nabi Muhammad, sehingga mereka atau umat Islam itu dapat menyanggah kamu dan menyalahkanmu di hadapan Tuhanmu, karena kerasulan Muhammad itu memang benar dan tercantum dalam Taurat. Karena itu tidakkah kamu mengerti bahwa bila ini terjadi, yaitu penjelasan tentang kerasulan Muhammad, berarti kamu telah melakukan hal yang bodoh?” Ayat ini turun untuk menegaskan bahwa kaum Yahudi pada dasarnya mengakui kenabian MUhammad, namun mereka tidak mengimaninya. | Ayat ini memberitakan tentang beberapa watak orang-orang Yahudi yang tak dapat diharapkan lagi iman mereka; yaitu watak mereka menyerupai watak orang munafik dan juga menerangkan tingkah laku mereka. Ayat ini menjelaskan bahwa apabila orang Yahudi yang bersikap munafik berjumpa dengan para sahabat Nabi saw mereka berkata, “Kami juga beriman seperti kamu, kami mengakui bahwa kamu dalam kebenaran, dan bahwa Muhammad saw itu memang utusan Allah yang telah diterangkan dalam kitab Taurat.” Mereka mengucapkan kata-kata itu dengan maksud untuk menenteramkan hati orang-orang Aus dan Khazraj yang pernah menjadi teman sekutu mereka. Tetapi ketika mereka berada di tengah-tengah kaumnya, mereka dicela oleh kaumnya dengan mengatakan, ”Mengapa mereka memberitahu kepada orang Islam apa yang diterangkan Allah tentang kedatangan Nabi Muhammad saw secara khusus di dalam Taurat. Seharusnya kabar itu dirahasiakan dan tidak boleh seorang pun tahu, karena kalau rahasia itu dibukakan, berarti orang-orang mukmin mempunyai alasan yang kuat untuk mengalahkan hujah-hujah mereka sendiri di hadapan Allah”. Tindakan yang demikian dianggap oleh mereka sebagai perbuatan tercela, tidak diperkirakan sebelumnya akibat buruk yang akan terjadi. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
84 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 77 | 12 | 2 | 1 | 1 | اَوَلَا يَعْلَمُوْنَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ | Awalā ya‘lamūna annallāha ya‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a). | Tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan? | null | null | Ayat sebelumnya menguraikan sikap sebagian orang-orang Yahudi yang menyem bunyikan kekafiran dan berpura-pura memeluk Islam, sedang ayat ini mengingat kan mereka dan siapa pun yang berperilaku seperti mereka; tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan? | Ayat ini sebagai celaan dan pukulan bagi orang Yahudi terutama bagi para pemalsu yang menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad dan mengubah kitab suci mereka, seolah-olah mereka hendak menyembunyikan kekufuran dan kedustaan mereka. Tetapi Allah mengetahui tentang segala yang mereka lahirkan (tampakkan), yaitu memperlihatkan keimanan dan bermuka manis. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
85 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 78 | 12 | 2 | 1 | 1 | وَمِنْهُمْ اُمِّيُّوْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ الْكِتٰبَ اِلَّآ اَمَانِيَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ | Wa minhum umiyyūna lā ya‘lamūnal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā yaẓunnūn(a). | Di antara mereka ada yang umi (buta huruf), tidak memahami Kitab (Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga. | null | null | Setelah kelakuan kelompok cendekia dan tokoh agama Yahudi dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya, ayat-ayat berikut menjelaskan kelompok lain di kalangan Bani Israil, yaitu bahwa di antara mereka ada yang buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis, atau bodoh dan keras hati, tidak memahami makna dan pesan Kitab Taurat dengan pemahaman yang penuh penghayatan, kecuali hanya berangan-angan berupa kebohongan yang disajikan oleh pemuka agama mereka dan dikatakan sebagai kebenaran, dan mereka hanya menduga-duga, sebab ka lau pun mereka membacanya, itu tidak dilakukan dengan disertai pemahaman yang mendalam. | Dalam ayat ini diberitahukan tentang orang-orang awam pengikut-pengikut mereka yang mengikuti saja kemauan pendeta-pendeta yang memutarbalikkan isi Taurat. Baik pemimpin atau pun pengikutnya, keduanya dalam kesesatan. Di antara orang-orang Yahudi itu ada golongan ummi yaitu orang-orang yang buta huruf, tidak dapat membaca dan menulis. Mereka hanya dapat menghafal Kitab Taurat, tetapi mereka tidak dapat memahami makna dan kandungan isinya, dan amal perbuatannya pun tidak dapat mencerminkan apa yang dimaksud oleh isi Taurat itu. Mereka adalah kaum yang hanya mendasarkan sesuatu kepada sangkaan saja, tidak sampai kepada martabat keyakinan yang berdasarkan keterangan-keterangan yang pasti tidak meragukan.
Orang-orang Yahudi itu memang banyak ingkar terhadap kebenaran, meskipun kebenaran itu telah terang dan jelas. Mereka banyak mendustakan ayat-ayat Allah, dan paling banyak tertipu oleh dirinya sendiri serta suka memakan harta orang lain dengan cara haram, seperti riba, menipu dan suap. Mereka menganggap bahwa mereka adalah orang yang paling utama di antara bangsa di dunia. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
86 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 79 | 12 | 2 | 1 | 1 | فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗفَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ | Fawailul lil-lażīna yaktubūnal-kitāba bi'aidīhim ṡumma yaqūlūna hāżā min ‘indillāhi liyasytarū bihī ṡamanan qalīlā(n), fawailul lahum mimmā katabat aidīhim wa wailul lahum mimmā yaksibūn(a). | Celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka, celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat. | null | null | Akibat perbuatan itu, maka celakalah dan binasalah orang-orang Yahudi dan yang selain mere ka yang menulis kitab Taurat atau lainnya dengan tangan mereka sendiri, kemudian berkata dengan penuh kebohongan, “Ini adalah kitab suci yang datang dari Allah.” Mereka melakukan itu dengan maksud untuk menjualnya dengan harga murah, yaitu kesenangan dunia yang murah dengan cara menukar yang murah itu dengan sesuatu yang mahal, yaitu kebenaran. Maka celakalah mereka akibat perkataan dusta mereka tentang Allah, karena tulisan tangan mereka itu penuh kebohongan, penyelewengan, dan penyim pangan, dan celakalah mereka karena apa, yakni kebohongan, yang mereka perbuat dengan memalsukan dan mengubah ayat untuk kepentingan dan keuntungan sesaat, dan celakalah mereka karena harta yang mereka peroleh dari perbuatan mereka itu. | Pada ayat ini dijelaskan siapa orang-orang yang terlibat dalam pemalsuan kitab suci, yaitu mereka yang menyesatkan dengan mengada-adakan dusta terhadap Allah dan memakan harta orang lain dengan tidak sah. Orang-orang yang bersifat seperti itu akan celaka terutama pendeta mereka yang menulis kitab Taurat dengan menuruti kemauan sendiri, kemudian mengatakan kepada orang awam, bahwa inilah Taurat yang sebenarnya. Mereka berbuat begitu untuk mendapatkan keuntungan duniawi seperti pangkat, kedudukan, dan harta benda.
Diterangkan bahwa keuntungan yang mereka ambil itu amat sedikit dibanding dengan kebenaran yang dijualnya yang sebenarnya sangat mahal dan tinggi nilainya. Kemudian Allah mengulangi ancaman-Nya terhadap perbuatan pendeta Yahudi itu, bahwa kepada mereka akan ditimpakan siksaan yang pedih.
Pendeta-pendeta Yahudi yang menulis Taurat itu melakukan tiga kejahatan, yaitu:
1. Menyembunyikan sifat-sifat Nabi saw yang disebut dalam Taurat.
2. Berdusta kepada Allah.
3. Mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah.
Para pendeta itu berkata, "Kitab ini dari Allah." Padahal Kitab itu sama sekali bukan dari Allah. Kitab tersebut justru menghambat manusia untuk memperhatikan Kitab Allah dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya. Perbuatan itu hanya dilakukan oleh:
1. Orang yang memang keluar dari agama, yang sengaja merusak agama dan menyesatkan pengikut-pengikutnya. Ia memakai pakaian agama dan menampakkan diri sebagai orang yang mengadakan perbaikan untuk menipu manusia agar orang-orang tersebut menerima apa yang dia tulis dan apa yang dia katakan.
2. Orang yang sengaja menakwilkan dan sengaja membuat tipu muslihat agar mudah bagi manusia menyalahi agama. Orang ini berbuat demikian untuk mencari harta dan kemegahan. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
87 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 80 | 12 | 2 | 1 | 1 | وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ | Wa qālū lan tamassanan-nāru illā ayyāmam ma‘dūdah (tan), qul attakhażtum ‘indallāhi ‘ahdan falay yukhlifallāhu ‘ahdahū am taqūlūna ‘alallāhi mā lā ta‘lamūn(a). | Mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?” | null | null | Dan di antara bentuk kebohongan dan penyimpangan yang mereka lakukan, mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami di akhirat kelak kecuali beberapa hari atau sesaat saja.” Itu pun sekadar sentuhan api, bukan siksaan yang bersifat abadi. Untuk menjelaskan itu Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya,”Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, ‘Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, Zat yang mengatur segala urusan, sehingga kamu merasa tenang karena Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah yang kekuasaan dan ilmu-Nya mencakup segala hal, sesuatu yang tidak kamu ketahui?’” Keduanya tidak pernah terjadi: tidak ada perjanjian antara mereka dengan Tuhan soal itu, dan tidak pula mereka mengatakan itu karena tidak tahu. Mereka tahu, tetapi mengatakan yang sebaliknya | Dalam ayat ini disebutkan lagi segi lain dari kedurhakaan orang Yahudi yaitu mengenai anggapan mereka bahwa mereka tidak akan dibakar oleh api neraka kecuali hanya beberapa hari saja. Maksudnya, mereka tidak kekal di dalam neraka karena menganggap diri mereka adalah putra dan kekasih Allah. Kebanyakan orang Yahudi berpendapat bahwa mereka dimakan api selama tujuh hari. Karena umur dunia menurut pendapat mereka 7000 tahun, maka siapa di antara mereka yang tidak memperoleh keselamatan dan kemenangan serta kebahagiaan, mereka akan mendekam dalam neraka selama 7 hari. Sehari untuk tiap 1000 tahun. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
88 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 81 | 12 | 2 | 1 | 1 | بَلٰى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَّاَحَاطَتْ بِهٖ خَطِيْۤـَٔتُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ | Balā man kasaba sayyi'ataw wa aḥāṭat bihī khaṭī'atuhū fa ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a). | Bukan demikian! Siapa yang berbuat keburukan dan dosanya telah menenggelamkannya, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. | null | null | Sebenarnya tidak ada janji dari Allah, bukan juga karena mereka tidak tahu. Sumber masalahnya adalah sikap mereka yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah. Bukan demikian, yang benar adalah barang siapa berbuat keburukan, yaitu mempersekutukan Allah, dan dosanya telah menenggelamkannya, yakni ia diliputi oleh dosanya sehingga seluruh kehidupannya tidak mengandung sedikit pun kebaikan akibat ketiadaan iman kepada Allah, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. Sedangkan orang-orang yang beriman dengan benar sebagaimana diajarkan nabi-nabi mereka dan mengerjakan kebajikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul, maka mereka itu penghuni surga. Mereka juga kekal di dalam nya. | Pada ayat ini dengan tegas Allah menyatakan tidak benar sama sekali apa yang mereka katakan itu. Bahkan api akan membakar diri mereka dan orang-orang lain dalam waktu yang lama sesuai dengan dosa mereka. Dosa di sini ialah dosa mempersekutukan Allah. Maka orang yang mempersekutukan Allah dan orang-orang kafir kekal di dalam neraka.
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan dosa di sini ialah kesalahan pada umumnya. Mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kekal di sini ialah mendekam dalam neraka dalam waktu yang lama sampai batas waktu yang telah dikehendaki Allah. Orang yang berbuat maksiat dan mengerjakan dosa-dosa besar, dia mendekam di dalam neraka beberapa lama waktunya, kemudian keluar dari neraka, kapan Allah menghendakinya. Apabila manusia bertobat dengan jujur atas segala macam dosa dan meninggalkan dengan sungguh-sungguh dosa-dosanya itu, maka dirinya tidak akan diliputi oleh kesalahan-kesalahan dan jiwanya tidak akan berkarat dengan kesalahan-kesalahan itu. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | null |
89 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 82 | 12 | 2 | 1 | 1 | وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ | Wal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti ulā'ika aṣḥābul-jannah(ti), hum fīhā khālidūn(a). | Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya. | null | null | Sebenarnya tidak ada janji dari Allah, bukan juga karena mereka tidak tahu. Sumber masalahnya adalah sikap mereka yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah. Bukan demikian, yang benar adalah barang siapa berbuat keburukan, yaitu mempersekutukan Allah, dan dosanya telah menenggelamkannya, yakni ia diliputi oleh dosanya sehingga seluruh kehidupannya tidak mengandung sedikit pun kebaikan akibat ketiadaan iman kepada Allah, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. Sedangkan orang-orang yang beriman dengan benar sebagaimana diajarkan nabi-nabi mereka dan mengerjakan kebajikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul, maka mereka itu penghuni surga. Mereka juga kekal di dalam nya. | Ayat ini menjanjikan kepada orang yang beramal saleh akan mendapat ganjaran berupa surga. Biasanya ayat ancaman selalu diikuti dengan ayat janji baik (harapan). Faedahnya antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menunjukkan keadilan Ilahi. Bilamana Allah menetapkan azab yang abadi bagi orang yang terus-menerus dalam kekafiran, maka Allah juga menetapkan pahala abadi (surga) bagi mereka yang terus-menerus dalam iman.
2. Bahwa janji baik (harapan) dan janji buruk (ancaman) dari Allah itu menanamkan rasa harap dan cemas yang seimbang ke dalam jiwa orang mukmin.
3. Bahwa Allah dengan janji baik-Nya menunjukkan kesempurnaan rahmat-Nya dan dengan ancaman-Nya Allah menunjukkan kesempurnaan keadilan-Nya.
Semua orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan beriman kepada hari akhirat serta mengerjakan perbuatan baik, menunaikan kewajiban-kewajiban dan menjauhkan diri dari maksiat, mereka itulah yang pantas masuk surga sebagai balasan yang setimpal terhadap ketundukan mereka kepada Allah dan keikhlasan mereka kepada-Nya, baik secara rahasia maupun nyata. Di dalam ayat ini jelas terbukti bahwa masuk surga itu dikaitkan dengan iman yang benar dan amal saleh seperti tersebut di dalam hadis:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِسُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ وَقَدْ قَالَ لَهُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِى اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ اٰمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ (رواه مسلم عن سفيان بن عبد الله الثقفي)
"Bahwa Nabi saw bersabda kepada Sufyān bin Abdillāh aṡ-Ṡaqafi, tatkala Sufyan bertanya kepada Rasul, "Ya Rasulullah, terangkanlah kepadaku mengenai Islam, suatu petunjuk yang tidak perlu lagi saya bertanya tentang hal itu kepada orang lain". Nabi menjawab, "Katakanlah, saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah kamu". (Riwayat Muslim dari Sufyān bin ‘Abdillāh aṡ-Ṡaqafi) | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menceritakan kepada orang Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw tentang kedurhakaan nenek moyang mereka seperti melakukan pembunuhan, mengingkari perintah Allah untuk menyembelih sapi dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menceritakan tindakan mereka yang terkutuk sehingga azab Allah menimpa mereka. Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menjelaskan tanggapan orang Yahudi terhadap cerita nenek moyang mereka. Mereka tidak menjadi sadar dan kembali ke jalan Allah, bahkan hati mereka tambah keras, keimanan mereka tak dapat diharapkan, tindakan-tindakan mereka menunjukkan perlawanan terhadap agama Islam. | IMAN BANI ISRAIL SULIT DIHARAPKAN | Kosakata: Qaswah قَسْوَةٌ (al-Baqarah/2: 74)
Qaswah artinya keras. Benda-benda yang keras adalah seperti batu, besi atau baja. Tetapi besi atau baja masih dapat dilunakkan dan diubah bentuknya, setelah dipanaskan lebih dahulu. Sedangkan batu kecuali kasar dan keras, juga tidak dapat dibikin lunak atau diubah bentuknya kecuali dengan memotong dan memahatnya. Meskipun begitu jika batu kejatuhan air terus-menerus dapat menjadi berlubang, bahkan ada batu yang mengeluarkan mata air atau menjadi aliran sungai. Orang Yahudi digambarkan Allah dalam ayat ini sebagai orang yang hatinya mengeras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sangat sulit diatur, tidak pernah taat pada ketentuan dan hanya mengikuti kemauan mereka saja. | null | 1. Meskipun Bani Israil menyaksikan ayat-ayat Allah dan mukjizat Nabi Musa a.s., hati mereka tetap keras membatu.
2. Kepada kaum Muslimin diperingatkan agar mereka jangan terlalu mengharapkan orang Yahudi beriman, karena mereka sangat fanatik kepada ajaran yang telah dipalsukan oleh nenek moyang mereka.
3. Orang Yahudi berusaha untuk merahasiakan kepalsuan ajaran mereka, sehingga mereka mencela teman-teman mereka yang berkumpul dengan orang Islam karena khawatir rahasia itu terbuka. Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui keadaan yang sebenarnya.
4. Perbuatan pendeta-pendeta Yahudi memutarbalikkan isi Taurat dan pandangan mereka yang keliru, seperti anggapan tinggal di neraka tidak lama. Hal itu sangat buruk akibatnya terhadap akidah mereka, sebab orang awam yang buta huruf percaya begitu saja kepada para pendeta. Mereka sesat dan menyesatkan.
5. Setiap orang yang berbuat dosa akan masuk neraka selama waktu yang ditetapkan Allah sesuai dengan dosanya. Sebaliknya orang yang beramal saleh akan masuk surga selama-lamanya. |
90 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 83 | 12 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ | Wa iż akhażnā mīṡāqa banī isrā'īla lā ta‘budūna illallāha wa bil-wālidaini iḥsānaw wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qūlū lin-nāsi ḥusnaw wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh(ta), ṡumma tawallaitum illā qalīlam minkum wa antum mu‘riḍūn(a). | (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang. | null | null | Ingatlah dan renungkanlah keadaan mereka ketika Kami, melalui rasul Kami, mengambil janji dari Bani Israil yaitu bahwa, “Janganlah kamu menyembah sesuatu pun dan dalam bentuk apa pun selain Allah Yang Maha Esa, dan berbuat baiklah dalam kehidupan dunia ini kepada kedua orang tua dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir; demikian juga kepada kerabat, yaitu mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua, serta kepada anak-anak yatim yakni mereka yang belum balig sedang ayahnya telah wafat, dan juga kepada orang-orang miskin, yaitu mereka yang membutuhkan uluran tangan. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia seluruhnya tanpa kecuali.” Setelah memerintahkan hal-hal yang dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial lainnya, Allah menyusulinya dengan sesuatu yang terpenting dalam hubungan dengan Allah, “Laksanakanlah salat sebaik mungkin dan secara istikamah, dan tunaikanlah zakat dengan sempurna.” Itulah perjanjian yang kamu mereka sepakati dengan Allah, wahai Bani Israil, tetapi kemudian kamu berpaling dengan meng ingkari janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu masih menjadi pembangkang. Betapa objektif Al-Qur'an dalam menilai manusia; salah satu buktinya tampak pada ayat ini. Di sini dinyatakan bahwa tidak semua individu Bani Israil mengingkari perjanjian, seperti diisyaratkan dengan kalimat “kecuali sebagian kecil dari kamu.” Ini menunjukkan bahwa dalam setiap periode kehidupan Bani Israil atau bangsa-bangsa lain selalu saja ada sekelom pok kecil yang tetap berjalan lurus dengan mengikuti suara hati nuraninya untuk selalu berbuat baik, seperti dapat kita baca pada Surah Ali Imran/3: 113. | Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw, ketika Dia menetapkan atas Bani Israil akan janji yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah. Allah melarang mereka beribadah kepada selain Allah, biarpun berupa manusia atau berhala dan lain-lain, karena hal itu berarti mempersekutukan Allah dengan benda-benda tersebut. Menyembah kepada selain Allah adakalanya dengan perbuatan-perbuatan yang lain yang berupa mengagungkan sesuatu yang disembah itu.
Agama Allah yang dibawa oleh para utusan-Nya semua menekankan untuk menyembah Allah yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, seperti firman Allah:
۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun…. (an-Nisā’/4:36)
Janji dari Bani Israil ini diawali dengan janji memenuhi hak Allah, hak yang tertinggi dan terbesar yaitu hanya Dia semata-mata yang berhak disembah, tidak ada sesuatu pun yang disekutukan dengan Dia. Semua makhluk diperintahkan menyembah-Nya dan untuk tugas inilah sebenarnya mereka diciptakan.
Sesudah menyebutkan hak Allah, disusul dengan perintah berbuat kebajikan kepada orang tua, suatu amal kebajikan yang tertinggi. Karena melalui kedua orang tualah Allah menciptakan manusia. Allah berfirman:
وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا
…Dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, ... (an-Nisā’/4:36)
Berbuat kebajikan kepada orang tua ialah dengan mengasihi, memelihara dan menjaganya dengan sempurna serta menuruti kemauannya selama tidak menyalahi perintah Allah. Adapun hikmah berbakti kepada ibu dan bapak ialah karena ibu bapak itu telah berkorban untuk kepentingan anaknya pada waktu masih kecil dengan perhatian yang penuh dan belas kasihan. Mereka mendidiknya dan mengurus segala kepentingan anaknya itu ketika masih lemah, belum dapat mengambil suatu manfaat dan belum dapat pula menghindar dari suatu bahaya. Selain dari itu, orang tua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya. Apakah tidak wajib bagi anak memberikan balasan kepada ibu-bapaknya sebagai imbalan atas budi baiknya?
هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُۚ ٦٠ (الرحمن)
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (ar-Raḥmān/55:60)
Kecintaan kedua orang tua kepada anaknya disebabkan:
1. Rasa cinta kasih yang dianugerahkan Allah kepada keduanya untuk menyempurnakan nikmat-Nya demi terpeliharanya jenis manusia.
2. Rasa syukur terhadap anak-anaknya.
3. Harapan pada masa depan anaknya untuk dapat menolongnya baik dengan harta maupun dengan tenaga dalam kehidupan.
4. Dapat melanjutkan misi kedua orang tuanya.
Sesudah Allah menyebutkan hak kedua orang tua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga) yaitu berbuat kebajikan terhadap mereka, karena berbuat kebajikan kepada karib kerabat adalah faktor yang memperkuat tali persaudaraan di antara kaum kerabat itu.
Suatu umat ini terdiri atas keluarga dan rumah tangga. Maka kebaikan dan keburukan umat tergantung kepada kebaikan dan keburukan keluarga dan rumah tangga. Orang yang tidak membina rumah tangga berarti dia tidak ikut membina unsur umat. Kemudian setiap rumah tangga itu hendaklah menghubungkan tali pcrsaudaraan dengan rumah tangga lainnya berdasarkan tali keturunan, keagamaan atau pun kebangsaan. Dengan demikian akan terbinalah suatu bangsa dan umat yang kuat.
Mengadakan hubungan erat sesama keluarga adalah sesuai dengan fitrah manusia. Agama Islam, agama fitrah memberi jalan yang baik bagi pertumbuhan ikatan kerabat ini. Kemudian Allah menyebutkan pula hak orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu hak orang miskin.
Berbuat baik kepada anak yatim ialah mendidiknya dengan baik dan memelihara segala hak-haknya. Al-Qur’an dan Sunah sangat menganjurkan agar memperhatikan anak yatim walaupun ia kaya, karena yang dipandang ialah keyatimannya. Mereka telah kehilangan orang yang menjadi tempat mereka mengadu. Allah mewasiatkan anak-anak yatim kepada masyarakat agar menganggap mereka itu sebagai anak sendiri, untuk memberikan pendidikan. Jika mereka terlantar, mereka dapat menimbulkan kerusakan pada anak-anak lainnya, dan akibatnya lebih besar pada bangsa dan negara.
Berbuat ihsan kepada orang miskin ialah memberikan bantuan kepada mereka terutama pada waktu mereka ditimpa kesulitan. Nabi bersabda:
اَلسَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ (رواه مسلم عن أبي هريرة)
Orang yang menolong janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Allah mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin karena orang miskin itu dapat berusaha sendiri untuk mencari makan, sedang anak yatim, dikarenakan masih kecil, belum sanggup berusaha sendiri.
Sesudah mendapat perintah berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, kaum keluarga, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, kemudian perintah mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Bilamana kebajikan itu telah dikerjakan berarti ketinggian dan kemajuan masyarakat telah tercapai.
Allah selanjutnya memerintahkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan salat dan zakat seperti yang digariskan Allah untuk mereka. Salat pada tiap agama bertujuan memperbaiki jiwa, membersihkannya dari kerendahan budi dan menghiasi jiwa dengan rupa-rupa keutamaan. Ruh salat ialah ikhlas kepada Allah, tunduk kepada kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila salat itu kosong dari ruh tersebut, tidak akan memberi faedah apa pun. Bani Israil selalu mengabaikan ruh salat itu sejak dahulu sampai waktu Al-Qur’an diturunkan dan bahkan sampai sekarang.
Zakat juga diperintahkan kepada mereka, karena zakat mengandung maslahat bagi masyarakat. Orang-orang Yahudi dahulu mempunyai beberapa macam kewajiban zakat. Tetapi Bani Israil berpaling dari perintah-perintah itu, tidak menjalankannya, bahkan menghindarinya.
Termasuk penyelewengan mereka ialah menganggap pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan yang menetapkan hukum halal dan haram, menambah upacara-upacara agama menurut keinginan mereka, meninggalkan nafkah terhadap kerabat, melalaikan zakat, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar serta perbuatan lain yang meruntuhkan agama.
Hanya sebagian kecil dari mereka pada zaman Musa a.s. atau pada tiap zaman yang taat pada perintah Allah. Pada tiap zaman, pada tiap bangsa atau umat selalu ada golongan orang yang ikhlas berjuang memelihara kebenaran sesuai dengan keyakinan dan kemampuan mereka. Namun demikian bila kemungkaran telah menyebar pada umat itu, kehadiran orang-orang ikhlas itu tidaklah mencegah turunnya azab Allah. Di akhir ayat ini Allah berfirman, “Dan kamu (hai Bani Israil) selalu berpaling.” Ayat ini menunjukkan kebiasaan dan kesukaan mereka tidak menaati petunjuk dan perintah Ilahi, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menjelaskan perbuatan buruk Bani Israil yang memutarbalikkan isi Taurat dan mengakibatkan kerusakan agama mereka. Dalam ayat ini dijelaskan lagi kejahatan-kejahatan mereka yang lain yaitu mereka meninggalkan kewajiban agama dan melakukan tindakan yang melanggar hukum. | BANI ISRAIL MENGINGKARI JANJINYA KEPADA ALLAH | Kosakata: Iḥsān اِحْسَان (al-Baqarah/2: 83)
Iḥsān berasal dari fi‘il atau kata kerja ḥasuna-yaḥsunu masdarnya ḥasanan atau ḥusnan, artinya baik. Mendapat tambahan satu huruf yaitu hamzah menjadi aḥsana-yuḥsinu-iḥsānan, artinya memperbaiki atau berbuat baik, menjadi fi‘il muta‘addi atau kata kerja transitif (mempunyai objek). Kata iḥsānan pada ayat ini merupakan masdar dari fi‘il amar yang dibuang, asalnya aḥsinū bil wālidaini iḥsānan, sehingga peranan masdar ini menjadi penguat dari fi‘il amar yang dibuang tersebut. Maksudnya adalah agar mereka betul-betul berbuat baik kepada kedua orang tua selama mereka hidup, begitu juga setelah mereka meninggal dunia dengan cara melaksanakan pesan-pesan mereka dan bersilaturahmi dengan sanak kerabat dan teman baik mereka, serta mendoakan mereka di alam kubur. Dalam ayat ini Allah memperingatkan Bani Israil supaya beribadah (taat) hanya kepada Allah, berbuat baik terhadap kedua orang tua, karib kerabat, menyayangi anak-anak yatim, orang miskin, berkata dengan orang lain secara baik-baik. Hal ini adalah tuntunan agama yang memiliki aspek sosial yang tinggi. | null | null |
91 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 84 | 13 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُوْنَ دِمَاۤءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُوْنَ اَنْفُسَكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ ۖ ثُمَّ اَقْرَرْتُمْ وَاَنْتُمْ تَشْهَدُوْنَ | Wa iż akhażnā mīṡāqakum lā tasfikūna dimā'akum wa lā tukhrijūna anfusakum min diyārikum ṡumma aqrartum wa antum tasyhadūn(a). | (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi. | null | null | Bila ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan hal-hal yang harus mereka kerjakan, maka ayat ini mengingatkan isi perjanjian menyangkut hal-hal yang harus mereka tinggalkan. Ayat ini memerintahkan lagi; dan ingatlah juga ketika Kami, melalui Nabi Musa, mengambil janji dari leluhur kamu, wahai Bani Israil, “Janganlah kamu menumpahkan darahmu, yakni mem bunuh orang lain tanpa hak, dan jangan pula kamu mengusir dirimu, saudara sebangsa mu, dari kampung halamanmu, apalagi kampung halaman mereka sendiri.” Selanjutnya, mereka juga diingatkan, “Kemudian kamu berikrar di depan umum akan memenuhinya, wahai yang mendengar ayat Al-Qur'an ini dan yang hidup pada masa Nabi Muhammad, dan bersaksi bahwa perjanjian itu memang pernah dilakukan oleh nenek moyang kalian.” Ayat ini mengingatkan dan menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan antarmanusia. Isyarat ini diperoleh dari penggunaan kata “darahmu”, “dirimu sendiri” dan “kampung halamanmu”, padahal yang dimaksud adalah orang lain. Ini karena dalam pandang-an Allah seorang manusia pada hakikatnya merupakan saudara seketu runan manusia yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa jika seseorang berbuat buruk kepada orang lain maka pada hakikatnya ia berbuat buruk kepada diri sendiri, seperti dinyatakan dalam Surah al-Hujurat/49: 11. | Dalam ayat ini Allah telah mengambil janji dari Bani Israil agar mereka benar-benar menjauhi pertumpahan darah di antara mereka, dan tidak saling mengusir dari negeri masing-masing. Mereka hendaklah merupakan kesatuan bangsa karena satu agama dan satu keturunan. Masing-masing hendaklah merasa bahwa diri dan darahnya adalah diri dan darah kaumnya.
Ayat ini juga mengandung larangan mengerjakan kejahatan-kejahatan yang dapat dijatuhi hukuman mati (qiṣāṣ), atau pengusiran dari kampung halaman yang berarti “membunuh diri sendiri”. Bilamana mengerjakan suatu kesalahan yang dapat dijatuhi hukuman mati, maka berarti membunuh dirinya sendiri. Pada akhir ayat ini Allah menyatakan bahwa orang Yahudi pada zaman Rasul saw mengaku menerima janji itu, bahkan mereka menjadi saksi atas janji itu. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menjelaskan perbuatan buruk Bani Israil yang memutarbalikkan isi Taurat dan mengakibatkan kerusakan agama mereka. Dalam ayat ini dijelaskan lagi kejahatan-kejahatan mereka yang lain yaitu mereka meninggalkan kewajiban agama dan melakukan tindakan yang melanggar hukum. | BANI ISRAIL MENGINGKARI JANJINYA KEPADA ALLAH | Kosakata: Iḥsān اِحْسَان (al-Baqarah/2: 83)
Iḥsān berasal dari fi‘il atau kata kerja ḥasuna-yaḥsunu masdarnya ḥasanan atau ḥusnan, artinya baik. Mendapat tambahan satu huruf yaitu hamzah menjadi aḥsana-yuḥsinu-iḥsānan, artinya memperbaiki atau berbuat baik, menjadi fi‘il muta‘addi atau kata kerja transitif (mempunyai objek). Kata iḥsānan pada ayat ini merupakan masdar dari fi‘il amar yang dibuang, asalnya aḥsinū bil wālidaini iḥsānan, sehingga peranan masdar ini menjadi penguat dari fi‘il amar yang dibuang tersebut. Maksudnya adalah agar mereka betul-betul berbuat baik kepada kedua orang tua selama mereka hidup, begitu juga setelah mereka meninggal dunia dengan cara melaksanakan pesan-pesan mereka dan bersilaturahmi dengan sanak kerabat dan teman baik mereka, serta mendoakan mereka di alam kubur. Dalam ayat ini Allah memperingatkan Bani Israil supaya beribadah (taat) hanya kepada Allah, berbuat baik terhadap kedua orang tua, karib kerabat, menyayangi anak-anak yatim, orang miskin, berkata dengan orang lain secara baik-baik. Hal ini adalah tuntunan agama yang memiliki aspek sosial yang tinggi. | null | null |
92 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 85 | 13 | 2 | 1 | 1 | ثُمَّ اَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ تَقْتُلُوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُوْنَ فَرِيْقًا مِّنْكُمْ مِّنْ دِيَارِهِمْۖ تَظٰهَرُوْنَ عَلَيْهِمْ بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۗ وَاِنْ يَّأْتُوْكُمْ اُسٰرٰى تُفٰدُوْهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ اِخْرَاجُهُمْ ۗ اَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍۚ فَمَا جَزَاۤءُ مَنْ يَّفْعَلُ ذٰلِكَ مِنْكُمْ اِلَّا خِزْيٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّوْنَ اِلٰٓى اَشَدِّ الْعَذَابِۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ | Ṡumma antum hā'ulā'i taqtulūna anfusakum wa tukhrijūna farīqam minkum min diyārihim taẓāharūna ‘alaihim bil-iṡmi wal-‘udwān(i), wa iy ya'tūkum usārā tufādūhum wa huwa muḥarramun ‘alaikum ikhrājuhum, afa tu'minūna biba‘ḍil-kitābi wa takfurūna bi ba‘ḍ(in), famā jazā'u may yaf‘alu żālika minkum illā khizyun fil-ḥayātid-dun-yā, wa yaumal-qiyāmati yuraddūna ilā asyaddil-‘ażāb(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a). | Kemudian, kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan darimu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman pada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar pada sebagian (yang lain)? Maka, tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antaramu, selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. | null | null | Kemudian kamu, wahai Bani Israil, membunuh dirimu, yakni sesamamu, tanpa menghiraukan perjanjian Allah tadi, dan mengusir segolongan dari saudara-saudara kamu sesama manusia dari kampung halamannya. Kamu memaksakan diri saling membantu dengan kelompok-kelompok kamu dalam menghadapi mereka dalam kejahatan, yakni dengan membuat dosa, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dan permusuhan, yakni agresi yang melampaui batas. Itulah sikapmu terhadap mereka. Dan jika mereka yang kamu usir itu datang kepadamu sebagai tawanan, maka kamu tebus mereka dengan berbagai cara, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab, yakni percaya dan mengamalkan sebagian kandungan Taurat dengan menebus mereka, dan ingkar kepada sebagian yang lain sehingga kamu mengusir mereka? Maka tidak ada balasan yang pantas bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia walau kamu menduga dan berusaha memperoleh kemuliaan. Dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan dan dibangkitkan setelah kematian kepada azab yang paling berat. Allah mengetahui motif perbuatan kamu, dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Oleh karena itu, Dia akan memberi balasan yang setimpal kepada kamu. Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Madinah sebelum Rasulullah diutus. Ada tiga suku Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadir dan Bani Quraidhah. Ketiganya terlibat dalam perang saudara antara Kabilah Aus dan Khazraj; penduduk asli Madinah. Bani Qainuqa dan Bani Nadir memihak Kabilah Khazraj, sedangkan Bani Quraidhah memihak Suku Aus. Seringkali terjadi peperangan di antara mereka, bahkan di antara sesama Yahudi pun mereka saling menyerang dan membunuh. Mereka tahu bahwa hal itu melanggar perjanjian dengan Allah, namun mereka berdalih bahwa hal itu merupakan bagian dari ketaatan terhadap isi kitab suci. | Dalam ayat ini disebutkan kenyataan tentang pelanggaran orang Yahudi terhadap larangan Allah itu. Di Medinah sejak sebelum Nabi Muhammad saw terdapat tiga suku Yahudi yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadir, Bani Quraizah. Ketiga suku itu terlibat dalam perang saudara yang terjadi antara kabilah Aus dan Khazraj; keduanya penduduk asli kota Medinah. Bani Qainuqa dan Bani Nadir adalah sekutu kabilah Khazraj, sedangkan Bani Quraizah adalah sekutu kabilah Aus. Dengan demikian terjadilah peperangan dan usir-mengusir antara sesama kaum Yahudi sendiri.
Ayat ini menerangkan bahwa sesudah menerima janji yang kuat itu, mereka merusaknya dengan membunuh saudara-saudara mereka sendiri, mereka saling membunuh sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang terhadap mereka, sedangkan mereka mengaku bahwa janji Allah itu juga dikenakan pada mereka.
Sebagian orang Yahudi membantu orang-orang Arab yang telah menjadi sekutu mereka dengan membuat dosa seperti pembunuhan dan peperangan, dan membantu mereka di dalam permusuhan seperti pengusiran dari kampung halaman. Bilamana ada yang tertawan, baik orang Arab ataupun orang Yahudi yang bermusuhan, maka untuk melepaskannya mereka meminta uang tebusan.
Masing-masing golongan Yahudi menebus bangsanya yang menjadi tawanan itu, walaupun tawanan itu musuhnya. Mereka mengemukakan alasan bahwa kitab suci mereka memerintahkan agar mereka menebus tawanan-tawanan bangsa yang suci itu. Jika mereka benar-benar beriman kepada kitabnya seperti yang mereka katakan, mengapa mereka mengusir, saudara-saudaranya dari kampungnya, sedangkan Taurat melarang mereka berbuat begitu? Kalau demikian, bukankah itu berarti mengejek agama? Mengapa mereka beriman pada sebagian Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain?
Allah telah membuat janji dengan Bani Israil di dalam Taurat, agar tidak saling membunuh dan mengusir di antara sesamanya. Dalam Taurat disebutkan, "Siapa saja hamba lelaki atau perempuan dari Bani Israil yang kamu dapati, bayarlah harganya dan merdekakanlah dia." Namun mereka tetap saling membunuh di antara sesamanya dan tetap saling mengusir. Mereka menyalahi janji mereka kepada Allah. Apabila ada yang ditawan, mereka menebusnya, sebagai ketaatan mereka kepada janji. Hal itu menunjukkan bahwa mereka mengimani sebagian isi Kitab dan tidak percaya kepada bagian yang lain.
Pembalasan terhadap para pelanggar ketentuan-ketentuan di atas ialah kebinasaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Kenyataan telah menunjukkan bahwa umat yang berlaku curang terhadap perintah Allah dan melempar agama ke belakang, mereka akan bercerai-berai dan akan ditimpa azab kehinaan sebagai pembalasan terhadap kerusakan akhlak dan kejahatannya.
Adapun orang-orang yang tetap berlaku benar, menyucikan dirinya dan baik keadaannya, akan memperoleh nikmat di sisi Tuhannya. Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa-apa yang mereka kerjakan. Dia akan memberi balasan terhadap segala perbuatan manusia. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menjelaskan perbuatan buruk Bani Israil yang memutarbalikkan isi Taurat dan mengakibatkan kerusakan agama mereka. Dalam ayat ini dijelaskan lagi kejahatan-kejahatan mereka yang lain yaitu mereka meninggalkan kewajiban agama dan melakukan tindakan yang melanggar hukum. | BANI ISRAIL MENGINGKARI JANJINYA KEPADA ALLAH | Kosakata: Iḥsān اِحْسَان (al-Baqarah/2: 83)
Iḥsān berasal dari fi‘il atau kata kerja ḥasuna-yaḥsunu masdarnya ḥasanan atau ḥusnan, artinya baik. Mendapat tambahan satu huruf yaitu hamzah menjadi aḥsana-yuḥsinu-iḥsānan, artinya memperbaiki atau berbuat baik, menjadi fi‘il muta‘addi atau kata kerja transitif (mempunyai objek). Kata iḥsānan pada ayat ini merupakan masdar dari fi‘il amar yang dibuang, asalnya aḥsinū bil wālidaini iḥsānan, sehingga peranan masdar ini menjadi penguat dari fi‘il amar yang dibuang tersebut. Maksudnya adalah agar mereka betul-betul berbuat baik kepada kedua orang tua selama mereka hidup, begitu juga setelah mereka meninggal dunia dengan cara melaksanakan pesan-pesan mereka dan bersilaturahmi dengan sanak kerabat dan teman baik mereka, serta mendoakan mereka di alam kubur. Dalam ayat ini Allah memperingatkan Bani Israil supaya beribadah (taat) hanya kepada Allah, berbuat baik terhadap kedua orang tua, karib kerabat, menyayangi anak-anak yatim, orang miskin, berkata dengan orang lain secara baik-baik. Hal ini adalah tuntunan agama yang memiliki aspek sosial yang tinggi. | null | null |
93 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 86 | 13 | 2 | 1 | 1 | اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ ࣖ | Ulā'ikal-lażīnasytarawul-ḥayātad-dun-yā bil-ākhirah(ti), falā yukhaffafu ‘anhumul-‘ażābu wa lā hum yunṣarūn(a). | Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka, azabnya tidak akan diringankan dan mereka tidak akan ditolong. | null | null | Mereka melanggar perjanjian, memutarbalikkan ayat-ayat Allah, mengimani sebagian isi Kitab Suci dan mengingkari sebagian lainnya karena mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan yang fana di dunia dengan kehidupan yang kekal di akhirat, yakni mereka teperdaya oleh gemerlap duniawi serta kesenangan hidup sementara, dan berusaha dengan berbagai cara, meskipun dengan melanggar norma, untuk memilikinya. Siksa yang mereka dapat kan di dunia tidak berarti akan meringankan azab mereka di akhirat. Sama sekali tidak! Maka tidak akan diringankan azabnya, karena siksa akhirat tidak dapat diringankan, dan mereka tidak akan ditolong oleh siapa pun, termasuk oleh diri mereka sendiri. | Dalam ayat ini ditegaskan bahwa merekalah orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menerima kehidupan dunia ini sebagai ganti kehidupan akhirat. Mereka memberi bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang menyembah berhala, kerena hendak mengambil keuntungan duniawi.
Pada hari kiamat mereka akan diazab dengan azab yang berat dan tidak diberi bantuan apa-apa, sebab perbuatan mereka telah mencantumkan mereka dalam golongan orang-orang celaka. Oleh karena itu tertutuplah pintu rahmat Ilahi pada mereka. Mereka tidak mendapatkan penolong yang dapat menolong mereka, dan tidak pula mendapatkan pembela yang dapat membantu mereka. Mereka tetap abadi di dalam neraka Jahanam. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Ayat-ayat yang lalu menjelaskan perbuatan buruk Bani Israil yang memutarbalikkan isi Taurat dan mengakibatkan kerusakan agama mereka. Dalam ayat ini dijelaskan lagi kejahatan-kejahatan mereka yang lain yaitu mereka meninggalkan kewajiban agama dan melakukan tindakan yang melanggar hukum. | BANI ISRAIL MENGINGKARI JANJINYA KEPADA ALLAH | Kosakata: Iḥsān اِحْسَان (al-Baqarah/2: 83)
Iḥsān berasal dari fi‘il atau kata kerja ḥasuna-yaḥsunu masdarnya ḥasanan atau ḥusnan, artinya baik. Mendapat tambahan satu huruf yaitu hamzah menjadi aḥsana-yuḥsinu-iḥsānan, artinya memperbaiki atau berbuat baik, menjadi fi‘il muta‘addi atau kata kerja transitif (mempunyai objek). Kata iḥsānan pada ayat ini merupakan masdar dari fi‘il amar yang dibuang, asalnya aḥsinū bil wālidaini iḥsānan, sehingga peranan masdar ini menjadi penguat dari fi‘il amar yang dibuang tersebut. Maksudnya adalah agar mereka betul-betul berbuat baik kepada kedua orang tua selama mereka hidup, begitu juga setelah mereka meninggal dunia dengan cara melaksanakan pesan-pesan mereka dan bersilaturahmi dengan sanak kerabat dan teman baik mereka, serta mendoakan mereka di alam kubur. Dalam ayat ini Allah memperingatkan Bani Israil supaya beribadah (taat) hanya kepada Allah, berbuat baik terhadap kedua orang tua, karib kerabat, menyayangi anak-anak yatim, orang miskin, berkata dengan orang lain secara baik-baik. Hal ini adalah tuntunan agama yang memiliki aspek sosial yang tinggi. | null | 1. Bani Israil telah merusak hubungan mereka dengan Allah dengan meninggalkan kewajiban terhadap-Nya. Mereka merusak hubungan sesama manusia dengan meninggalkan kewajiban-kewajiban terhadap orang tua dan sesama manusia. Hanya sedikit di antara mereka yang menunaikan kewajiban-kewajiban itu.
2. Orang Yahudi pada zaman Nabi Muhammad saw seperti halnya nenek moyang mereka, suka ingkar dan tidak taat. Mereka melanggar hukum Allah seperti melakukan pertumpahan darah sesama mereka, namun demikian mereka menaati hukum Allah mengenai tebusan tawanan-tawanan. Semua perbuatan mereka itu didasarkan atas kepentingan duniawi semata-mata.
3. Segala perbuatan dan tindakan yang sifatnya mempermainkan agama, pasti akan mendapatkan hukuman dari Allah. Allah tidak akan menurunkan pertolongan kepada pelaku-pelakunya. |
94 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 87 | 13 | 2 | 1 | 1 | وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَقَفَّيْنَا مِنْۢ بَعْدِهٖ بِالرُّسُلِ ۖ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِ وَاَيَّدْنٰهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗ اَفَكُلَّمَا جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌۢ بِمَا لَا تَهْوٰىٓ اَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ ۚ فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقًا تَقْتُلُوْنَ | Wa laqad ātainā mūsal-kitāba wa qaffainā mim ba‘dihī bir-rusul(i), wa ātainā ‘īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birūḥil-qudus(i), afakullamā jā'akum rasūlum bimā lā tahwā anfusukumustakbartum, fafarīqan każżabtum wa farīqan taqtulūn(a). | Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami menyusulkan setelahnya rasul-rasul. Kami juga telah menganugerahkan kepada Isa, putra Maryam, bukti-bukti kebenaran, serta Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Mengapa setiap kali rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri? Lalu, sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian (yang lain) kamu bunuh? | null | null | Berikut ini masih merupakan uraian tentang pelanggaran-pelanggaran Bani Israil. Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa agar dengan membacanya, kamu selalu ingat kandungan perjanjian itu, namun kamu tetap saja melupakannya. Tidak saja menganugerahkan Taurat, Kami juga telah susulkan berturut-turut setelahnya, yakni sepeninggal Nabi Musa, dengan rasul-rasul yang silih berganti datang memperingatkan kamu dan memperbarui tuntunan agar selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti Nabi Daud, Sulaiman, hingga Yahya. Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam penjelasan-penjelasan, yakni bukti-bukti kebenaran yang sangat jelas seperti kemampuannya--atas izin Allah--mengembalikan penglihatan orang buta, menyembuhkan berbagai penyakit, menghidupkan orang mati, dan mengungkap berita-berita gaib, serta kami perkuat dia dengan Rohulkudus, yaitu malaikat Jibril, yang datang dengan wahyu-wahyu Ilahi berupa kitab Injil. Karena sikap mereka terhadap para nabi dan rasul sangat tidak wajar, maka mereka dikecam dalam bentuk pertanyaan: mengapa setiap rasul yang datang kepadamu yang diutus Allah membawa sesuatu pelajaran yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri dengan sangat angkuh, lalu sebagian kamu dustakan, seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dan sebagian kamu bunuh, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, dan sebagian yang lain hendak kalian bunuh, seperti Nabi Muhammad? Terbayang betapa licik orang-orang Yahudi Bani Israil yang diceritakan sifat-sifatnya dalam ayat-ayat di atas. Banyak dalih yang mereka kemukakan, banyak juga kalimat bodoh yang mereka ucapkan. Dari situ dapat ditarik pelajaran bahwa kecerdasan akal seseorang tidak selalu menuntunnya kepada perilaku yang baik, terutama bila kecerdasan itu tidak disertai kemantapan iman. | Allah swt telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa a.s., kemudian Allah mengutus sesudahnya beberapa orang rasul yang datang silih berganti. Maka, setiap waktu selalu ada rasul yang menyampaikan agama Allah. Dengan demikian tidak ada alasan bagi mereka untuk melupakannya, mengganti atau mengubah peraturan-peraturan yang telah ditetapkan Allah.
Sesudah itu Allah menyebutkan Nabi Isa a.s. dalam ayat ini secara khusus di antara para rasul itu, dan menerangkan bahwa dia telah diberi mukjizat yang dapat membuktikan kebenaran kenabiannya. Kemudian Allah menyebutkan pula bahwa Isa a.s. telah diberi wahyu serta diperkuat dengan Rohulkudus (Jibril a.s.), dan ketinggian akhlak.
Kemudian Allah menjelaskan sikap orang-orang Yahudi, bahwa apabila datang utusan Allah dengan membawa peraturan, yang tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu mereka, mereka bersikap sombong dan congkak terhadap utusan itu dengan cara berbuat sewenang-wenang dan berbuat keji di bumi, lalu sebagian dari para rasul itu mereka dustakan, seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dan sebagian lagi mereka bunuh seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Maka tidaklah mengherankan apabila mereka tidak mempercayai seruan Muhammad saw, karena membangkang dan mengingkari itu termasuk tabiat yang telah merasuk dalam jiwa mereka. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan penegasan tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka lebih mementingkan kebahagiaan dunia daripada kebahagiaan akhirat. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan kejahatan orang-orang Yahudi yang di luar batas perikemanusiaan. Karena meskipun mereka telah diberi petunjuk melalui beberapa rasul yang datang secara berturut-turut, namun tidak saja petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara rasul-rasul itu ada yang didustakan dan ada pula yang dibunuh. | SIKAP ORANG YAHUDI TERHADAP PARA RASUL
DAN KITAB YANG DITURUNKAN ALLAH | Kosakata: Istakbartum اِسْتَكْبَرْتُمْ (al-Baqarah/2: 87)
Istakbartum artinya “kamu bersikap sombong, angkuh, atau tinggi hati”. Kata dasarnya adalah “kabura” (كبر) artinya “besar”, “agung” dan sebagainya. Orang sombong karena dirinya merasa besar, sementara yang lainnya diangap kecil. Dalam ayat 87 ini Allah menggambarkan orang-orang Yahudi setiap datang seorang Rasul kepada mereka—karena para Rasul banyak dari Bani Israil—yang membawa risalah dan pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu mereka bersikap angkuh dan sombong, yaitu mereka mengingkarinya atau bahkan membunuh Rasul tersebut seperti terhadap Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kesombongan orang-orang Yahudi tergambar pada penolakannya terhadap risalah dan pelajaran para nabi dengan menganggap pendapat dan keinginan mereka lebih benar daripada risalah para nabi, sampai mereka mengatakan bahwa hati mereka sudah tertutup terhadap dakwah dan seruan para nabi, telinga kami kata mereka sudah tersumbat, dan antara kami dengan para nabi telah ada dinding yang menghalangi yang tidak mungkin dapat ditembus. | null | null |
95 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 88 | 13 | 2 | 1 | 1 | وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلًا مَّا يُؤْمِنُوْنَ | Wa qālū qulūbunā gulf(un), bal la‘anahumullāhu bikufrihim faqalīlam mā yu'minūn(a). | Mereka berkata, “Hati kami tertutup.” Tidak! Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi sedikit sekali mereka yang beriman. | null | null | Dan mereka berkata dalam rangka menolak risalah Nabi Muhammad, “Hati kami tertutup karena tidak dapat memahami apa yang engkau sampaikan atau karena hati kami sudah penuh dengan pengetahuan sehingga tidak lagi butuh bimbingan.” Allah menegaskan, “Tidak!” Sebenarnya mereka bukannya tidak dapat memahami dan bukan pula sudah pandai, tetapi mereka berkata demikian karena kedurhakaan yang sudah mendarah daging dalam diri mereka, maka Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi--sekali lagi AlQur'an tidak menyatakan mereka semua ingkar atau kafir--sedikit sekali mereka beriman. | Allah menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi yang semasa dengan Muhammad saw membuat pernyataan bahwa hati mereka tertutup terhadap dakwah Muhammad saw. Perkataan mereka ini menunjukkan sikap mental yang mencegah mereka untuk memahami kitab yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Ayat ini searti dengan firman Allah:
وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا فِيْٓ اَكِنَّةٍ مِّمَّا تَدْعُوْنَآ اِلَيْهِ وَفِيْٓ اٰذَانِنَا وَقْرٌ وَّمِنْۢ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ
Dan mereka berkata, ”Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, …. (Fuṣṣilat/41:5)
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa orang-orang yang mengatakan demikian itu ialah mereka yang hidup pada saat turunnya ayat dan sezaman dengan Muhammad saw. Allah membantah perkataan mereka, karena duduk persoalannya tidaklah seperti yang mereka katakan. Hati mereka itu diciptakan sesuai dengan fitrah, dan diberi bakat untuk menanggapi segala sesuatu yang dapat membuka hati mereka, dan menyampaikan kepada kebenaran, yang semestinya mereka dapat menilai kebenaran Kitab Al-Qur’an. Tetapi karena sikap mereka demikian, maka Allah membiarkan mereka jauh dari rahmat-Nya, karena kekafiran yang bersarang di hati mereka terhadap para nabi yang telah lalu dan pada kitab-kitab yang tidak mereka amalkan ajarannya, bahkan mereka berani mengubah menurut kehendak hawa nafsu mereka. Kemudian Allah menyebutkan laknat yang patut mereka terima dan alasan penimpaan laknat itu, yaitu agar mereka dapat memahami sebab dan musababnya, dengan disertai penjelasan bahwa Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka. Tetapi semata-mata karena perbuatan mereka yang terus-menerus bergelimang dalam kekufuran dan kemaksiatan yang menyebabkan hati mereka tertutup kekufuran untuk menerima kebenaran.
Kemudian Allah juga menyebutkan bahwa mereka beriman hanya dengan iman yang sekelumit saja. Yang dimaksud dengan iman yang sekelumit ialah iman mereka kepada kitab, hanya sebagiannya saja, sedang sebagian yang lain mereka ubah menurut kehendak hawa nafsu, bahkan mereka enggan mengamalkannya. Atau dengan perkataan lain, mereka tidak mau mengamalkan keseluruhannya, bahkan yang mereka imani hanyalah sebagai ucapan lisan saja, tidak terbukti dalam perbuatan. Karena itu, iman yang terdapat dalam hati mereka tidak mampu untuk mengendalikan kemauan mereka, dan hawa nafsu mereka telah menyeret mereka ke lembah kekafiran. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan penegasan tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka lebih mementingkan kebahagiaan dunia daripada kebahagiaan akhirat. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan kejahatan orang-orang Yahudi yang di luar batas perikemanusiaan. Karena meskipun mereka telah diberi petunjuk melalui beberapa rasul yang datang secara berturut-turut, namun tidak saja petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara rasul-rasul itu ada yang didustakan dan ada pula yang dibunuh. | SIKAP ORANG YAHUDI TERHADAP PARA RASUL
DAN KITAB YANG DITURUNKAN ALLAH | Kosakata: Istakbartum اِسْتَكْبَرْتُمْ (al-Baqarah/2: 87)
Istakbartum artinya “kamu bersikap sombong, angkuh, atau tinggi hati”. Kata dasarnya adalah “kabura” (كبر) artinya “besar”, “agung” dan sebagainya. Orang sombong karena dirinya merasa besar, sementara yang lainnya diangap kecil. Dalam ayat 87 ini Allah menggambarkan orang-orang Yahudi setiap datang seorang Rasul kepada mereka—karena para Rasul banyak dari Bani Israil—yang membawa risalah dan pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu mereka bersikap angkuh dan sombong, yaitu mereka mengingkarinya atau bahkan membunuh Rasul tersebut seperti terhadap Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kesombongan orang-orang Yahudi tergambar pada penolakannya terhadap risalah dan pelajaran para nabi dengan menganggap pendapat dan keinginan mereka lebih benar daripada risalah para nabi, sampai mereka mengatakan bahwa hati mereka sudah tertutup terhadap dakwah dan seruan para nabi, telinga kami kata mereka sudah tersumbat, dan antara kami dengan para nabi telah ada dinding yang menghalangi yang tidak mungkin dapat ditembus. | null | null |
96 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 89 | 14 | 2 | 1 | 1 | وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ | Wa lammā jā'akum kitābum min ‘indillāhi muṣaddiqul limā ma‘ahum, wa kānū min qablu yastaftiḥūna ‘alal-lażīna kafarū, falammā jā'ahum mā ‘arafū kafarū bih(ī), fala‘natullāhi ‘alal-kāfirīn(a). | Setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka, laknat Allahlah terhadap orang-orang yang ingkar. | null | null | Selain membuktikan kebohongan ucapan mereka sebelum ini, ayat di atas juga menunjuk kan keburukan lain Bani Israil, yaitu menolak Al-Qur'an. Penolakan tersebut sungguh aneh dan tidak berdasar sama sekali. Dan setelah sampai kepada mereka Kitab Al-Qur'an dari sisi Allah yang kandungannya membenarkan apa yang ada pada mereka, menyangkut kedatangan seorang nabi yang sifat-sifatnya sudah mereka ketahui, mereka tetap mengingkari nabi itu, sedangkan sebelumnya, yakni sebelum kedatangan nabi itu, mereka memohon kemenangan mereka atas orang-orang kafir yang menjadi musuh-musuh mereka. Tetapi ternyata setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, yakni menyangkut kitab suci Al-Qur'an, Nabi Muhammad, dan sifatsifat beliau, mereka lalu mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar. | Allah swt menerangkan, bahwa setelah Al-Qur’an datang dari sisi Allah, orang-orang Yahudi dan Nasrani mengingkarinya, padahal Al-Qur’an memberi petunjuk serta membenarkan Kitab Taurat yang ada pada mereka, yang sebelumnya sangat mereka harapkan kedatangannya untuk membenarkan yang terdapat dalam kitab mereka. Tetapi setelah kebenaran yang mereka ketahui itu datang, mereka tidak mau beriman. Sebabnya ialah karena mereka merasa akan kehilangan pengaruh, kekuasaan dan harta benda. Maka patutlah Allah melaknat mereka, sebagai imbalan kekafiran yang bersarang dalam dada mereka.
Al-Qur’an disebut Kitab yang membenarkan kitab mereka karena kandungannya sesuai dengan isi Kitab mereka dalam bidang tauhid dan prinsip-prinsip serta tujuan agama. Mereka dengan datangnya kitab yang ditunggu-tunggu itu sebenarnya mengharapkan kemenangan atas orang-orang musyrikin Arab dan orang-orang kafir Mekah. Hal ini dapat diketahui dari perkataan mereka bahwa kitab yang ditunggu-tunggu itu akan mendukung tauhid yang dibawa oleh Musa a.s., untuk menundukkan agama waṡaniyah yang dipeluk oleh orang-orang Arab.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr dari Qatādah al-Anṣārī dari orang tua-tua dari kalangan Ansar mereka berkata, "Kisah yang tersebut dalam ayat ini adalah mengenai kami dan orang-orang Yahudi Medinah. Kami dahulu pernah menjalankan agama mereka pada masa Jahiliah, sedang waktu itu kami masih musyrik dan mereka ahli kitab. Mereka mengatakan bahwa seorang nabi yang akan diutus telah dekat masanya, kami akan mengikutinya. Bersama-sama nabi itu kami akan membinasakan kamu seperti Allah membinasakan kaum ‘Ād dan Iram. Tetapi setelah Rasulullah saw diutus, kami mengikutinya, sedang orang-orang Yahudi itu mengingkarinya.”
Dari kisah ini dapat dipahami, bahwa mereka sebenarnya dengki kepada orang-orang Islam, kedengkian itu timbul setelah Allah mengutus Nabi Muhammad saw, dari kalangan orang-orang Arab, tidak dari kalangan mereka. Itulah sebabnya mereka terjerumus di lembah keingkaran dan kekafiran. Maka Allah memberikan ketetapan-Nya, bahwa mereka akan terusir dan jauh dari rahmat-Nya, karena keingkaran mereka pada kebenaran, setelah kebenaran yang diharapkan itu tampak di hadapan mereka. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan penegasan tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka lebih mementingkan kebahagiaan dunia daripada kebahagiaan akhirat. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan kejahatan orang-orang Yahudi yang di luar batas perikemanusiaan. Karena meskipun mereka telah diberi petunjuk melalui beberapa rasul yang datang secara berturut-turut, namun tidak saja petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara rasul-rasul itu ada yang didustakan dan ada pula yang dibunuh. | SIKAP ORANG YAHUDI TERHADAP PARA RASUL
DAN KITAB YANG DITURUNKAN ALLAH | Kosakata: Istakbartum اِسْتَكْبَرْتُمْ (al-Baqarah/2: 87)
Istakbartum artinya “kamu bersikap sombong, angkuh, atau tinggi hati”. Kata dasarnya adalah “kabura” (كبر) artinya “besar”, “agung” dan sebagainya. Orang sombong karena dirinya merasa besar, sementara yang lainnya diangap kecil. Dalam ayat 87 ini Allah menggambarkan orang-orang Yahudi setiap datang seorang Rasul kepada mereka—karena para Rasul banyak dari Bani Israil—yang membawa risalah dan pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu mereka bersikap angkuh dan sombong, yaitu mereka mengingkarinya atau bahkan membunuh Rasul tersebut seperti terhadap Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kesombongan orang-orang Yahudi tergambar pada penolakannya terhadap risalah dan pelajaran para nabi dengan menganggap pendapat dan keinginan mereka lebih benar daripada risalah para nabi, sampai mereka mengatakan bahwa hati mereka sudah tertutup terhadap dakwah dan seruan para nabi, telinga kami kata mereka sudah tersumbat, dan antara kami dengan para nabi telah ada dinding yang menghalangi yang tidak mungkin dapat ditembus. | null | null |
97 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 90 | 14 | 2 | 1 | 1 | بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ اَنْ يَّكْفُرُوْا بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بَغْيًا اَنْ يُّنَزِّلَ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۚ فَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ عَلٰى غَضَبٍۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ | Bi'samasytarau bihī anfusahum ay yakfurū bimā anzalallāhu bagyan ay yunazzilallāhu min faḍlihī ‘alā may yasyā'u min ‘ibādih(ī), fabā'ū bigaḍabin ‘alā gaḍab(in), wa lil-kāfirīna ‘ażābum muhīn(un). | Buruk sekali (perbuatan) mereka menjual dirinya dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan. Kepada orang-orang kafir (ditimpakan) azab yang menghinakan. | null | null | Mengecam perbuatan mereka yang disebutkan dalam ayat yang lalu, Allah berfirman, “Sangatlah buruk perbuatan mereka menjual dirinya, yaitu menukar kebahagiaan abadi dengan kenikmatan duniawi dengan cara mengingkari, yakni terus-menerus menutupi kebenaran, apa yang diturunkan Allah, berupa wahyu melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengingkarinya bukan karena tidak tahu kebenarannya, tetapi karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya, yaitu kenabian, kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya yang paling wajar, dalam hal ini Nabi Muhammad . Karena itulah wajar jika mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan, yaitu murka Allah karena kedengkian dan karena kedurhakaan, termasuk keingkaran mereka terhadap Nabi Isa. Dan kepada orang-orang kafir ditimpakan azab yang menghinakan.” | Allah menjelaskan betapa jeleknya perbuatan mereka dan meng-ibaratkannya seolah-olah mereka menjual diri mereka sendiri. Perbuatan mereka itu berupa pengingkaran terhadap kitab yang diturunkan Allah, yang sebenarnya mereka telah mengetahui, yaitu kitab yang membenarkan Kitab Taurat yang ada pada mereka. Dengan demikian mereka membiarkan diri mereka terjerumus dalam kekafiran, seolah-olah mereka itu menghancurkan diri mereka sendiri.
Sebagai akibat dari kedengkian mereka, mereka mengingkari kenabian Muhammad dan benci apabila dia menerima wahyu dari Allah. Mereka tidak senang Muhammad saw diangkat sebagai nabi, karena Muhammad saw keturunan Ismail, padahal mereka mengharap-harap nabi yang ditunggu-tunggu kedatangannya itu diangkat dari keturunan Ishak.
Kemudian Allah menyebutkan bahwa mereka akan mendapat kemurkaan yang berlipat ganda, melebihi kemurkaan yang seharusnya diterima sebelumnya. Sebab tiada lain karena mereka di samping membangkang kepada Nabi Musa, juga mengingkari kerasulan Muhammad saw.
Kemudian Allah menerangkan akibat dari kekafiran mereka yaitu mereka mendapat siksaan yang menyeret mereka ke lembah kehinaan dan kenistaan baik di dunia maupun di akhirat. Siksaan mereka di dunia ialah mereka akan berada dalam lembah kehinaan dan terbelenggu dalam rantai kenistaan. Sedang siksaan mereka di akhirat ialah mereka akan mengalami siksaan yang kekal di dalam neraka Jahanam. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan penegasan tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka lebih mementingkan kebahagiaan dunia daripada kebahagiaan akhirat. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan kejahatan orang-orang Yahudi yang di luar batas perikemanusiaan. Karena meskipun mereka telah diberi petunjuk melalui beberapa rasul yang datang secara berturut-turut, namun tidak saja petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara rasul-rasul itu ada yang didustakan dan ada pula yang dibunuh. | SIKAP ORANG YAHUDI TERHADAP PARA RASUL
DAN KITAB YANG DITURUNKAN ALLAH | Kosakata: Istakbartum اِسْتَكْبَرْتُمْ (al-Baqarah/2: 87)
Istakbartum artinya “kamu bersikap sombong, angkuh, atau tinggi hati”. Kata dasarnya adalah “kabura” (كبر) artinya “besar”, “agung” dan sebagainya. Orang sombong karena dirinya merasa besar, sementara yang lainnya diangap kecil. Dalam ayat 87 ini Allah menggambarkan orang-orang Yahudi setiap datang seorang Rasul kepada mereka—karena para Rasul banyak dari Bani Israil—yang membawa risalah dan pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu mereka bersikap angkuh dan sombong, yaitu mereka mengingkarinya atau bahkan membunuh Rasul tersebut seperti terhadap Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kesombongan orang-orang Yahudi tergambar pada penolakannya terhadap risalah dan pelajaran para nabi dengan menganggap pendapat dan keinginan mereka lebih benar daripada risalah para nabi, sampai mereka mengatakan bahwa hati mereka sudah tertutup terhadap dakwah dan seruan para nabi, telinga kami kata mereka sudah tersumbat, dan antara kami dengan para nabi telah ada dinding yang menghalangi yang tidak mungkin dapat ditembus. | null | null |
98 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 91 | 14 | 2 | 1 | 1 | وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا نُؤْمِنُ بِمَآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُوْنَ بِمَا وَرَاۤءَهٗ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَهُمْ ۗ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ اَنْۢبِيَاۤءَ اللّٰهِ مِنْ قَبْلُ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ | Wa iżā qīla lahum āminū bimā anzalallāhu qālū nu'minu bimā unzila ‘alainā wa yakfurūna bimā warā'ah(ū), wa huwal-ḥaqqu muṣaddiqal limā ma‘ahum, qul falima taqtulūna ambiyā'allāhi min qablu in kuntum mu'minīn(a). | Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah pada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an),” mereka menjawab, “Kami beriman pada apa yang diturunkan kepada kami.” Mereka ingkar pada apa yang setelahnya, padahal (Al-Qur’an) itu adalah kebenaran yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang mukmin?” | null | null | Dan kedurhakaan mereka lainnya adalah bahwa apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah, yakni AlQur'an, melalui Nabi Muhammad,” mereka menjawab, “Kami hanya akan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, yaitu Taurat.” Dan mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, yaitu Al-Qur'an dan kitab-kitab lain yang diturunkan sesudah Taurat, padahal Al-Qur'an itu adalah kitab yang benar-benar mencapai puncak hak, yaitu kebenaran dalam segala seginya. Al-Qur'an itu adalah kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka yang pernah disampaikan oleh Nabi Musa dan nabi-nabi sebelumnya. Untuk menolak pernyataan mereka, Allah berfirman, Katakanlah kepada mereka, Nabi Muhammad, “Jika benar kamu hanya percaya kepada apa yang diturunkan kepada kamu, mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman?” Secerdik apa pun orang-orang Yahudi berargumen dalam rangka menolak kebenaran, tetap saja kedok mereka akan terungkap. Ketika diajak mengikuti ajaran Al-Qur'an mereka menolak dan menegaskan hanya akan mengikuti ajaran Taurat. Faktanya, mereka bukan orangorang yang taat dan patuh kepada para nabi mereka, bahkan beberapa dari nabi-nabi itu mereka bunuh. | Allah menjelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad saw dan sahabatnya berkata kepada orang-orang Yahudi yang ada di Medinah dan sekitarnya agar mereka percaya kepada Al-Qur’an yang diturunkan Allah, mereka pun menjawab, bahwa mereka percaya kepada kitab (wahyu) yang diturunkan kepada nabi-nabi keturunan Bani Israil, yaitu Taurat. Mereka selalu mengingkari kebenaran Al-Qur’an yang membenarkan Kitab Taurat. Kalau mereka berterus terang, tentulah mereka akan mengakui bahwa Al-Qur’an itu benar, tidak mengandung sedikit pun keraguan.
Sesudah itu Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw membantah alasan yang dikemukakan oleh orang-orang Yahudi dengan bantahan yang membuat mereka tidak berdaya. Apabila nenek moyang mereka betul-betul orang yang setia mengikuti Kitab yang diturunkan Allah, tentu mereka tidak membunuh nabi-nabi.
Dengan demikian jelaslah bahwa mereka itu bukan pengikut Nabi Musa yang taat dan setia, tetapi hanya menuruti hawa nafsu. Apalagi mereka juga mengakui perbuatan nenek moyang mereka sebagai perbuatan yang tidak bertentangan dengan agama. Berbuat ingkar atau membolehkan seseorang untuk berbuat ingkar hukumnya sama.
Allah menyebutkan pembunuhan yang dilakukan oleh nenek moyang orang-orang Yahudi dan menghubungkan perbuatan itu kepada orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Nabi dalam rangka untuk menunjukkan bahwa mereka itu adalah keturunan dari satu bangsa, dan dianggap sebagai satu kesatuan, karena karakter dan wataknya sama. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan penegasan tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka lebih mementingkan kebahagiaan dunia daripada kebahagiaan akhirat. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan kejahatan orang-orang Yahudi yang di luar batas perikemanusiaan. Karena meskipun mereka telah diberi petunjuk melalui beberapa rasul yang datang secara berturut-turut, namun tidak saja petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara rasul-rasul itu ada yang didustakan dan ada pula yang dibunuh. | SIKAP ORANG YAHUDI TERHADAP PARA RASUL
DAN KITAB YANG DITURUNKAN ALLAH | Kosakata: Istakbartum اِسْتَكْبَرْتُمْ (al-Baqarah/2: 87)
Istakbartum artinya “kamu bersikap sombong, angkuh, atau tinggi hati”. Kata dasarnya adalah “kabura” (كبر) artinya “besar”, “agung” dan sebagainya. Orang sombong karena dirinya merasa besar, sementara yang lainnya diangap kecil. Dalam ayat 87 ini Allah menggambarkan orang-orang Yahudi setiap datang seorang Rasul kepada mereka—karena para Rasul banyak dari Bani Israil—yang membawa risalah dan pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lalu mereka bersikap angkuh dan sombong, yaitu mereka mengingkarinya atau bahkan membunuh Rasul tersebut seperti terhadap Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kesombongan orang-orang Yahudi tergambar pada penolakannya terhadap risalah dan pelajaran para nabi dengan menganggap pendapat dan keinginan mereka lebih benar daripada risalah para nabi, sampai mereka mengatakan bahwa hati mereka sudah tertutup terhadap dakwah dan seruan para nabi, telinga kami kata mereka sudah tersumbat, dan antara kami dengan para nabi telah ada dinding yang menghalangi yang tidak mungkin dapat ditembus. | null | 1. Orang-orang Yahudi mengingkari para rasul termasuk kerasulan Nabi Muhammad saw, padahal mereka telah mengetahui kerasulannya itu dari kitab mereka sendiri, bahkan mereka sudah menunggu-nunggu kedatangannya.
2. Pengingkaran mereka terhadap kerasulan Nabi itu bukanlah keluar dari hati nurani, tetapi terdorong oleh rasa fanatik kebangsaan yang mendalam.
3. Mereka itu hasad dan dengki terhadap kerasulan Nabi Muhammad, karena bukan dilahirkan dari keturunan bangsanya. Hal ini berarti bahwa mereka tidak mau menilai kebenaran itu untuk kebenaran, tetapi menilainya untuk kesukuan.
4. Apabila kita ingin memperoleh kebenaran, janganlah memandang kebangsaan, karena Allah memberikan kebenaran itu menurut kehendak-Nya. Maka apabila kita menaati kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, adalah karena kita menaati wahyu yang diturunkan kepadanya. |
99 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 92 | 14 | 2 | 1 | 1 | ۞ وَلَقَدْ جَاۤءَكُمْ مُّوْسٰى بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَنْتُمْ ظٰلِمُوْنَ | Wa laqad jā'akum mūsā bil-bayyināti ṡummattakhażtumul-‘ijla mim ba‘dihī wa antum ẓālimūn(a). | Sungguh, Musa benar-benar telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran. Kemudian, kamu mengambil (patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)-nya dan kamu (menjadi) orang-orang zalim. | null | null | Berikut adalah argumen lain untuk membantah orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada kitab yang diturunkan kepada mereka. Dan sungguh, Musa telah datang kepada mu dengan bukti-bukti yang sangat jelas tentang kebenaran yang dia ajarkan, seperti turunnya al-mann dan as-salwa, terpancarnya air dari batu, berubahnya tongkat menjadi ular, dan lain-lain. Meski begitu, kamu tidak menerimanya dengan baik, bahkan kemudian kamu mengambil patung anak sapi sebagai sembahan setelah kepergian-nya meninggalkan kamu untuk sementara waktu menuju Bukit Tursina, dan kamu menjadi orang-orang zalim karena kamu tetap melakukan hal itu, meskipun kamu tahu itu salah | Di antara keingkaran orang-orang Yahudi yang sangat menonjol ialah keingkaran mereka terhadap nikmat Allah, yaitu bahwa Nabi Musa a.s. telah didatangkan Allah dengan membawa ajaran Tauhid dan mukjizat seperti terbelahnya lautan dan anugerah Tuhan berupa “mann” dan “salwā.” Kemudian Bani Israil mengingkari jalan yang benar dan berbuat durhaka dengan menyembah anak-sapi yang dibuat oleh Samiri. Perbuatan mereka itu zalim, sebab mereka melakukan sesuatu yang tercela. Seharusnya mereka menyampaikan kepada manusia bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan secara berulang-ulang nikmat yang dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi, baik berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, serta menyebutkan pula sikap mental mereka terhadap nikmat itu, yaitu mereka menyambutnya dengan sikap ingkar dan sombong, bahkan menentang nikmat itu. Juga dalam ayat-ayat yang lain Allah menyebutkan kebenaran seruan para rasul dan kebenaran seruan Muhammad saw, yang membawa ajaran tauhid, namun kebenaran itu disambut dengan sikap kefanatikan, yang menutup hati mereka untuk menerima kebenaran. Dalam ayat-ayat yang berikut ini, Allah menyebutkan, bukan lagi sikap mental mereka, tetapi perbuatan-perbuatan jahat mereka, yang memper-sekutukan Tuhan dengan menyembah patung anak sapi. | KECINTAAN ORANG-ORANG YAHUDI KEPADA
KEHIDUPAN DUNIAWI MEMBAWA MEREKA
MENYIMPANG DARI KEBENARAN | Kosakata: Mīṡāqakum مِيْثَاقَكُمْ (al-Baqarah/2: 93)
Kata mīṡāqakum dapat diartikan “ikrarmu”, “janjimu”, atau “perjanjian yang kamu buat”. Terambil dari kata wiṡaq atau waṡaq yaitu ikatan, atau nama dari sesuatu yang bisa mengikat yang lain. Oleh karena itu, mīṡāq diperuntukkan bagi janji yang dikukuhkan dengan sumpah. Orang Israil pengikut-pengikut Nabi Musa diberi peringatan mengenai ikrar (janji yang sungguh-sungguh dan khidmat) di kaki Gunung Sinai (Ṭūr Sinīn) yang menjulang tinggi di atas kepala sebagai saksi atas ikrar itu. Tetapi tidak lama kemudian perjanjian khidmat itu mereka langgar. Mereka sudah mendengar, tetapi tidak akan menaati. Padahal seharusnya mereka berkata, “Kami dengar, dan kami taat.” (al-Baqarah/2:285). | null | null |
100 | 2 | البقرة | Al-Baqarah | Al-Baqarah | Sapi | 286 | 2 | Madaniyah | 93 | 14 | 2 | 1 | 1 | وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاسْمَعُوْا ۗ قَالُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۗ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهٖٓ اِيْمَانُكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ | Wa iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa‘nā fauqakumuṭ-ṭūr(a), khużū mā ātainākum biquwwatiw wasma‘ū, qālū sami‘nā wa ‘aṣainā, wa usyribū fī qulūbihimul-‘ijla bikufrihim, qul bi'samā ya'murukum bihī īmānukum in kuntum mu'minīn(a). | (Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengarkannya, tetapi kami tidak menaatinya.” Diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekufuran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh keimananmu kepadamu jika kamu orang-orang mukmin!” | null | null | Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji kamu, wahai Bani Israil, dan Kami angkat gunung Sinai di atasmu seraya berfirman, ‘Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu melalui Nabi Musa, yakni prinsip-prinsip ajaran agama dan rinciannya, dan dengarkanlah serta perkenankanlah apa yang diperintahkan kepada kamu!’” Mereka menjawab,” Kami mendengarkan dengan telinga kami, tetapi kami tidak menaati dan tidak pula mau mengamalkannya.” Bukannya segera melaksanakan perintah, mereka justru bersegera melakukan kedurhakaan. Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah patung anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepadamu, yang kamu anggap telah menghiasi jiwa kamu, jika kamu orang-orang beriman kepada Taurat. | Dalam ayat ini Allah memberikan peringatan sekali lagi kepada orang-orang Yahudi, meskipun terdapat perbedaan susunan kalimat, namun isinya memperkuat maknanya, karena dalam ayat ini termuat ancaman Allah terhadap mereka. Pada ayat yang lain Allah berfirman:
خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ
“…Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya…. (al-Baqarah/2:63)
Firman-Nya yang lain:
خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاسْمَعُوْا
“…Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” … (al-Baqarah/2:93)
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi agar mereka mau menerima perjanjian itu dan memahami isinya, tetapi mereka tidak suka melaksanakan perjanjian itu, bahkan mengingkarinya.
Perintah Allah "katakanlah" mengandung makna ejekan terhadap orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Ejekan itu ditujukan kepada mereka, karena mereka telah mengikuti jejak nenek moyang mereka dalam mempersekutukan Tuhan.
Andaikata mereka masih mengaku betul-betul beriman kepada Kitab Taurat, maka alangkah jeleknya iman yang mereka nyatakan, sebab mereka tidak melakukan apa yang diperintahkan, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan Taurat itu, yaitu melakukan penyembahan terhadap anak sapi, dan membunuh para nabi serta merusak perjanjian. Berdasarkan bukti nyata dari perbuatan yang mereka lakukan itu, sukar mempercayai adanya iman di lubuk hati mereka karena sikap perbuatan mereka sama sekali tidak benar.
Ayat yang lalu dan ayat ini sebagai sanggahan terhadap pikiran orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad saw, dan dugaan yang berlawanan dengan amal perbuatan mereka itu cukup menjadi bukti kekafirannya. | Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm.
Di antara pokok-pokok isinya ialah:
1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati. | null | 1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya.
2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.
3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan secara berulang-ulang nikmat yang dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi, baik berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, serta menyebutkan pula sikap mental mereka terhadap nikmat itu, yaitu mereka menyambutnya dengan sikap ingkar dan sombong, bahkan menentang nikmat itu. Juga dalam ayat-ayat yang lain Allah menyebutkan kebenaran seruan para rasul dan kebenaran seruan Muhammad saw, yang membawa ajaran tauhid, namun kebenaran itu disambut dengan sikap kefanatikan, yang menutup hati mereka untuk menerima kebenaran. Dalam ayat-ayat yang berikut ini, Allah menyebutkan, bukan lagi sikap mental mereka, tetapi perbuatan-perbuatan jahat mereka, yang memper-sekutukan Tuhan dengan menyembah patung anak sapi. | KECINTAAN ORANG-ORANG YAHUDI KEPADA
KEHIDUPAN DUNIAWI MEMBAWA MEREKA
MENYIMPANG DARI KEBENARAN | Kosakata: Mīṡāqakum مِيْثَاقَكُمْ (al-Baqarah/2: 93)
Kata mīṡāqakum dapat diartikan “ikrarmu”, “janjimu”, atau “perjanjian yang kamu buat”. Terambil dari kata wiṡaq atau waṡaq yaitu ikatan, atau nama dari sesuatu yang bisa mengikat yang lain. Oleh karena itu, mīṡāq diperuntukkan bagi janji yang dikukuhkan dengan sumpah. Orang Israil pengikut-pengikut Nabi Musa diberi peringatan mengenai ikrar (janji yang sungguh-sungguh dan khidmat) di kaki Gunung Sinai (Ṭūr Sinīn) yang menjulang tinggi di atas kepala sebagai saksi atas ikrar itu. Tetapi tidak lama kemudian perjanjian khidmat itu mereka langgar. Mereka sudah mendengar, tetapi tidak akan menaati. Padahal seharusnya mereka berkata, “Kami dengar, dan kami taat.” (al-Baqarah/2:285). | null | null |